BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    27.9 C
    Jakarta
    Populer Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: 3 menit
    Lama Membaca: 3 menit
    Lama Membaca: 3 menit
    Lama Membaca: 3 menit

    Opini

    Lima Syarat Menuju Negara Maju

    Oleh Faisal Basri | Indonesia memiliki peluang amat besar untuk lebih cepat menjadi negara maju, ancar-ancarnya sekitar tahun 2025-2030. Untuk mewujudkan visi menjadi negara maju tersebut dibutuhkan lima syarat utama: struktur ekonomi yang tangguh, perekonomian yang memiliki daya saing, sumber daya manusia berkualitas, ketersediaan infrastruktur, dan kemampuan pembiayaan pembangunan.

    “Industri Hukum” Indonesia: Mafia, Korupsi, dan Keadilan yang Terbeli

    Fenomena jual-beli perkara, maraknya mafia hukum di berbagai sektor,...

    Kaitan Asas Praduga Tak Bersalah dengan Sila Kemanusiaan Pancasila

    Asas Praduga Tak Bersalah (APTB) adalah prinsip hukum penting...

    Kejahatan Transnasional dalam Peta Politik Global

    Prof. Dr. Romli Atmasasmita, SH, LLM | Globalisasi saat ini sudah merupakan keyakinan (dogma) yang kuat bahwa keberhasilan ekonomi di satu negara akan berimbas di negara lain, begitu pula sebaliknya. Inti arah globalisasi adalah mencapai kesejahteraan dunia tanpa kecuali tanpa ada pembedaan lagi negara kaya, miskin, negara maju dan berkembang.

    Revolusi Transportasi Jakarta

    Pada tahun 2014, kota Jakarta akan kolaps macet total akibat pertumbuhan kendaraan tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan. Pada saat itu, siapa saja boleh beli mobil namun tak bisa keluar rumah, cukup diselimuti saja di garasi. Untuk mengatasi masalah itu, Gubernur Sutiyoso menggagas suatu pola transportasi makro. Dia pun memotivasi Rustam Effendi selaku Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk membantunya mewujudkan obsesi itu. Itulah ikhwal awal berprosesnya reformasi total (revolusi) transportasi di Jakarta.
    Majalah Horas Indonesia Edisi 08

    Wibawa Presiden SBY Menurun

    Oleh Jusuf Wanandi | Ketidakpastian melanda perkembangan global. Dampak revolusi di Afrika Utara dan Timur Tengah telah dirasakan di banyak tempat sehingga tidak mustahil berdampak di Indonesia juga. Korupsi makin meruyak. Negara Bhinneka Tunggal Ika seperti yang dicita-citakan para pendiri Republik Indonesia mulai terancam.

    Pluralisme dan Kemerdekaan Beragama

    Pengakuan terhadap pluralisme agama dalam sebuah komunitas sosial menjanjikan dikedepankannya prinsip inklusivitas (keterbukaan) –suatu prinsip yang mengutamakan akomodasi dan bukan konflik- di antara mereka. Sebab, pada dasarnya masing-masing agama mempunyai berbagai klaim kebenaran yang ingin ditegakkan terus, sedangkan realitas masyarakat yang ada terbukti heterogen secara kultural dan religius.

    Menyongsong Bonus Demografi di Tengah Merosotnya Kesadaran Hukum

    Bonus demografi yang diproyeksikan terjadi antara 2030-2040, dengan lebih...

    Populer

    Hukum Indonesia di Persimpangan, Kapan Berbenah?

    Pasca reformasi, Indonesia berada di persimpangan jalan hukum. Sistem...

    Ketika Praktik Hukum Pidana Melanggar Nilai-nilai Kemanusiaan

    Praktik hukum pidana di Indonesia sering kali menampilkan ketidakadilan...

    “Industri Hukum” Indonesia: Mafia, Korupsi, dan Keadilan yang Terbeli

    Fenomena jual-beli perkara, maraknya mafia hukum di berbagai sektor,...

    Artikel Lainnya

    Hukum Bukan Alat untuk Kezaliman

    Hukum seharusnya menjadi benteng keadilan, bukan alat untuk kezaliman. Namun, di Indonesia, penyalahgunaan hukum demi syahwat...

    Kaitan Asas Praduga Tak Bersalah dengan Sila Kemanusiaan Pancasila

    Asas Praduga Tak Bersalah (APTB) adalah prinsip hukum penting yang menjamin setiap orang dianggap tidak bersalah...

    Kolusi dan Nepotisme Masih Diabaikan dalam Penanganan Korupsi di Indonesia

    Kolusi dan nepotisme sering diabaikan dalam penanganan perkara korupsi, meskipun keduanya telah ditetapkan sebagai tindak pidana...

    Mengapa Etika Tidak Bisa Dipisahkan dari Penegakan Hukum

    Memisahkan antara etika, moral, dan hukum dalam kehidupan akan menghasilkan sistem hukum yang tidak etis. Kehidupan...

    Bagaimana Sang Sufi Menghadapi Fitnah?

    Oleh Eeng Nurhaeni Dalam berbagai literatur Islam, kita sering mengenalnya sebagai Abu al-Hasan as-Syadzili (1196-1258 M). Dalam...

    Tenunan Pendahulu Telah Dirobek-robek

    Oleh Syaykh Al-Zaytun Dr. Abdussalam Panji Gumilang Negara yang sudah tersusun rapi dengan dasar ne­gara yang bagus,...

    Untuk Apa Agama?

    Prof. Ahmad Syafii Maarif Jika Alquran ditanya: “Engkau untuk kepentingan Tuhan atau untuk kepentingan manusia?” Jawabannya tuntas...

    Demokrasi Kita Terlalu Kebablasan

    PRESIDEN JOKOWI*: Demokrasi kita ini sudah terlalu kebablasan. Praktek demokrasi politik yang kita laksanakan telah membuka peluang terjadinya artikulasi politik yang ekstrim, seperti liberalisme, radikalisme, fundamentalisme, sektarianisme, dan terorisme, serta ajaran yang lain, yang bertentangan dengan ideologi kita Pancasila.

    Bersatu, Bersatu dan Bersatu

    Ketua MPR-RI Dr. Zulkifli Hasan, SE, MM*: Tanpa ada persatuan tak akan lahir Indonesia. Tanpa persatuan tak akan bertahan Indonesia hingga berbilang abad ke depan. Tanpa persatuan tak akan ada kemajuan. Tanpa persatuan tak kan ada keadilan dan kemakmuran bersama. Bersatu, bersatu, bersatu. Itu yang dibutuhkan dari dulu, kini, esok hari, hingga seterusnya.

    Jaga Soliditas TNI-Polri

    Presiden Joko Widodo, berpesan agar soliditas dan kinerja TNI dan Polri semakin diperkuat. Presiden mengajak kepada TNI dan Polri untuk bersinergi, bergotong royong, dan menghilangkan ego sektoral demi terwujudnya negara Indonesia yang aman dan berdaulat.

    Saatnya Bekerja Siang-Malam

    Presiden RI Jokowi*: Setelah Pilkada serentak berakhir, ini saatnya kita melangkah bersama untuk melanjutkan ujian sejarah berikutnya yang mahaberat, mewujudkan janji-janji untuk mencapai kesejahteraan rakyat di daerah-daerah yang Saudara pimpin.

    Rakyat adalah Cakrawati Partai

    MEGAWATI SOEKARNOPUTRI: Rakyat adalah cakrawati partai; tempat seluruh irama, dan langkah perjuangan kita (partai) bermuara. Saya pernah katakan, yang membuat kita bangga sebagai partai politik, bukan ketika dekat dengan kekuasaan, tetapi saat menangis dan tertawa bersama rakyat. Dalam konteks ini pula, maka pilihan-pilihan politik yang akan kita ambil, haruslah sebagai suatu penegasan untuk meneruskan perjuangan dan pemikiran Bung Karno yang terkenal dengan nama Marhaenisme.

    Advertisement

    spot_img