TI 1/6/2011 | Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip dan dibahas, baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik. Mengapa hal itu terjadi? Mengapa seolah kita melupakan Pancasila? Di manakah Pancasila kini berada?
TI, Jakarta 25/5/2011: Menteri Agama Suryadharma Ali akan menghadiri peringatan hari kelahiran Pancasila, 1 Juni 2011 di Ma'had Al-Zaytun. "Peringatan ini juga akan dihadiri Jaksa Agung, Kapolri, Menkumham, Mendagri," kata Menag kepada wartawan, Rabu (25/5/2011) seusai menerima Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang di ruang kerjanya. "Insya Allah saya akan hadir, kegiatan ini inisiatif dari Panji Gumilang," ujar Suryadharma Ali sebagaimana dilansir situs Kementerian Agama (kemenag.go.id).
Hiruk-pikuk berita tentang beberapa mahasiswa yang menghilang dan diduga dicuci otaknya oleh NII (Negara Islam Indonesia) telah mendominasi berita media massa dalam sebulan terakhir. Beberapa orang yang mengaku mantan NII, bahkan juga mengaku ayah-ibunya NII, telah menjadi narasumber 'utama dan terpercaya' beberapa media televisi, cetak dan online. Mereka selalu mengaitkan NII KW9 dengan Ma'had Al-Zaytun. Bahkan beberapa media cenderung telah bernada menghakimi.
Yogyakarta 3/5/2011: Pancasila sebagai ideologi negara kini tengah mendapat ujian. Timbul pertanyaan apakah kita ini masih ber-Pancasila atau tidak? Bahkan sekarang kita sepertinya sudah kehilangan pemimpin yang Pancasilais.
Oleh Ch. Robin Simanullang | Bagaimana pandangan Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang tentang Pancasila (lima nilai-nilai dasar bernegara)? Apakah pemuka agama (Islam) dan pemangku pendidikan ini patut digugu dan ditiru (diteladani) dalam hal bagaimana hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam tatanan nilai-nilai dasar negara yang sudah disepakati bersama itu?
Sayidiman Suryohadiprojo, pria kelahiran di Bojonegoro, Jawa Timur, 21 September 1927, seorang jenderal (Letnan Jenderal TNI Purn) yang amat mendambakan keberhasilan Pancasila. Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (1973-1974), Gubernur Lemhannas (1974-1978) dan Duta Besar RI di Jepang (1979-1983), ini seorang prajurit pejuang yang memiliki pengalaman, perhatian dan wawasan luas atas berbagai bidang, khususnya dalam bidang militer, politik dan diplomasi.Â
Jakarta TI (9/2/2011) | Bubarkan organisasi masyarakat (Ormas) yang melakukan kekerasan atas nama agama dan melanggar Pancasila. Sikap tegas ini dikemukakan Dosen Fakultas Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, M Subhi Ibrahim dalam keterangan pers bersama Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan di Energy Building, Jakarta, Rabu (9/2/2011). Sementara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan aparat penegak hukum agar mencari jalan secara sah dan legal untuk membubarkan organisasi massa perusuh ataupun kerumunan massa pembuat kerusuhan.
JUDUL di atas sengaja saya pilih untuk mengiringi kepergian Profesor Mubyarto, seorang ekonom yang dalam seperempat abad terakhir gigih memperjuangkan gagasan yang ia sangat yakini, yaitu Ekonomi Pancasila. Pak Muby, demikian kami sehari-hari memanggilnya, telah pergi untuk selamanya pada Selasa, 24 Mei 2005, di usia menjelang 67 tahun.