SBY-JK Telah Bekerja Siang-Malam

 
0
326
SBY-JK Telah Bekerja Siang-Malam
e-ti | ricky l photo

[WAWANCARA] – Duet SBY-JK (Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla) sebagai Presiden dan Wakil Presiden pilihan rakyat secara langsung, merupakan duet yang paling ideal sepanjang sejarah republik ini. Mereka berdua telah bekerja luar biasa. Tidak mengenal hari Sabtu-Minggu, siang dan malam. Wakil Ketua MPR HM Aksa Mahmud menegaskan hal itu dalam wawancara dengan Wartawan Tokoh Indonesia. Menurutnya, pemerintahan ini masih jauh lebih baik dibanding dengan yang sebelum-sebelumnya.

Aksa Mahmud menilai duet ini sangat baik, karena kemampuannya yang saling melengkapi, dwi tunggal Indonesia. Satu berfungsi sebagai pengarah atau steering, satu sebagai pekerja atau organizing. Seorang pekerja membutuhkan visi sebagai panduan yang menjadi tugas pengarah. Sementara sebuah visi perlu diterjemahkan menjadi kerja yang konkrit di lapangan. Sehingga membutuhkan pekerja keras yang ulet dan serius. “Jadi pasangan ini sangat ideal, ada pengarah dan ada pekerjanya. Tentu harapan kita hasilnya menyejahterakan dan memakmurkan rakyat,” ujar Aksa Mahmud.

Menurutnya, pasangan ini telah bekerja maksimal dua tahun ini. Walaupun masyarakat belum puas. Belum puas karena terlalu lambatnya pergerakan ekonomi. “Sebagai orang yang mempunyai background pegusaha, seharusnya bisa diselesaikan beberapa hari tapi kenapa dua tahun belum selesai. Itu ketidakpuasan saya,” ujar pendiri kelompok usaha Bosowa itu. Namun, anggota Badan Pertimbangan KADIN Indonesia, itu menambahkan, tentu tidak bisa seperti membalik tangan, memerlukan proses.

Tapi, Anggota Dewan Wali Amanat Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, ini menaruh kepercayaan pada pasangan ini bahwa tahun depan pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih baik daripada tahun ini. Dia juga yakin investasi akan jauh lebih meningkat tahun ini. Harapan dan keyakinan itu muncul, melihat beberapa indikasi keberhasilan pemerintah. Pertama, cadangan devisa cukup baik, tidak pernah tercatat dalam sejarah kemerdekaan kita. Kedua, stabilitas inflasi sudah bisa diatasi, sudah juga di bawah dua digit. Ketiga, nilai tukar juga sudah stabil. Keempat, keamanan juga sudah membaik.

HM Aksa Mahmud, putra bangsa kelahiran Barru, Sulawesi Selatan, 16 Juli 1945, itu juga menguraikan prediksinya tentang keadaan Indonesia pada tahun 2009, baik kondisi ekonomi maupun politik. Kondisi ekonomi, katanya, pasti lebih baik. Sementara suhu politik akan naik dan terjadi peta-peta baru dalam rangka Pemilu Presiden. “Tentu peta lama sudah lewat dan akan timbul peta baru,” katanya.

Ipar Jusuf Kalla ini juga mengomentari peringkatnya di urutan ke-28 orang terkaya di Indonesia sebagaimana dirilis Forbes. Juga tentang posisinya sebagai pengusaha, politisi dan pejabat negara. Dia menegaskan bahwa Bosowa Group yang kini telah dikendalikan anaknya, tidak masuk dalam proyek yang didanai pemerintah.

Selain itu, secara terbuka, dia menyarankan agar SBY-JK segera melakukan reshuffle beberapa menterinya. Seharusnya dievaluasi, yang perlu diganti agar diganti, yang perlu didorong kita dorong. Di antaranya, Menneg BUMN. “Kalau saya, tahun pertama sudah saya ganti itu,” katanya blak-blakan, mencerminkan keterbukaannya.

Dia memang dikenal sebagai seorang tokoh yang terbuka, bicara apa adanya, dengan tetap memegang prinsip secara bijaksana. Sebagai seorang pengusaha sukses, dia bisa cepat menganalisis situasi dan mengambil tindakan yang tepat secara cepat. Dia tokoh yang amat peduli pada pendidikan. Dia menyarankan agar pemerintah menjadikan pendidikan sebagai skala prioritas. Selain itu, dia juga mengemukakan pendapat mengenai AA Gym, yang berpoligami. Aksa mengemukakan hal itu membuat ibu-ibu resah dan menjadi persoalan bagi laki-laki dan perempuan.

HM Aksa Mahmud diwawancara wartawan Tokoh Indonesia DotCom Ch Robin Simanullang, Haposan dan Marjuka di ruang kerjanya selaku Wakil Ketua MPR, 6 Desember 2006 di Gedung Nusantara III Lantai 9 DPR-MPR RI, Senayan Jakarta. Berikut petikannya:

MTI: Melihat keadaan pemerintahan sekarang ini, banyak orang mengatakan kalau Pak Jusuf Kalla jadi presiden, gerakan pemerintah ini akan lebih cepat. Anda sendiri melihat duet SBY-JK ini bagaimana kira-kira?

AKSA: Kalau saya melihatnya, duet sekarang ini duet yang sangat baik. Satu jago berpidato, satu jago bekerja. Jadi memang harus perlu ada ahli pidato dan ada yang bekerja. Jadi pasangan ini sangat ideal, karena ada tukang pidatonya, ada tukang kerjanya. Tentu harapan kita, hasilnya bagaimana menyejahterakan dan memakmurkan rakyat.

Advertisement

MTI: Sejauh ini, hasil yang dicapai pemerintahan SBY-JK ini apa kira-kira. Kalau ada kendala, dimana kendalanya?

AKSA: Kalau saya menganggap, dalam perjalanan kemerdekaan, saya kira inilah pemerintahan yang paling ideal. Namun saya yakin masyarakat belum puas. Belum puas akan kinerja pemerintah sekarang ini karena terlalu lambatnya pergerakan mengenai ekonomi. Sebagai orang yang mempunyai background pegusaha, seharusnya bisa diselesaikan satu hari tapi kenapa dua tahun belum selesai. Jadi itu ketidakpuasan saya.

Namun kita juga memahami karena beliau memiliki skala prioritas yang lain. Dan kita juga tidak boleh menghukum secara tidak rasionil karena memang pemerintahan ini diantarkan dengan banyaknya bencana, mulai dilantik sampai hari ini terus ada persoalan. Termasuk persoalan AA Gym yang terakhir ini, ‘kan membuat seluruh ibu-ibu resah. Dan dampak kedua, merugikan kita kaum laki-laki karena akhirnya ibu-ibu, istri-istri kita waspada. Jadi AA Gym ini membuat persoalan pada kita, baik wanita maupun laki-laki.

MTI: Dianggap malapetaka itu?

AKSA: Ya, dianggap malapetaka, karena itu jadi persoalan bagi semua laki-laki dan perempuan.

Kembali ke skala prioritas pemerintah. Jadi saya kira, memang prioritas-prioritas pembangunan tentu penegakan hukum. Kedua, juga kebijakan-kebijakan bagaimana merombak satu budaya birokrasi yang sama sekali sangat menghambat, tentu tidak bisa seperti membalik tangan, jadi memerlukan proses. Oleh karena itu saya katakan, beliau berdua telah bekerja luar biasa. Tidak mengenal hari Sabtu-Minggu, siang dan malam.

Namun bahwa seluruh hasil keringat kerjaan itu, inilah yang maksimal untuk dua tahun ini. Tapi saya tentu menaruh kepercayaan pada pasangan ini bahwa tahun depan itu pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih baik daripada tahun ini.

Memang, saya harapkan supaya pemerintah sekarang ini lebih memfokuskan kepada sektor riil karena masyarakat kita di sektor riil inilah yang banyak menderita, banyak jatuh miskin. Dan terjadinya kekacauan-kekacauan lokal adalah akibat kemiskinan, akibat tidak terjadinya pemerataan atau tidak terjadinya pendidikan yang baik.

Menuju bangsa yang lebih baik, lebih maju, lebih makmur, landasan utamanya adalah pendidikan. Tidak ada kemakmuran yang baik tanpa pendidikan yang bagus. Tidak ada kesehatan yang bagus tanpa pendidikan yang bagus. Tidak ada demokrasi yang bagus tanpa pendidikan yang bagus. Karena itu, kalau saya bilang, kalau landasannya seperti itu, harus pendidikan yang jadi priority. Oleh karena itu, saya mengharapkan pemerintah betul-betul memfokuskan pendidikan ini.

Cuma saya sayangkan para pejabat ini jarang sekali berkunjung ke sekolah-sekolah, jarang sekali mengajak dialog guru-guru. Padahal tidak ada pendidikan yang bagus tanpa guru yang baik. Oleh karena itu, mestinya harus dipikirkan bagaimana memperbaiki guru, bagaimana memperbaiki fasilitas sekolah. Hanya dengan cara itulah kita ke depan akan maju.

MTI: Salah satu prestasi yang sudah dicapai pemerintah ini adalah menyelesaikan konflik di Aceh. Pendapat Anda sendiri tentang itu?

AKSA: Ya benar itu, bahwa sejarah mencatat sejak merdeka Aceh itu menjadi kawasan konflik, Papua itu kawasan konflik, beberapa lagi seperti Poso dan sebagainya. Jadi keberhasilan pertama pemerintah ini yang tidak pernah dicatat oleh pemerintah atau presiden sebelumnya, itu adalah penyelesaian konflik. Seperti Papua, konflik terhadap pemerintah pusat dulu, sekarang tidak terdengung lagi kecuali konflik antarsuku. Tapi itu memang karena di Papua itu sukunya ada 400 suku. Jadi kalau ada riak-riaknya, itu tidak terlepas oleh karena banyaknya suku tadi.

MTI: Sebagai wakil rakyat di Majelis, apa Anda melihat sesuatu yang menjadi kendala atau kelemahan dalam pemerintahan ini. Dan apa saran Anda untuk mengatasi kendala itu ke depan?

AKSA: Memang tentu sebagai anggota parlemen, sebagai anggota lembaga di legislatif, tugas pokoknya adalah bagaimana mengawasi perjalanan pemerintahan ini, bagaimana melihat pemerintah melaksanakan UU dan berbagai peraturan yang telah dikeluarkan. Tentu saya belum melihat satu gebrakan terutama di sektor peningkatan kualitas atau kinerja dari perusahaan-perusahaan milik negara itu. Padahal kita harus tahu peranan dari perusahaan milik negara itu yang memegang 50 persen dari pergerakan ekonomi Indonesia bisa dilakukan akibat action dari jaringan daripada perusahaan BUMN itu.

Oleh karena itu, disitu saya belum melihat keunggulan-keunggulan mengambil langkah-langkah dari pemerintah dalam mengatasi hal-hal ini. Padahal ini adalah salah satu kekayaan aset bangsa yang seharusnya sebagai motor (yang sangat penting) penggerak ekonomi bangsa ini. Menjadi penggerak pengembangan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia dan sebagainya, dan juga menjadi kekuatan ekonomi kita yang kuat. Nah, itu mengenai sektor keuangan.

Kemudian yang kedua, saya belum melihat kemauan yang secara serius dari pemerintah memperbaiki kebijakan-kebijakan atau perilaku pelaksanaan pemerintahan yang dihambat dengan tata cara birokrasi. Begitu tinggi tingkat ketidakefisienan pelaksanaan dan pengelolaan pemerintah ini akibat pengelolaan dengan birokrasi yang tidak efisien.

Kemudian saya melihat, baik dari segi kesehatan maupun dari segi pendidikan, memang pemerintah telah berbuat, melangkah, tapi hasil dari pendapat teman-teman Dewan Perwakilan Daerah, hasil daripada pendapat atau suara rakyat itu, tidak sedikit rakyat menjadi korban akibat pelayanan kesehatan di rumah sakit-rumah sakit. Oleh karena itu, kita ingin juga supaya pemerintah mengambil langkah dan tindakan kepada dokter-dokter yang tidak disiplin, yang sangat mengabaikan yang disebut bagaimana pengabdian kepada penyelamatan jiwa manusia terutama peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Nah, itu yang saya lihat hal-hal yang menjadi kendala.

Sedangkan keberhasilan pemerintah itu sudah terasa di sektor penegakan hukum, dan sektor kebijakan-kebijakan ekonomi. Tanda-tanda keberhasilan pemerintahan dalam bidang ekonomi, pertama, dalam sejarah perjalanan bangsa ini sejak merdeka tidak pernah tercatat dalam sejarah bangsa kita, mampu mencatat cadangan devisa di atas 40 miliar dollar. Pemerintahan sekarang dengan 2 tahun, begitu banyak kesulitan, gangguan bencana tapi dia mampu menaikkan cadangan devisa jadi 43 miliar, sehingga di dalam pemerintahan inilah terjadi pengembalian pinjaman yang begitu besar yang sesungguhnya pinjaman itu juga dibuat oleh pemerintah sebelumnya.

Nah, oleh karena itu, menurut saya ada keberhasilan tapi ada juga yang belum berhasil. Kalau di record secara keseluruhan bahwa pemerintahan sekarang ini masih jauh lebih baik dibanding dengan yang sebelum-sebelumnya. Namun sebelumnya pun dicatat ada pengabdian, ada keberha-silan. Tapi kalau saya lihat keseriusan dan apa-apa yang dilakukan beliau berdua ini dan seluruh pembantu-pembantunya, menteri-menteri itu, adalah cukup baik.

Namun, saya terus terang kalau presiden tidak melakukan reshuffle maka yang sesungguhnya, masih banyak hal-hal yang dapat dicapai lebih baik. Ada beberapa hal yang bisa diantar lebih berhasil, tapi karena beberapa menteri yang belum menggembirakan prestasinya. Seharusnya dievaluasi, yang perlu diganti agar diganti, yang perlu di dorong kita dorong.

MTI: Menurut Anda, menteri mana yang perlu di dorong atau di reshuffel?

AKSA: Ya saya secara tegas melihat cukup banyak, ada beberapa departemen, menteri.

MTI: Menteri BUMN?

AKSA: Ya, termasuklah Menteri BUMN, karena saya sudah bicara tadi mengenai kinerja BUMN. Maka kalau saya, tahun pertama sudah saya ganti itu tapi karena saya tidak punya wilayah. Sebagai anggota parlemen, berbicara menyarankan kepada presiden. Kalau mau prestasi presiden lebih baik dan supaya mendapat pengakuan keberhasilan oleh rakyat, karena kalau BUMN tidak berhasil maka bagaimanapun rakyat yang akan memberi penilaian ketidakberhasilan pemerintah sekarang.

Tentu saya mendoakan supaya beliau mendapat predikat pengakuan dari rakyat, berhasil. Karena keberhasilan itu tentu juga keberhasilan parlemen. Dan kegagalan dia, juga bahagian ketidakberhasilan kita, tidak berhasil mengawal dia untuk sukses.

MTI: Iklim investasi, menurut Anda bagaimana?

AKSA: Sebenarnya iklim investasi itu secara berangsur-angsur cukup meningkat di Indonesia. Memang investasi yang masuk di Indonesia sekarang ini didahului dengan investasi dengan membeli saham di bursa efek atau di pasar modal. Tapi lama-lama nanti akan bergeser kepada investasi fisik setelah kita berhasil membangun keyakinan bahwa masalah hukum tidak ada masalah lagi, masalah ketenagakerjaan tidak ada masalah. Saya ada keyakinan bahwa tahun 2007 investasi jauh lebih meningkat daripada tahun 2006. Kenapa? SBI sudah di bawah dua digit.

Itulah saya katakan tanda-tanda keberhasilan pemerintah itu. Pertama, cadangan devisa cukup baik, tidak pernah tercatat dalam sejarah kemerdekaan kita. Kedua, stabilitas inflasi sudah bisa diatasi, sudah juga di bawah dua digit. Ketiga, nilai tukar juga sudah stabil. Keempat, keamanan juga sudah membaik. Nah itulah semua rambu-rambu untuk datangnya investasi. Jadi saya kira memang tidak bisa sekaligus langsung ramai. Seperti juga terjadinya bom Bali, meledak bom itu lantas ramai orang datang, tapi sempat terjadi kekurangan, baru bangkit kembali. Nah itulah saya bilang 2007 ini adalah kebangkitan investasi.

MTI: Kondisi Indonesia pada 2009 menurut gambaran Anda kira-kira bagaimana, baik secara ekonomi maupun politik.

AKSA: Kondisi Indonesia itu pada 2009 pasti akan bagus dari segi ekonomi. Dan kalau semua konsep pemerintah sekarang ini bagaimana membangun infrastruktur, jalan tol lintas Jawa, Jakarta – Surabaya. Dan kedua mau membangun 10 ribu Mega Watt tenaga listrik berarti ada satu infrastruktur ekonomi yang terselesaikan, ada satu infrastruktur bidang kelistrikan yang selesai.

Kedua kekuatan ini akan menjadi urat nadi daripada tumbuhnya ekonomi. Karena tidak ada pertumbuhan ekonomi yang bagus dan investasi yg bagus tanpa infrastruktur jalanan yang bagus. Tidak ada investasi yang datang tanpa listrik yang baik. Sehingga saya yakin pada 2009, masalah ekonomi ini akan baik.

Kemudian masalah pergeseran-pergeseran kemungkinan terjadi akibat adanya perintah UU yaitu pelaksanaan Pemilu Presiden, pasti suhu politik akan naik dan terjadi peta-peta baru. Tentu peta lama sudah lewat dan akan timbul peta baru. Peta-peta baru ini nanti akan menimbulkan analisa-analisa baru, perhitungan-perhitungan baru sehingga akan melahirkan hasil-hasil yang maksimum.

Tapi saya yakin bahwa Pemilu 2009 ini akan lebih mendewasakan masyarakat kita dalam soal pelaksanaan Pilpres. Namun konsep kita bahwa sebenarnya kita ingin sama dengan Aceh dimana pemilihan gubernur dan seluruh bupati dilakukan sekaligus secara bersamaan. Ke depan tentu harapan kita, pemilihan presiden, pemilihan gubernur dan bupati dilakukan secara serentak, sehingga kita hanya menghadapi getaran suhu poitik yang tinggi hanya sekali dalam 5 tahun, sesudah itu kita bekerja penuh.

Kalau sekarang ini, sepanjang hari, sepanjang tahun suhu politik tidak pernah surut karena dimana-mana Pilkada terus. Jadi tiada hari tanpa berita demo, tiada hari tanpa berita protes. Oleh karena itu, harapan kita ke depan supaya Pilkada hanya sekali. Walaupun saya kira pada tahun 2009 masih sulit dilaksanakan. Tapi minimal 2009 sudah bisa menghasilkan wacana. Jadi 2014 kita sudah bisa melaksanakan sehingga bangsa kita ke depan itu makin bagus berdemokrasi.

Kenapa 2009 ini saya katakan lebih bagus dibanding sebelumnya, karena diharapkan perekonomian sudah lebih bagus. Kedua, tingkat pendidikan juga sudah semakin merata. Tingkat kesejahteraan juga mungkin sudah lebih luas. Tapi belum mencapai tingkat yang ideal karena income perkapita kita itu masih di bawah rata-rata. Bisa dibilang bagus apabila sudah bisa di atas $3000 perkapita. Sedangkan kita itu pada 2009 paling bisa naik $1750, saya kira. Jadi masih di bawah rata-rata.

Harapan kita nanti bahwa Pemilu 2009 akan lebih baik. Mungkin analisa saya saja, tapi mudah-mudahan benar, karena kalau benar akan menaikkan kredibilitas kita juga dan kalau salah ya reputasi kita turun.

Pikiran saya, 2009 ini tidak seramai dengan partai politik 2004. Karena berdasarkan pengalaman, kalau sebelumnya itu setiap partai politik atau partai peserta Pemilu dapat santunan dari negara. Berdasarkan 2004, santunan itu tidak lagi sehebat Pemilu sebelumnya, hanya berdasarkan perolehan kursi. Jadi orang juga mungkin balance-balance saja dengan biaya yang dikeluarkan. Nah, kalau itu terjadi, saya harapkan bahwa ke depannya itu nanti akan lebih bagus.

MTI: Kemudian ke wilayah politik lagi, kemitraan DPR atau legislatif dengan pemerintah. Tampaknya perkembangan demokrasi itu sekarang mengarah dimana kewenangan DPR itu sangat kuat. Pendapat Anda tentang itu dalam menjemput kemakmuran Indonesia masa depan?

AKSA: Sebenarnya kewenangan DPR itu memang berdasarkan UUD 45, setelah mengalami perubahan. Hasil perubahan itu dibuat keseimbangan antara eksekutif dengan legislatif. Karena pengalaman kita sebelum perubahan UUD bahwa eksekutif itu powerfull. Tapi tidak bisa kita salahkan karena UU seperti itu, membuat eksekutif powerfull.

Saya kasih contoh pasal 1 UUD 45 berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada MPR. Dan MPR memberikan mandat, menunjuk presi-den sebagai mandataris. Jadi kembali dari rakyat ke majelis, majelis kepada presiden, ya pasti jadi full power.

Lalu hasil perubahannya itu berbunyi ” Kedaulatan berada di tangan rakyat dilaksanakan sepenuhnya menurut UUD. Sehingga tidak terus lagi ke eksekutif. Itulah sebabnya presiden dipilih langsung, wapres dipilih langsung, bupati dipilih langsung, gubernur dipilih langsung. Karena kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya menurut UU. Jadi tidak lewat ke MPR, dari MPR ke mandataris presiden. Jadi itu salah satu pasal yang membuat bahwa pemerintah tidak super power lagi karena perintah UU.

Nah kenapa ada anggapan bahwa DPR super power. Sebenarnya DPR juga tidak super power, cuma pemerintahnya yang tidak mampu bertahan kalau ada masalah-masalah sehingga ada kecenderungan semua permasalahan yang di DPR, pemerintah cenderung untuk mengalah. Jadi sebenarnya pemerintah juga harus bertahan bahwa ini bukan wilayah DPR, tapi dia juga mau, biar juga bukan wilayah DPR tapi mau dipanggil DPR, ya sudah. Salahnya sendiri kan?

MTI: Saat ini Anda sudah berjuang dan mengabdi dalam tiga dimensi kehidupan, mulai dari sebagai pengusaha, politisi dan pejabat negara. Bagaimana Anda menyikapinya?

AKSA: Iya, ada tiga kehidupan. Kehidupan pertama sebagai pengusaha, kehidupan kedua sebagai politisi, dan kehidupan ketiga sebagai pejabat negara. Kalau antara posisi sebagai politisi dengan pengusaha dalam kehidupan sehari-harinya seolah bertentangan. Hal mana dalam dunia politik berbohong seperti lumrah, tapi dalam bisnis itu paling haram. Sebagai pengusaha kejujuran adalah modal utama. Lalu sebagai pejabat negara, kedua-duanya posisi ini harus kombinasi. Jika dikatakan di politisi bohong itu tidak dosa, kalau di pejabat Negara, bohong itu tidak boleh. Semata-mata intinya harus kejujuran.

Jadi saya simpulkan, antara dunia usaha, dunia politisi dan pejabat negara, akan melahirkan landasan utamanya adalah kejujuran. Kenapa? Bahwa bangsa ini harus diurus dengan landasan kejujuran supaya masyarakat ini bisa percaya kepada pemimpinnya karena tidak ada pemimpin yang sukses tanpa mendapat dukungan kepercayaan daripada yang dipimpin.

Oleh karena itu, saya berpikir bahwa posisi saya sebagai pejabat negara harus berada dalam landasan kejujuran. Kejujuran itu artinya, tidak boleh menghianati komitmen-komitmen sebagai pejabat negara. Oleh karena itu, kalau menjadi pejabat negara, kita jangan mencari kekayaan tapi mencari keharuman nama, karena memang negarawan, ya begitu. Tidak ada negarawan yang kaya, tapi negarawan itu punya keharuman nama dan selalu dikenang. Lebih mahal nilainya kenegarawanan itu daripada kekayaan oleh karena kenikmatan yang tinggi menjadi pejabat negara itu adalah kita mencari keharuman nama.

Kalau dua tadinya itu berbeda. Kalau politisi bagaimana berjuang untuk merebut kekuasaan. Kalau bisnis, bagaimana berjuang mendapatkan keuntungan. Sedangkan kenegarawanan itu bagaimana kita berbuat untuk mendapatkan keharuman nama. Tentu keharuman hanya bisa dicapai kalau dilandasi pengabdian, apa yang kita buat untuk kepentingan orang banyak, apa yang kita bikin untuk kepentingan yang lebih luas. Apa kita bikin pada dasarnya untuk kepentingan bangsa. Itulah landasan untuk menjadi pejabat negara.

Jadi kalau kita mau di luar dari jalur koridor itu, mau kaya, mau merebut kekuasaan yang terus menerus, kita bukanlah negarawan. Walaupun pejabat negara itu pada dasarnya perjuangannya juga untuk merebut kekuasaan tapi kekuasaan kita melalui partai politik, namun kita harus menempatkan diri sebagai negarawan. Sudah lain cara berpikirnya.

Tapi selama masih ada kaitan bisnisnya atau kepentingan politiknya, posisi kenegarawanannya akan terganggu. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang menduduki kepecayaan sebagai pejabat negara tapi tidak menghasilkan keharuman nama, malah menghasilkan kesan yang tidak bagus dalam pengabdiannya. Karena dia tidak bertindak sebagai negarawan. Nah, tinggal kita pilih, mau menjadi kesan baik, teladan kepada generasi pengganti kita, mari berbuat yang sebaik-baiknya. Kalau mau dicaci-maki oleh generasi pengganti kita, bikinlah dosa selama kepercayaan dan kekuasaan itu dilaksanakan.

Oleh karena itu, itu yang saya katakan bagaimana kita berbuat sebaik-baiknya sesuai amanat rakyat, amanat bangsa ini, perintah UU. Semua yang dipercayakan mengurus negeri ini seharusnya berbuat sebaik-baiknya untuk kepentingan yang lebih besar.

MTI: Anda berlatarbelakang pengusaha kemudian jadi politisi dan pejabat negara. Dan kebetulan juga dekat dalam hubungan keluarga dengan M Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden yang berada di pusat kekuasaan. Pertanyaan yang muncul di publik, apa tidak ada perbenturan kepentingan antara bisnis dengan jabatan sebagai pejabat negara?

AKSA: Oleh karena itu, seluruh bisnis Bosowa yang kini dikendalikan anak saya, saya larang mengerjakan proyek pemerintah. Boleh dicari, mana ada proyek Bosowa Group bersumber dananya dari pemerintah, tidak ada. Semuanya bekerja untuk umum. Seperti jalan tol, dana pembangunannya bukan dari pemerintah. Bikin pembangkit listrik dan kebun, uangnya bukan dari pemerintah. Jadi tidak ada bersumber dari dana pemerintah.

Yang ada adalah kebijakan pemerintah yang memang siapa yang mau bangun jalan tol, apabila ada uangnya silahkan bangun. Siapa mau bangun pembangkit listrik, yang ada uangnya silahkan bangun, itu saja kita. Pemerintah hanya menciptakan iklimnya. Jadi saya suruh anak saya, masuklah pada bisnis yang tidak bersumber dari dana pemerintah tapi masuk dalam bisnis yang iklimnya diciptakan pemerintah.

MTI: Anda mendirikan pabrik semen Bosowa dari uang yang tidak ada dan keahlian juga tidak ada tapi menjadi ada, filosofinya begitu. Sesungguhnya bagaimana Anda mewujudkannya?

AKSA: Memang, saya tidak punya uang, selain uangnya besar, kemudian tidak punya pengetahuan bagaimana membuat pabrik semen, tapi saya pu-nya ide untuk bangun pabrik semen. Tidak punya uang, tidak punya lokasi, tidak punya apa-apa, tapi idenya ada. Modalnya hanya ide dan nekad. Maka saya bilang, pengusaha itu harus ada keberanian. Keberanian itu landasannya juga adalah nekad-nekad, dalam artian berani mengambil risiko dan yakin mampu mengatasi bahkan memperoleh hasil dari risiko itu.

Juga harus ada kejujuran dan kepercayaan. Kenapa? Setelah ada ide, ide itu saya jual ke lembaga keuangan. Tentu lembaga keuangan menyambut ide saya karena ada kepercayaan. Itulah yang saya katakan landasan kepercayaan. Ide saya jual ke lembaga keuangan. Lembaga keuangan memberi harapan kemudian saya cari ahlinya, siapa ahli membangun pabrik semen karena saya tidak punya keahlian. Maka saya rajin ikut seminar. Ketemulah seorang Swiss, namanya Resi Hamdan, membawakan makalah tentang bisnis semen. Lalu ia saya undang, kemudian saya rekrut pindah sama saya dan akhirnya sampai sekarang masih dia. Jadi dari tidak punya uang, tidak punya pengetahuan, tapi punya ide. Saya memenej keduanya maka lahirlah semen Bosowa itu.

MTI: Itulah pebisnis sesungguhnya ya?

AKSA: Ya mudah-mudahan, tapi begitu menurut saya. Bagaimana suatu ide dikembangkan, diyakini bahwa ini akan berputar, bagaimana. Sebab kalau secara teori semuanya tidak mungkin. Sampai ada seorang guru besar dari Universitas Hasanuddin yang diberitahu direktur pengembangan saya bahwa saya akan membangun pabrik semen. Guru besar itu bilang, “Kau punya bos sudah sakit-sakit itu. Itu ide orang sakit, ide orang gila itu.”

Sebab yang bisa membangun pabrik semen waktu itu hanya Lim Swie Liong sama Hasyim adiknya Prabowo, semua yang berada di sekitar kekuasaan. Nah, saya kan orang yang jauh dari kekuasaan, pinggiran Republik Indonesia lagi, Makassar. Jadi professor itu bilang begitu, ide gila. Tapi ya, modal saya yakin percaya, tentu di samping berdoa. Tuhanlah yang memutuskan bahwa ide saya, cita-cita saya bisa terwujud atau tidak. Itulah terjadinya. Kalau memang Tuhan menghendaki, tidak ada yang bisa menghalangi.

MTI: Sekarang Bosowa Group itu sudah mencakup bidang bisnis apa?

AKSA: Kalau bidang usaha kita, kor bisnis kita itu ada di bidang industri semen tetapi tetap kita mempertahankan kor bisnis properti, juga ada taksinya, ada banyak. Juga masuk dalam wilayah transportasi, ada kapalnya dan banyak di situ. Kemudian ada perkebunan sawit, ada jalan tol dan tentu ada lembaga keuangan. Jadi kita lakukan seperti itu, mudah-mudahan bisa jalan dengan baik.

MTI: Jumlah perusahaan di bawah Grup Bosowa bisa kita tahu?

AKSA: Kalau sekarang ini kira-kira 30-an.

MTI: Lalu asetnya kira-kira berapa?

AKSA: Sebenarnya sih ada, cuma saya kira kita belum report untuk tahun 2006. Nantilah. Yang penting bahwa semen Bosowa itu nilainya kurang lebih 2,5 triliun ditambah semen Mil yang dibangun di Batam lagi kurang lebih 50 juta dollar. Jadi industri semennya saja kurang lebih sekitar itulah. Ditambah yang lain-lainnya.

MTI: Masuk lagi ke dunia politik. Sebagai anggota DPD, dalam proses demokrasi, itulah pertama kali utusan daerah dipilih secara langsung. Tentu tidak mudah mendapat kepercayaan dari masyarakat. Itu pasti karena dikenal dan diakui sehingga Anda dipilih menjadi utusan dari Sulawesi Selatan dengan suara terbanyak. Tapi di samping itu, dalam proses demokrasi di DPD, Anda terpilih menjadi utusan DPD untuk duduk di kepemimpinan MPR. Tentu sudah mencakup dalam posisi politik yang lebih tinggi dalam urusan-urusan kepentingan kenegaraan. Peranan apa saja sekarang yang Anda lakukan?

AKSA: Ya, memang saya sebagai wakil daerah, Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih langsung rakyat dan suara terbanyak di daerah pemilihan saya, tentu tugas saya sesuai dengan UU, menyuarakan daerah yang saya wakili, mewakili wilayah termasuk rakyat di dalamnya.

Berbeda dengan anggota DPR mewakili kelompoknya, kalau DPD mewakili wilayahnya dan seluruh rakyatnya. Jadi bukan kelompok manusia yang kita wakili tapi wilayah dan masyarakatnya. Tentu tugas-tugas pokok adalah menyuarakan suara-suara daerah, kepentingan daerah dan suara rakyat itu. Jadi memberi perjuangan bagaimana masyarakat yang saya wakili ada kesetaraan dengan kawasan-kawasan lainnya sehingga kehidupan di daerah yang diwakili itu tidak menjadi daerah yang tertinggal dibanding daerah lainnya.

Kemudian tugas-tugas kenegaraan setelah menjadi wakil pimpinan MPR, tentu saya lebih menempatkan diri memikirkan setiap langkah kebijakan dan keputusan-keputusan yang selalu mementingkan nasional. Oleh karena itu, tidak lagi berpikir dari kawasan tapi seluruh kawasan bagaimana kebijakan-kebijakan perjuangan yang bersifat menyeluruh karena pada dasarnya kita tidak lagi hanya memikirkan 8 juta rakyat Sulawesi Selatan tapi berpikir bagaimana seluruh rakyat Indonesia yang memerlukan perbaikan kehidupan.

Dari yang sudah mampu didorong supaya lebih mampu lagi dan yang tidak mampu didorong supaya jadi mampu. Dari miskin menjadi tidak miskin. Saya pikir itulah posisi sebagai pimpinan MPR. Mudah-mudahan tugas-tugas ini bisa saya jalankan sebaik-baiknya. Pertama, tidak mengecewakan daerah yang saya wakili. Kedua, tidak terlalu mengecewakan seluruh rakyat Indonesia.

Saya duduk di sini bukan berpikir demi kepentingan diri saya sendiri, tapi saya selalu mau berdoa memohon mudah-mudahan di posisi ini saya selalu berpikir untuk kepentingan rakyat Indonesia, bangsa Indonesia, dan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa bagaimana pun tugas kita ini adalah menjaga negeri ini, negara kesatuan dan menjaga rakyat Indonesia.

MTI: Dalam beberapa waktu yang lalu ketika Partai Bintang Reformasi dalam konflik, kelihatannya Anda sangat aktif menjembatani perbedaaan di dalam partai itu. Apa motivasi dan tujuannya?

AKSA: Itulah, bahwa posisi saya sebagai wakil ketua MPR, bahwa Partai Bintang Reformasi adalah salah satu partai yang anggotanya yang duduk di DPR sebagai anggota MPR. Tugas kenegaraan itu, tugas pimpinan bagaimana hal-hal perbedaan untuk kita persatukan. Karena saya punya pendapat, tidak ada perbedaan yang tidak bisa diselesaikan. Karena menurut saya perbedaaan itu hanya karena adanya perbedaan kepentingan, tapi orang yang berbeda sesungguhnya awalnya adalah orang bersatu. Setiap orang berbeda, awalnya orang bersatu. Kemudian dia berbeda karena ada kepentingan berbeda. Oleh karena itu, bagaimana mempersatukan, ya kita mencoba menggiring kembali seperti awal bersatunya. Jadi jangan terlampau banyak mempersoalkan di ujungnya. Di upayakan kembali seperti pada saat dia bersatu.

Saya bilang, kenapa tidak kembali ke seperti itu, karena kalau kau kembali ke sana, anda berjalan langgeng bersama-sama ke depan dengan baik. Kalau kau ambil perbedaan ini, dua-duanya tidak akan berjalan baik dan dua-duanya hancur. Dulu kan Anda bersatu, menjadi besar kan, menjadi baik. Kenapa memilih berbeda untuk hancur? Nah itu saja saya ingatkan, menyadarkan komitmen-komitmen pertamanya, cobalah kembali ke sana. Di lain pihak kalau ada perbedaan selama perjalanan, Anda kan mengakui sendiri manusia biasa. Nah, karena manusia biasa itu kita bisa berbeda, tapi sebagai manusia biasa bisa juga bersatu. Karena berkelahi, kemudian kita bersatu kembali. Itu saja.

MTI: Tidak ada kepentingan atau agenda politik praktis untuk kepentingan Pemilu 2009, misalnya?

AKSA: Tidak! Kalau saya sih punya kehidupan bagaimana menolong orang karena menurut pendapat saya, setiap pertolongan pasti ada hasilnya. Kalau tidak dapat di dunia, kita dapat di akhirat.

Sama dengan saya di yayasan perusahaan kita, bagaimana setiap tahun membiayai orang sekolah, ada yang tamat SMA, S1, S2. Kalau baik prestasinya, kita biayai masuk S2 tapi kita tidak ada ikatan bahwa harus kerja di Bosowa, tidak. Tugas kita hanya mengantarkan anak bangsa ini yang prestasinya baik untuk selesai sekolahnya karena orangtuanya tidak mampu. Kita mewakili orangtuanya mengantarkannya menjadi anak bangsa yang baik. Setelahnya, silahkan saja masuk masyarakat. Kalau sudah jadi, mau ngomong dengan saya tidak apa-apa, kalau ketemu di jalan tidak tegur tidak apa-apa. Kalau tegur alhamdulillah.

Salah satu anak yang saya biayai sekolah di Amerika. Anaknya memang baik, saya bahagia saja. Lama kerja di sana, di perusahaan Amerika. Sekarang kembali ambil S2-nya sudah biaya sendiri. Artinya, saya membukakan pintunya, kemudian dia jadi, ya sudah. Mudah-mudahan anak ini akan lebih baik. Masalah dia sudah jadi, lantas kalau ketemu dia memberikan senyum, alhamdulillah, kalau tidak, ya, nggak apa-apa.

MTI: Kalau tidak salah, Majalah Forbes Asia menyebut Anda orang terkaya nomor 28 di Indonesia dari 40 orang terkaya di Indonesia. Bahkan untuk pribumi, Anda orang terkaya nomor 6 di Indonesia. Apa komentar Anda mengenai itu.

AKSA: Ya, tentu komentar pertama adalah saya selalu mensyukuri setiap berita baik tentang diri saya bahwa ada orang berpendapat seperti itu apalagi ini adalah majalah sekaliber Forbes itu. Tapi namun demikian, bahwa saya juga merasa tidak merasa berada di pering-kat itu karena orang Forbes sama se-kali tidak saya kenal dari mana ujung-pangkalnya. Sama dengan sebelumnya, Warta Ekonomi menulis bahwa saya nomor 24, saya juga mencari koran itu, mencari siapa orang-orang ini dan darimana data ini. Jadi saya tidak menghitung kriteria-kriteria itu tapi mungkin apa yang dia tulis tentu berdasarkan analisa pendapat dia.

Tapi saya berfikir masih banyak pengusaha nasional Indonesia yang belum dianalisa. Jadi kalau dianalisa 100, menemukan 40, saya berada di situ. Seandainya dianalisa 300, mungkin saya tidak berada di situ. Itu pemikiran saya. Karena saya sungguh berusaha dan bekerja itu belum pernah bercita-cita peringkat itu kecuali saya selalu berpikir bagaimana bekerja sebaik-baiknya, mengabdi sebaik-baiknya, buka lapangan kerja sebanyak-banyaknya dan kemudian bagaimana Bosowa ini bermanfaat bagi orang banyak. Jadi bagaimana supaya Bosowa ini dimiliki orang banyak, supaya jangan hanya milik saya.

Banyak teman-teman yang terpilih di situ takut berbicara, saya bilang kenapa takut berbicara. Kenapa takut, itu hak kita. Hak orang menulis, kita punya hak bicara. Forbes punya hak menulis, ya kita punya hak berbicara.

Jadi itu haknya dia, dan sebagai media terkemuka tidak mungkin sembarang menulis. Saya hanya berdoa saja sudah dimasukkan dalam wilayah peringkat. Ya akhirnya saya dipaksa bercita-cita naik peringkat. Yang tadinya saya tidak bercita-cita peringkat, akhirnya karena masuk peringkat, ya tentu saya bilang sama anak saya, “Kalau saya berhasil begini, kalau tidak berhasil Anda lebih baik dari saya, Anda tidak hebat. Kalau Bosowa tidak naik peringkat berarti kan tidak hebat sebagai CEO, sebagai penerima estafet. Jadi tolonglah ini supaya naik peringkat karena naik peringkat itu suatu cita-cita mulia,” saya bilang. Mudah-mudahan Forbes itu nanti tim evaluasi yang menilainya menemukan adanya data baru karena kalau masih ada data yang belum masuk ditemukan, mungkin naik peringkat kan?

MTI: Sekarang kira-kira berapa persen pengaruh Anda dalam pengambilan keputusan perusahaan Bosowa Group?

AKSA: Sekarang ini relatif saya tidak lagi, kecuali anak saya bertanya, saya bantu saja. Saya sering membantu memotifasi karyawan saja karena ada gap antara saya dengan generasi yang baru. Mereka itu kan sebagai anak muda masih penuh agresif, maunya cepat, pensiunkan saja semua. Saya bilang bertahap, yang masih produktif pertahankan. Jadi itulah tugas-tugas saya, hanya sebagai stabilisator dan yang kedua, memotifasi yang baru-baru.

MTI: Kita mengalami goncangan ekonomi pada 1997 – 2000, krisis moneter, sehingga banyak perusahaan yang kolaps. Bagaimana Bosowa Group bisa eksis. Bagaimana goncangan yang dialami pada waktu itu, terasa tidak pada Bosowa?

AKSA: Semua perusahaan di Indone-sia pada tahun resesi itu, tahun 1997-2000 tidak ada yang tidak mengalami goncangan, semua merasa sakit, sehingga ada yang harus menyelesai-kan tugasnya sebagai pengusaha. Tapi kita syukur alhamdulillah, kita berhasil melewati satu goncangan, satu ombak, satu topan yang begitu keras. Seperti musibah Durian di Filipina, tapi tidak semua orang Filipina mati kan? Kira-kira seperti itu. Jadi kita juga meng-alami goncangan yang begitu keras.

Pada awalnya, kita justru sempat menganggap salah langkah mengambil keputusan. Kenapa saya bilang salah mengambil keputusan? Karena kita bela betul-betul Bosowa tidak masuk BPPN. Kita salah ambil keputusan saya bilang karena semua perusahaan yang masuk BPPN memperoleh kenikmatan dan keuntungan. Kita yang membela betul-betul tidak masuk BPPN tetap membayar kewajiban di Bank, utang-utang dibayar bahkan utang bertambah gara-gara itu, karena nilai dollar ke rupiah. Tapi teman-teman yang masuk BPPN selama resesi tidak pernah bayar bunga, tidak pernah bayar pokok kemudian setelah itu dia beli 20% kembali. Maka dia yang sebelumnya orang kaya tapi banyak utang, tapi setelah masalah BPPN, dia menjadi orang kaya tanpa utang, kaya raya dia.

Kalau saya sebelumnya juga umpama seperti itu (orang kaya) tapi tetap ada utang. Tapi saya bersyukur tidak masuk seperti itu, karena tidak termasuk pengusaha yang merugikan negara. Saya merasa nikmat karena saya tidak merugikan negara, justru negara merugikan saya. Namun yang saya sayangkan, bahwa orang yang niatnya baik, negara tidak sedikitpun memberi penghargaan. Justru yang menikmatinya dipuji-puji lagi bahwa banyak uangnya padahal uangnya itu uang negara juga, tapi ya sudahlah.

MTI: Tadi Anda singgung mengenai yayasan yang didirikan dan dikelola oleh Bosowa Group. Apa kira-kira kegiatan yayasan ini?

AKSA: Kegiatannya saat ini yang pertama menyangkut masalah pendidikan dan masalah sosial. Oleh karena itu, lembaga ini kalau ada bencana, itu langsung turun dengan memakai dana yayasan. Dan juga mengumpul dana dari karyawan untuk berpartisipasi. Kemudian masalah pendidikan, ya memang tiap tahunnya kita memberi kesempatan pada anak-anak yang berpotensi tapi orang tuanya tidak mampu.

Yang kedua bagaimana lembaga itu juga ikut dalam pembentukan karakter dan landasan masa depan dengan membangun pusat-pusat pendidikan anak-anak, terutama bagaimana anak-anak ini bisa belajar agama yang baik. Karena kita pikir bahwa hanya dengan pendidikan agama yang baik dari agama apapun akan membentuk karakter masyarakat ini baik. Dengan karakter ini akan melahirkan suatu budaya yang bagus sehingga ada moral, sehingga anak bangsa ini menjadi anak bangsa yang baik dan menjadi warga yang baik yang mengurus negeri ini dengan bagus.

MTI: Nama yayasannya?

AKSA: Yayasannya ada dua. Satu yayasan ini kita sebut Yayasan Bosowa, yayasan ini sebenarnya kita pakai mengembangkan sektor-sektor masyarakat. Satu lagi namanya Yayasan Haji Mahmud. Jadi saya bikin kayak yayasan bapak saya itu namun saya fokuskan yayasan orang tua itu untuk pendidikan taman kanak-kanak. Jadi Yayasan Haji Mahmud fokus atau khusus membuat taman kanak-kanak supaya anak-anak ini sejak sedini mungkin sudah diberi training pengembangan diri melalui kreatifitas.

MTI: Ada kegiatan sosial keagamaan selain itu?

AKSA: Ya kita di Yayasan Bosowa membangun TPA. TPA itu adalah taman tempat belajar mengaji. Itu kita ada bangun 150 TPA. Tentu betul-betul kita arahkan. Ya, membantulah bagaimana mendorong sekolah-sekolah swasta supaya bisa memperbaiki kualitasnya supaya ke depan ini sekolah swasta menjadi sekolah yang memiliki kualitas yang sama dengan sekolah negeri.

Memang sebagian sekolah swasta lebih unggul kualitasnya tapi tidak sedikit juga sekolah swasta yang di bawah rata-rata. Nah, yang kita dorong ini yang di bawah rata-rata. Kita mengundang ketua-ketua yayasannya untuk diskusi, seminar bagaimana sebenarnya mengelola sekolah yang baik dan kemudian bagaimana dana sekolah itu bisa dikembalikan. Jangan semua pendapatan dipergunakan untuk kepentingan pendiri yayasan tapi justru bagaimana itu digunakan untuk peningkatan sekolah sehingga kualitas sekolah itu makin baik dan makin baik.

MTI: Yang memimpin yayasan ini langsung Anda atau orang lain?

AKSA: Nggak, saya hanya pembina. Yang memimpin ini adalah karyawan senior yang sudah pensiun. Jadi karyawan-karyawan pensiun yang memang masih punya potensi itu dikirim ke situ untuk mengurus yayasan.

MTI: Bagaimana Anda menjaga dan memelihara kesehatan?

AKSA: Saya dalam memelihara kesehatan yang saya perhatikan yaitu bagaimana kontiniutas main golf, dan kalau saya pulang ke tempat kelahiran saya, ya saya pergi di laut berenang, menyelam. Karena itu menikmati, kalau kita di Jakarta atau negeri lainnya menikmati alam ini tapi kalau di laut, kita menikmati bagaimana indahnya dalam air. Di sana juga banyak keindahan-keindahan dalam air. Kalau sebagai pengusaha, menyelam itu semua utang kita lupakan. Kalau sebagai politisi, semua persoalan kita lupakan.

Menyelam itu adalah sesuatu dunia kenikmatan, keindahan bebas dari segala-galanya. Pada dasarnya untuk memelihara kesehatan ini juga harus ada waktu yang harus dibebaskan dari segala beban. mti/ms-srs-hbs

© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA
Tokoh Terkait: Aksa Mahmud, | Kategori: Wawancara | Tags: Politisi, Pengusaha, DPR, MPR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini