Bersinar Sepeninggal Suami

Jajang C Noer
 
0
622
Jajang C Noer
Jajang C Noer | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Sepeninggal suaminya Arifin C Noer, kiprahnya sebagai aktris film layar lebar makin bersinar. Peraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1992 ini bahkan menyutradarai sinetron, film televisi dan pementasan teater.

Jajang C Noer lahir dengan nama asli Lidia Djunita Pamontjak di Paris, Prancis, 28 Juni 1952. Jajang adalah putri tunggal pasangan Nazir Dt. Pamontjak dan Nini Karim. Ayahnya, merupakan diplomat Indonesia untuk Prancis yang pertama. Pekerjaan ayahnya itu membuat Jajang sering melanglangbuana ke berbagai negara. Selain Prancis, tempat kelahirannya, Jajang juga sempat bermukim dan bersekolah di Filipina.

Asal nama Jajang yang melekat padanya hingga saat ini, menurutnya bermula dari sapaan “sayang” dari orangtuanya. Akhirnya seiring waktu berjalan Jajang pun mulai menyebut dirinya dengan nama Yayang (ditulis Jajang dalam ejaan lama). Panggilan tersebut terus bertahan, bahkan teman-teman dan guru di sekolahnya pun menyapa Jajang dengan nama tersebut. Namun untuk nama di dokumen penting seperti rapor, paspor, SIM, dan rekening bank, Jajang masih menggunakan nama lahirnya.

Jajang terpaksa menjalani peran barunya sebagai sutradara setelah sang suami tercinta meninggal dunia di tahun 1995. Arifin C Noer, sutradara film fenomenal G30S/PKI itu berpulang meninggalkan warisan berupa naskah sinetron Bukan Perempuan Biasa yang baru diproduksi sebanyak tujuh episode.

Pada tahun 1978, setelah menikah dengan sutradara kondang Arifin C Noer, nama yang tertulis di KTP-nya berubah menjadi Jajang C Noer. Huruf “C” di tengah namanya merupakan singkatan dari Chairin. Dengan bermacam-macam nama yang disandangnya tadi, Jajang pernah membuat bingung seorang pegawai bank saat dirinya bermaksud mencairkan cek yang tertulis nama Jajang C Noer, sementara di KTP-nya tertulis Lidia C Noer. Pegawai bank yang kebingungan itu hampir menolak meski pada akhirnya cek tersebut cair juga.

Perkenalan perempuan berdarah Padang ini dengan dunia kesenian sudah dimulai pada usia lima tahun. Saat menetap di Manila, mengikuti ayahnya yang sedang menjabat sebagai dubes RI untuk Filipina, Jajang kecil gemar menari tari payung, tari piring, dan sesekali tampil mewakili Indonesia. Saat duduk di bangku SMA, ia mulai menggemari seni teater dan belajar gamelan. Jajang juga sempat bergabung dengan klub drum band di sekolah dan turut menyambut kedatangan Paus Paulus Yohanes VI di Senayan, Jakarta.

Setamat SMA, ia sempat tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia meski tak sampai selesai. Semasa kuliah, Jajang pernah terlibat dalam gerakan demonstrasi Malari 1974.

Setelah gagal menyabet gelar akademis, Jajang mulai melirik panggung teater sebagai wadahnya berekspresi. Tahun 1972, ia bergabung dalam sanggar Teater Ketjil pimpinan Arifin C Noer, seorang sutradara ternama yang kelak menjadi suaminya. Dari situ, akting Jajang mulai menghias panggung teater yang berdiri sejak tahun 1968 itu, meski di awal kiprahnya, Jajang hanya mendapat peran-peran kecil.

Pada tahun 1977, sang pemimpin teater, Arifin C Noer sedang menggarap film Suci Sang Primadona. Jajang kemudian dilibatkan sebagai pencatat skrip dalam film yang melejitkan nama Joice Erna itu. Setelah berkali-kali mendapat peran-peran kecil, akhirnya pada tahun 1992, Jajang mulai mendapat kesempatan untuk menampilkan aktingnya di depan kamera dengan porsi yang lebih banyak. Bibir Mer, sebuah film yang dibintangi Bella Esperance Lee dan Tio Pakusadewo menjadi langkah awal Jajang sebagai aktris film. Hebatnya, meski itu film pertamanya, Jajang tampil memukau sehingga berhasil menyabet Piala Citra sebagai Pemeran Pembantu Terbaik pada Festival Film Indonesia 1992.

Meski bersuamikan seorang sutradara handal, Jajang sama sekali tidak pernah berpikir untuk mengikuti jejak pria yang telah memberinya dua anak itu. Saking tak tertariknya, jangankan belajar ilmu penyutradaran secara formal, saat Mas Arifin, demikian Jajang biasa menyebut pria yang menikahinya di tahun 1978 itu, memberi masukan kepada para pemain pun, ia enggan mendengarkan.

Jajang terpaksa menjalani peran barunya sebagai sutradara setelah sang suami tercinta meninggal dunia di tahun 1995. Arifin C Noer, sutradara film fenomenal G30S/PKI itu berpulang meninggalkan warisan berupa naskah sinetron Bukan Perempuan Biasa yang baru diproduksi sebanyak tujuh episode. Setelah mendapat rekomendasi dari penulis naskah Ahmad Yusuf, Jajang mulai melanjutkan proyek tersebut. Namun siapa sangka, sinetron yang digarap Jajang dengan perasaan terpaksa itu justru berhasil menorehkan prestasi. Sinetron Bukan Perempuan Biasa yang dibintangi Christine Hakim itu meraih Piala Vidia sebagai drama seri terbaik dalam Festival Sinetron Indonesia.

Advertisement

Sejak kesuksesan yang tak disangka-sangka itu, Jajang pun mulai kebanjiran order menyutradarai sinetron, film televisi, serta pementasan teater. Pada Maret 2002, Jajang menyutradarai pementasan lakon Vagina Monolog di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Pementasan lakon yang naskah aslinya diambil dari terjemahan buku karya Eve Ensler itu melibatkan sejumlah aktivis perempuan ternama, seperti Ratna Riantiarno, Rima Melati, dan Nursjahbani Katjasungkana serta turut dimeriahkan dengan penampilan apik para aktris Tanah Air. Pementasan Vagina Monolog kali itu dimaksudkan sebagai pentas penggalangan dana bagi program penanggulangan perdagangan perempuan dan anak, sekaligus memperingati Hari Perempuan.

Pada Oktober 2011, Jajang menggelar Opera Batak di Theater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Diakuinya, opera bertema nasionalis itu merupakan opera terbesar yang pernah ia garap. Dalam pementasan opera tersebut, Jajang tak ingin memberikan suguhan yang biasa-biasa saja. Demi menambah kentalnya aroma Batak dalam opera besutannya itu, Jajang menggaet sejumlah selebritis berdarah Batak seperti Joy Tobing, Choky Sitohang, Judika, dan Ren Tobing.

Industri perfilman yang kian menunjukkan gairahnya juga membuat Jajang tak pernah sepi mendapat tawaran berakting. Meski hanya kebagian peran pendukung, kebanyakan film-film yang dibintanginya terbilang sukses di pasaran, misalnya Berbagi Suami, Arisan!, dan Laskar Pelangi.

Dalam menjalani karir, Jajang memiliki prinsip yang sederhana, yakni jujur dan percaya pada diri sendiri, apa pun risiko kesulitan dan konsekuensinya. Di usianya yang tak lagi muda, Jajang masih tampil dengan ciri khasnya yang riang dan ceplas-ceplos. Ibu dari Nitta dan Marah ini juga gemar membaca, hobi yang diakui Jajang membuatnya senantiasa cerah. Untuk memanjakan hobi tersebut, wanita yang fasih berbahasa Belanda dan Inggris ini menjadi anggota perpustakaan British Council. Ia juga memiliki perpustakaan pribadi di rumahnya yang juga merangkap sanggar seluas 400 meter persegi. Kalau ada waktu luang, Jajang memilih tidur daripada ke mana-mana karena kalau sedang kerja ia sering “lupa” tidur.

Seiring bertambahnya usia, Jajang mulai menyadari betapa pentingnya arti kesehatan. Ketergantungannya pada rokok dan minuman keras kini telah ia tinggalkan. Sedangkan untuk urusan mendidik kedua buah hatinya, Jajang yang sampai saat ini masih betah menjanda itu berusaha menanamkan persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan, serta sikap hormat kepada yang lebih tua. muli, red

Data Singkat
Jajang C Noer, Aktris, sutradara / Bersinar Sepeninggal Suami | Direktori | sutradara, UI, aktris, opera, teater

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini