Desainer Muda Berbakat
Oscar Lawalata
[SELEBRITI] Di usia yang belum genap 30 tahun, peraih penghargaan British Council’s International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Fashion Award 2009 ini sudah berhasil masuk dalam jajaran ‘desainer mahal’, dengan menawarkan tiga label: OscarOscar Colture, Oscar Lawalata etnik, dan OscarOscar ready to wear. Hampir 90% rancangannya buatan tangan dengan mengedepankan elemen tekstil asli Indonesia, pewarna alami dan budaya etnik.
Oscar Septianus Lawalata, demikian nama lengkap pria kelahiran Pekanbaru, 1 September 1977 ini. Oscar adalah putra pasangan Alexander Polii dan aktris Ragnild Antoinette atau yang lebih dikenal dengan nama Reggy Lawalata. Sejak kecil, sisi feminim pria berdarah campuran Jawa-Ambon-Manado ini memang lebih menonjol. Ia lebih suka bergaul dengan teman-teman perempuan dibanding laki-laki. Oleh karena itu, Oscar yang di masa kecilnya jago bermain bola bekel ini tak urung selalu menjadi bahan ledekan. Belum lagi pembawaannya yang gemulai, ditambah kulit halus, alis mata bagus, dan bibir merah alami, tak ayal memancing anak-anak untuk iseng mengolok-oloknya.
Untunglah, meski selalu diejek, Oscar bukan anak yang cengeng, siapa pun yang menghinanya akan ia lawan. Itu juga berkat didikan ibunya agar ia berani menantang siapa pun kalau memang benar. Didikan ini sebenarnya agak preman, tapi itulah yang Oscar terapkan selama sekolah. Dengan begitu, ia tumbuh menjadi anak yang kuat dan tahan banting dari segala omongan buruk tentang dirinya.
Sulung dari dua bersaudara ini berusaha untuk tetap tegar dalam mengarungi kehidupan. Itulah yang selalu diteladaninya dari sang bunda, Reggy. Saat Oscar berusia lima tahun, ia harus menghadapi kenyataan pahit akibat perceraian kedua orang tuanya. Karena tidak terlalu lama hidup bersama dengan sang ayah, Oscar mengaku tak ada satu pun kenangan yang tersisa tentang ayahnya, fakta yang diakuinya mempermudah dirinya menerima kenyataan.
Karena masih di bawah umur, Oscar dan adik kandung satu-satunya, Mario Lawalata, berada di bawah pengasuhan Reggy. Sebagai orang tua tunggal, Reggy pontang panting menghidupi dua buah hatinya. Menjahit cempal pegangan panci sampai tengah malam untuk dijual seharga lima ratus rupiah sepasang, berjualan gado-gado dan es cendol, menjadi sopir bus sekolah, sampai menenteng tas besar berisi barang kreditan ke rumah teman-temannya yang sedang mengadakan arisan sambil menuntun Oscar dan Mario, semua dilakoni Reggy.
Perjuangan ibundanya yang tak kenal lelah membuat Oscar tumbuh menjadi anak yang kuat meski ia sadar bahwa dirinya berbeda dari pria pada umumnya. Walau begitu, Oscar yang di masa kecilnya bercita-cita menjadi petani ini tak sedikit pun minder, sifat femininnya justru membuat Oscar lebih peka terhadap keindahan dan seni. Itulah yang pada akhirnya menarik Oscar untuk terjun ke dunia fesyen. Berbekal bakat menggambar yang dimilikinya, Oscar mulai meniti mimpinya menjadi seorang desainer dengan bersekolah di Esmod, Jakarta. Program yang seharusnya tiga tahun, hanya dijalani separuhnya. Oscar berhenti sekolah saat terjadi krisis moneter tahun 1998. Uang yang sedianya untuk biaya sekolah digunakannya untuk membuka usaha.
Meski gagal menyelesaikan pendidikannya di sekolah mode tersebut, jiwa wirausaha Oscar begitu menggebu-gebu. Seperti kebanyakan desainer yang baru membangun karirnya, ia ingin memiliki butik. Keinginan tersebut akhirnya kesampaian. Berawal dari persahabatannya dengan seorang model bernama Novie yang dikenalnya saat mengikuti lomba model di majalah remaja semasa SMA dulu. Kebetulan, Novie merupakan sosok yang sangat mengerti orang-orang seperti Oscar.
Bersama Novie, yang sudah dianggapnya sebagai kakak, Oscar mulai memasuki dunia pergaulan orang-orang fesyen. Novie kemudian mengajak Oscar untuk bekerja dengan pacarnya yang biasa disapa Mas Awi, di event organizer (EO) miliknya. Saat itu bisnis EO belum sebanyak sekarang. Jadi, EO mereka sering mendapat proyek besar. Oscar bertugas menangani baju-baju penari karena mereka juga bertindak sebagai show director untuk beberapa acara.
Setelah hubungan Novie dan Mas Awi berakhir, Oscar dan Novie kemudian mencetuskan ide untuk membuat butik berdua di tahun 1997. Jika Oscar memiliki minat yang tinggi pada fesyen, Novie sangat menyukai bidang interior. Mereka lalu berkolaborasi dan membuka butik dengan nama Ne’ Tes di Jalan Senopati, Jakarta. Dulu, kondisi butik yang sekarang sudah menjadi kantor milik Oscar Lawalata dan second line-nya, Oscar Oscar, amat sederhana karena hanya terdiri dari satu lantai. Bagian depan dijadikan tempat memajang baju-baju rancangan Oscar, sementara di bagian belakangnya untuk tempat jualan barang interior, seperti kain-kain tenun dari Jawa Barat untuk sofa dan lain-lain. Meski tanpa promosi besar-besaran dan hanya dari mulut ke mulut saja, butik Ne’ Tes berkembang cukup pesat.
Di awal tahun 1998, Oscar pernah membuat tas dari bahan bulu. Ternyata sambutannya sangat baik dan sempat menjadi tren se-Jakarta. Banyak orang yang rela antre demi membeli tas bulu itu. Seiring berjalannya waktu, hubungannya dengan Novie mulai renggang. Mereka mulai berbeda pola pikir dan sibuk dengan urusan masing-masing.
Pada Februari 2009, Oscar meraih penghargaan International Young Creative Entrepreneur (IYCY) yang digelar British Council, dan berhak atas hadiah uang sebesar 7.500 Pounsterling.
Meski sudah menemukan cara untuk berekspresi lewat butiknya, ibunda Oscar masih belum bisa menerimanya secara total. Apalagi waktu itu ia mulai tampil dengan dandanan gothic yang terbilang aneh. Kuteks hitam, lengkap dengan rok panjang hitam membuat Reggy memprotes penampilan anak sulungnya itu. Hampir setiap hari ibu dan anak itu bertengkar, tak jarang Oscar sampai menangis. Kalau sudah begitu, ibunya akan berusaha merangkulnya kembali.
Oscar sadar, kehidupan ibu dan adiknya sangat jauh berbeda. Meski ia tahu kalau mereka sama-sama bertujuan baik dan mendukung agar ia bisa mempunyai kehidupan seperti mereka. Akan tetapi, Oscar tak dapat membohongi hati kecilnya. Ia tak bisa menjadi seperti apa yang mereka inginkan. “Sudah, deh, Mam, aku sudah begini, mau apa lagi?” kata Oscar seraya memberikan pengertian pada ibunya. Oscar juga menjelaskan, pencitraan diri bukanlah hal utama dalam hidup. Dengan menjadi diri sendiri, ia hanya ingin menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi sesama. Setelah bicara panjang lebar dari hati ke hati, Reggy mendengarkan curahan hati Oscar sambil menangis. Mungkin dalam hatinya, Reggy justru menyalahkan dirinya sendiri. Sejak itu, Reggy menjadi lebih menghargai Oscar.
Meski sang ibu, sudah bisa menerima keadaannya, bukan berarti Oscar jadi semaunya. Ia tetap menjaga kepercayaan yang diberikan dengan menjaga setiap tindak tanduknya. Yang semakin membuatnya bangga, ibu dan adiknya kini tak peduli dengan omongan orang. Akhirnya, Oscar, Reggy, dan Mario sekarang semakin terbuka satu sama lain dan semakin dekat.
Perlahan-lahan, Reggy mulai melihat jelas potensi yang ada dalam diri putranya. Apalagi sebagai orang yang juga berkecimpung di dunia hiburan, ia punya banyak teman desainer seperti Adji Notonegoro dan Itang Yunaz. Reggy pun mulai mengenalkan dan mendekatkannya dengan dua desainer kondang itu dengan harapan potensi anaknya semakin terasah.
Setelah pecah kongsi dengan Novie, tahun 1998 Oscar Lawalata mendirikan butiknya sendiri di tempat yang sama dengan nama Oscar Oscar. Untuk merek Oscar Oscar, ia membuat baju-baju siap pakai dengan harga mulai dari Rp 200 ribu. Setelah semakin berkembang, Oscar mulai membuat gaun malam yang harganya dipatok mulai dari Rp 1,5 juta dengan merek Oscar Lawalata. Awalnya, ia membuat rancangan untuk seragam karyawan department store seperti Matahari, maskapai penerbangan Merpati, dan Telkomsel. Sejak itu, butik Oscar semakin berkembang, hingga ibunya mulai ikut turun tangan dan membantu dalam urusan administrasinya.
Pada tahun 1999, Oscar mengikuti lomba desain di Singapura. Ia membuat rancangan yang terinspirasi dari baju bodo, baju khas Sulawesi Selatan. Oscar yang memang sangat mengagumi keindahan dan keunikan kultur budaya Indonesia kemudian berpikir bahwa baju daerah bisa ditampilkan di kancah fashion dunia. Benar saja, berkat rancangan uniknya, Oscar berhasil meraih Second Winner of ASEAN Young Designer Contest, Singapore. Namanya pun kian melejit dan profilnya ditulis di sejumlah media termasuk harian Kompas.
Menurut Oscar, namanya muncul di dunia fashion Indonesia pada saat yang tepat di tengah gaya hidup di Jakarta yang mulai berkembang pesat, bisa dilihat dari lantai disco, pub, majalah, teve, atau video klip. Saat dunia gemerlap itu mulai berkembang, Oscar sudah bercokol di situ. Kebetulan gayanya bisa mengikuti perkembangan kota Jakarta saat itu. Selanjutnya, pada awal tahun 2000, Oscar mulai giat menggelar pagelaran busana yang dimulai dari kafe ke kafe. Hampir seluruh kafe di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, acara grand opening-nya selalu diisi dengan pagelaran busana karya Oscar Lawalata.
Pergaulannya pun semakin luas. Ia banyak berkenalan dengan kalangan selebriti dan orang-orang kreatif lainnya. Di dunia video klip juga mulai muncul nama Dimas Jayadiningrat dan Rizal Mantovani. Lewat merekalah, baju-baju rancangannya mulai sering dipakai untuk video klip penyanyi yang tengah menanjak saat itu seperti Titi DJ dan Krisdayanti.
Setelah nama dan karyanya sebagai desainer semakin dikenal orang, tawaran untuk berakting pun mulai berdatangan. Mungkin pihak PH melihat ibu dan adiknya pernah main sinetron sehingga Oscar ikut ditawari juga. Awalnya ia selalu menampik tawaran yang datang, hingga akhirnya ia mengiyakan tawaran bermain dalam film layar lebar Banyu Biru. Sang sutradara, Teddy Soeriaatmadja, memang mencari sosok yang feminin tapi berkarakter kuat. Bukan sekadar untuk lucu-lucuan. Awalnya Oscar benar-benar tidak percaya diri dan ia meminta dicasting dulu. Tak disangka, setelah berakting di kamera, Teddy spontan berujar, “Iya, peran itu memang untuk kamu.”
Debutnya sebagai aktor pun dimulai. Dalam film bergenre drama itu, ia berperan sebagai Arief, seorang lelaki feminin yang hidup di kampung. Sebelum syuting, Oscar mendapat ‘kursus akting singkat’ dari aktor kawakan Didi Petet yang juga ikut memperkuat film ini. Pemeran si Kabayan itu melatih Oscar untuk menjadi sosok yang lebih lelaki, keras, dan tegas. Termasuk belajar intonasi suara, bahasa tubuh, dan sorot mata.
Meski awalnya sempat ragu, peran Arief meninggalkan kesan mendalam bagi Oscar. Ia bahkan mengaku ketagihan dan ingin kembali menyalurkan potensinya di dunia seni peran. Namun bukan berarti asal terima peran, Oscar mengaku akan tetap selektif dalam memilih.
Di usia yang belum genap 30 tahun, Oscar sudah berhasil masuk dalam jajaran ‘desainer mahal’, yang menawarkan tiga label: OscarOscar Couture, Oscar Lawalata etnik, dan OscarOscar ready to wear. Ia jeli melihat peluang pasar di dunia fashion, antara lain dengan menggarap seragam perusahaan besar dengan label khusus, Oscar L. for Uniform. Dua kali setahun ia menunjukkan tren secara luas pada acara mode kalender dan kreasi yang ditemukan di semua majalah fashion dan banyak fitur iklan di televisi serta video klip musik. Oscar juga berkonsentrasi pada pengembangan nasional tenun tekstil sebagai warisan budaya, yang sekarang dikerjakannya sebagai koleksi dari labelnya Oscar Lawalata Couture.
Pada Februari 2009, Oscar meraih penghargaan International Young Creative Entrepreneur (IYCY) yang digelar British Council, dan berhak atas hadiah uang sebesar 7.500 Pounsterling. Kompetisi internasional yang digelar sejak tahun 2005 itu diikuti 115 perancang dari 47 negara di Asia, Afrika, Eropa Tengah, Timur Tengah dan Amerika Latin. Dalam ajang itu, ia berhasil menyingkirkan perancang dari Brazil, India, Polandia, Arab Saudi, Srilangka, Thailand, Tunia dan Vietnam. “Saya merasa senang bercampur sedih, haru, dan merupakan suatu kehomatan bagi dunia mode di Indonesia,” ujar Oscar seperti dikutip dari situs surya.co.id.
Selama dua minggu bersama finalis dari negara lain, Oscar Lawalata melakukan berbagai kegiatan, di antaranya berkunjung ke kota Nottingham, ambil bagian dalam berbagai workshop, serta mengadakan pertemuan dengan industri busana internasional yang ada di London. Selama di negara Ratu Elizabeth itu, Oscar juga melakukan presentasi pekerjaannya dalam festival kreatif internasional yang diharapkan dapat memperluas jejaring dengan nama-nama terkenal baik dari Inggris maupun internasional.
Keberhasilannya meraih penghargaan wirausahawan muda kreatif terbaik di negara-negara berkembang diharap dapat menjembatani bakat-bakat terpendam di Tanah Air dengan konsumen di luar negeri. Adapun Atase Perdagangan KBRI London Husniaty mengatakan, kemenangan Oscar membuka jalan bagi produk busana Indonesia untuk bisa masuk pasar Inggris.
Pada Juni 2011, Oscar didaulat merancang baju batik yang dikenakan beberapa atlet bulu tangkis pada acara jamuan makan malam Djarum Indonesia Terbuka Super Series 2011. “Saya membuat sepuluh potong baju, masing-masing lima untuk perempuan dan laki-laki,” jelas Oscar seperti dilansir situs berita olahraga bola.net. Oscar menambahkan, tema rancangan yang menggunakan bahan batik Kudus tersebut bukan hanya elegan dan sporty, tetapi juga simpel, kasual namun tetap tampil beda.
Tak hanya dipercaya merancang batik untuk olahragawan, batik rancangannya juga akan dikenakan tiga presiden dari negara-negara Amerika Latin. Jika tak ada aral melintang, busana rancangan Oscar akan dikenakan Presiden Brasil Dilma Rousseff, Presiden Paraguay Fernando Lugo, dan Presiden Argentina Cristina Fernández de Kirchner dalam partisipasi Indonesia di pameran internasional “Feria de Las Naciones” atau Pameran Bangsa-Bangsa. Hajatan tersebut merupakan acara “Promosi Terpadu Indonesia 2011” yang diikuti Indonesia dalam memperingati 55 tahun hubungan bilateral Indonesia-Argentina, 11-21 November 2011. Menurut Oscar, batik yang akan diberikan kepada ketiga kepala negara ini tetap bermotifkan Indonesia hanya warnanya saja yang disesuaikan dengan selera masyarakat setempat.
Selain nantinya dipakai ketiga presiden tersebut, busana Oscar pun akan dipamerkan dalam pergelaran busana saat berlangsungnya gala dinner “Promosi Terpadu Indonesia 2011” di Argentina. Pada pergelaran busana nanti, Oscar akan membawa 30 koleksi busana yang akan diperagakan langsung model-model Argentina. Selain pakaian, aksesori seperti tas dan kalung juga turut menyertai karya-karya dari desainer muda berbakat ini. eti | muli, red