Boarding Pass Prabowo di Ujung Tanduk

[OPINI] – CATATAN KILAS – Catatan Ch. Robin Simanullang | Calon Presiden Partai Gerindra, Prabowo Subianto masih belum mendapatkan boarding pass Pilpres 9 Juli 2014. Bahkan saat ini berada pada titik kritis, di ujung tanduk, setelah dukungan Suryadharma Ali yang mengatasnamakan PPP dianulir (dibatalkan) dalam Mukernas III PPP. Ditambah lagi dengan sinyal yang dikirimkan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang akan mengusung Capres dengan basis mitra koalisi KIB.
Sementara pesaingnya Capres PDIP Joko Widodo (Jokowi) dan Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) diperkirakan sudah memastikan memiliki boarding pass setelah keduanya mendapatkan masing-masing satu mitra koalisi, yakni PDIP dengan Nasdem dan Golkar dengan Hanura. Kedua Capres ini hanya menunggu tambahan mitra koalisi untuk memperkuat elektabilitas, bukan lagi soal persyaratan minimum presidential threshold (20% kursi atau 25% suara).
Jika mengacu pada hasil quick count beberapa lembaga survei, diperkirakan 10 parpol peserta Pemilu 2014 akan memperoleh kursi sebagai berikut: (1) PDIP 19,00% suara mendapat 109 (19,46%) kursi; (2) Golkar 14,30% suara mendapat 83 (14,82%) kursi; (3) Gerindra 11,81% suara mendapat 67 (11,96%) kursi; (4) Demokrat 9,61% suara mendapat 57 (10,18%) kursi; (5) PKB 9,19% suara mendapat 51 (9,11%) kursi; (6) PAN 7,50% suara mendapat 44 (7,86%) kursi; (7) Nasdem 6,91% suara mendapat 39 (6,96%) kursi; (8) PKS 6,90% suara mendapat 40 (7,14%) kursi; (9) PPP 6,68% suara mendapat 39 (6,96%) kursi; dan (10) Hanura 5,49% suara mendapat 31 (5,54%) kursi. Dua parpol lainnya (PBB dan PKPI) tidak mendapat kursi. (Indo Barometer).
Dengan perkiraan perolehan kursi tersebut koalisi PDIP – Nasdem yang mengusung Capres Jokowi telah memiliki 28,61% suara dan 148 (26,43%) kursi, sudah melampaui presidential threshold (20% kursi atau 25% suara). Demikian pula koalisi Golkar – Hanura kendati hanya 19,79% suara tetapi telah memiliki 114 (20,36%) kursi, telah memenuhi presidential threshold 20% kursi. Sehingga boarding pass kedua capres ini sudah dalam posisi aman. Walaupun keduanya masih memburu tambahan dukungan parpol lain dan/atau memilih Cawapres yang tepat untuk menambah elektabilitas.
Kita berharap Prabowo (Gerindra) bisa lolos dari situasi kritis ini. Dengan demikian, pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti, akan ada empat pasangan Capres-Cawapres. Yakni Jokowi dan Cawapresnya, Aburizal Bakrie dengan Cawapresnya, Prabowo dengan Cawapresnya, dan Capres-Cawapres ‘Koalisi SBY’. Rakyat pun akan memiliki pilihan yang lebih beragam.
Sementara Capres Gerindra Prabowo Subianto, yang dalam kampanye Pileg kerap ‘melecehkan’ Jokowi bahkan ‘mengejek’ kecepatan gerak Jokowi mendekati Nasdem, Golkar dan PKB, sampai kini masih keteter bahkan berada pada titik kritis, di ujung tanduk. Koalisi yang sempat dinyatakan dengan PPP, lalu kemudian dibatalkan Mukernas III PPP, kendati pun akan disambung kembali, masih belum memenuhi syarat minimum presidential threshold. Perkiraan perolehan suara dan kursi kedua partai ini hanya 18,49% suara dan 106 (18,93%) kursi. Masih kurang 6 kursi lagi untuk mencapai 20%.
Dengan demikian Gerindra (Prabowo) harus bekerja keras melakukan pendekatan kepada paling sedikit satu partai lain (PKB, PAN dan PKS). Jika Gerindra berhasil mendekati PKB, posisi pencapresan Prabowo akan otomatis aman. Perolehan kursi kedua partai ini saja sudah cukup untuk mendapatkan boarding pass Capres Prabowo yaitu 118 (21,07%) kursi. Tetapi melihat peta komunikasi politik sampai hari ini (25/4/2014), hal ini masih jauh dari jangkauan Prabowo. Tampaknya komunikasi politik PKB masih lebih baik dengan PDIP (Jokowi). Bahkan Golkar juga dengan amat intens berusaha mendekati PKB.
Posisi di ujung tanduk pencapresan Prabowo semakin kritis, manakala SBY menyatakan terus melanjutkaan konvensi Capres Demokrat. SBY yang telah berpengalaman menggalang koalisi multipartai memberi sinyal kuat akan memunculkan poros (koalisi) Capres keempat berbasis koalisi KIB. Hal ini membuat partai-partai menengah lainnya (PKB, PAN, PKS dan PPP) menjadi bimbang untuk segera menyatakan diri bergabung dengan Gerindra, PDIP dan Golkar. Akan sangat menyulitkan bagi Prabowo jika PKB, PAN, PKS dan PPP lebih memilih koalisi dengan Demokrat.
Kecenderungan kuat, PAN akan lebih memilih berkoalisi dengan Demokrat. Sangat kecil kemungkinan PAN bergabung dengan Gerindra jika Demokrat membangun koalisi Capres-Cawapres keempat. Begitu pula PPP yang tampaknya telah merasa ‘dimasuki intelijen politik’ untuk menggiring Suryadharma Ali (Ketum PPP) mendukung Prabowo (setelah dalam keputusan Mukernas II di Bandung tidak mencantumkan nama Prabowo sebagai salah satu yang pantas didukung jadi Capres), tampaknya sudah akan lebih waspada, sehingga lebih cenderung akan memilih bergabung dengan Demokrat dan PAN, atau dengan PDIP dan Nasdem (Jokowi) atau dengan Golkar dan Hanura (ARB).
Sementara, koalisi Demokrat, PAN dan PPP sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan boarding pass Capres-Cawapres yakni 140 (25%) kursi, lebih 28 kursi dari PT. Bahkan ‘Koalisi SBY’ ini sangat berpotensi menjadi keuatan besar dengan merangkul PKB dan PKS. Jika ‘Koalisi SBY’ ini terjadi akan didukung 231 (41,25%) kursi DPR. Dengan demikian, berdampak pencapresan Prabowo pun akan kandas.
Maka, melihat prakiraan dan peta komunikasi politik dalam pekan terakhir ini, Prabowo (Gerindra) sangat menggantungkan takdir kepada kesediaan PKB untuk bergabung. Jika PKB bergabung dengan Prabowo sudah cukup untuk memeroleh boarding pass. Dengan bergabungnya PKB, maka PKS pun diperkirakan akan lebih condong bergabung ke Prabowo, sehingga dukungan semakin kuat yakni 158 (28,21%) kursi. Tapi, tanpa PKB, sia-sialah PKS bergabung dengan Gerindra sebab hanya mendapat 18,71% suara dan 107 (19,11%) kursi, kurang 5 kursi lagi untuk memenuhi presidential threshold 20% kursi. Itu berarti, akan kandas jualah pencapresan Prabowo.
Tentu hal ini harus diantisipasi oleh Gerindra dengan kerja keras. Kendati tidak mudah bagi Gerindra (Prabowo), tetapi kemungkinan mendapat boarding pass bagi Prabowo masih terbuka. Hanya saja Prabowo (Gerindra) akan mendapat tekanan kepentingan kuat dari partai lain yang diajaknya bergabung. Sebagaimana Pilpres 2009, saat Gerindra (Prabowo) sebagai partai kecil melancarkan tekanan kepentingan dahsyat kepada PDIP (Megawati) untuk bisa memeroleh boarding pass Pilpres. Gerindra pun pasti menyadari hal ini. Siapa menabur angin, dia harus bersiap menuai badai!
Kita berharap Prabowo (Gerindra) bisa lolos dari situasi kritis ini. Dengan demikian, pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti, akan ada empat pasangan Capres-Cawapres. Yakni Jokowi dan Cawapresnya, Aburizal Bakrie dengan Cawapresnya, Prabowo dengan Cawapresnya, dan Capres-Cawapres ‘Koalisi SBY’. Rakyat pun akan memiliki pilihan yang lebih beragam. Catatan Kilas Ch. Robin Simanullang | Redaksi TokohIndonesia.com |
© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA