Prabowo-Hatta Buka Peluang Menang

 
0
282
Prabowo-Hatta Buka Peluang Menang
Prabowo – Hatta Rajasa | Ensikonesia.com | suara

[OPINI] – CATATAN KILAS Pilpres 2014 – Capres Gerindra Prabowo Subianto berhasil melewati situasi galau (di ujung tanduk) dalam proses penggalangan koalisi pencapresannya. Tragedi kegagalan Golkar dan Demokrat membawa berkah melimpah dukungan kepadanya. Dia pun berhasil menghimpun koalisi tenda besar yang membuka peluang menang baginya bersama pasangan Cawapres Hatta Rajasa.

Menjelang hari terakhir pendaftaran pasangan Capres-Cawapres ke KPU, Prabowo yang sempat tampak galau karena belum mendapatkan mitra koalisi yang pasti, akhirnya berhasil menarik dukungan resmi beberapa partai. Yakni PPP, PAN, PKS, Golkar dan PBB. Dengan bergabungnya kelima partai tersebut ke dalam naungan Gerindra, maka di atas kertas pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Rajasa (Prahar) membuka peluang memenangkan Pilpres 9 Juli 2014.

Sebab perolehan suara keenam partai pendukung Prabowo-Hatta Rajasa tersebut dalam Pileg 9 April 2014 telah mencapai 48,93% suara (Gerindra 11.81%, PPP 6.53%, PAN 7.59%, PKS 6.79%, Golkar 14.75% dan PBB 1.46%). Sedangkan koalisi partai pendukung pesaingnya Capres-Cawapres Jokowi-Jusuf Kalla hanya mengumpulkan 40,88% suara (PDIP 18.95%, Nasdem 6.72%, PKB 9.04%, Hanura 5.26% dan PKPI 0.91%).

Sementara Partai Demokrat, kendati menyatakan netral tetapi terkesan cenderung mendukung Prabowo-Hatta Rajasa, karena faktor Hatta Rajasa. Bahkan pemilihan Hatta Rajasa sebagai Cawapres diduga sangat terkait dengan ketidakseriusan Demokrat mengajukan Capres/Cawapres hasil konvensi Capresnya yang dimenangkan Dahlan Iskan. Demokrat tidak serius membuka poros koalisi ketiga karena akan bisa sangat menyulitkan Prabowo.

Masa lalu Prabowo akan menjadi faktor yang bisa menyulitkan bagi tim pemenangannya. Baik mengenai tuduhan penculikan dan pelanggaran HAM, pembiaran Kerusuhan Mei 1998 (sehingga memunculkan prasangka apakah dia mendalangi atau memunculkan pandangan bahwa ia bukan seorang risk taker, sebab seorang panglima yang risk taker tidak akan membiarkan kerusuhan itu berlangsung selama tiga hari), juga perihal dugaan dia memegang paspor warga negara Yordania, dan kegagalannya membina rumah tangga (Perlu dijelaskan bahwa kendati seseorang gagal membina rumah tangga tapi bisa menjadi pemimpin yang baik dan handal).

Jika hanya melihat angka presentasi perolehan suara partai pendukung tersebut, maka Prabowo-Hatta di atas kertas lebih berpeluang memenangkan Pilpres 9 Juli 2014. Apalagi bila tim pemenangannya berhasil merebut suara simpatisan koalisi partai pesaingnya, tentu di samping menjaga suara simpatisan partai pendukungnya jangan malah memilih Jokowi-Jusuf Kalla.

Namun yang perlu dicermati bahwa pendukung partai tidak secara otomatis (berbanding lurus) mendukung figur Capres-Cawapres yang didukung partai. Apalagi bila dilihat elektabilitas dari hasil berbagai lembaga survei, Jokowi masih jauh lebih unggul dari Prabowo. Begitu pula pasangan Jokowi-Jusuf Kalla masih jauh lebih unggul dari Prabowo-Hatta Rajasa.

Di samping itu, masa lalu Prabowo, akan menjadi faktor yang bisa menyulitkan bagi tim pemenangannya. Baik mengenai tuduhan penculikan dan pelanggaran HAM, pembiaran Kerusuhan Mei 1998 (sehingga memunculkan prasangka apakah dia mendalanginya atau memunculkan pandangan bahwa ia bukanlah seorang risk taker, sebab seorang Panglima Kostrad yang risk taker tidak akan membiarkan kerusuhan itu berlangsung selama tiga hari), juga perihal dugaan dia memegang paspor warga negara Yordania, ditambah lagi kegagalannya membina rumah tangga (Tim pemenangnya perlu menjelaskan bagaimana mungkin seseorang yang gagal membina rumah tangganya tapi bisa menjadi pemimpin yang baik dan handal?).

Sejauh ini, orang-orang sekitar Prabowo (tim pemenangannya) berusaha membantah semua hal ini, tapi masih kurang memberi penjelasan yang masuk akal publik (sebagian besar). Bantahannya seringkali (hampir selalu) justru dengan cara menyerang pesaingnya. (Jangan-jangan ini saran dari Amien Rais untuk saling membuka aib lawan). Metode ini barangkali justru bisa menjadi bumerang. Sebab jika bicara kelemahan masa lalu, atau aib masa lalu, Prabowo akan lebih kesulitan dibanding Jokowi si pendatang baru dalam percaturan politik nasional.

Dalam kondisi kekinian pun, publik lebih banyak tahu keberhasilan Jokowi dibanding Prabowo. Dalam konteks ini, tim pemenangan Prabowo juga tampak kesulitan memaparkan apa-apa saja prestasi kepemimpinan Prabowo, untuk memberi bukti nyata bahwa dia pemimpin yang tegas, risk taker dan peduli kepada rakyat (selain dengan menonjolkan tampang dan ucapan saja). Jika berprestasi kenapa dia dipecat dari dinas militer? Ini perlu dijelaskan! Ditambah lagi masalah penetapan Cawapres Hatta Rajasa yang selama menjabat Menko Perekonomian lebih menganut ekonomi liberal, sementara Prabowo mencitrakan dirinya pengusung ekonomi kerakyatan. Ini menjadi PR bagi tim pemenangan Prabowo untuk bisa memenangkan Pilpres. Jika tidak bisa meyakinkan publik, peluang menang Pilpres tersebut hanya akan ada di atas kertas belaka. Catatan Kilas Ch. Robin Simanullang | Redaksi TokohIndonesia.com

© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA

Advertisement
Tokoh Terkait: Hatta Rajasa, Prabowo Subianto, | Kategori: Opini – CATATAN KILAS | Tags: Presiden, Cawapres, Capres, HAM, Pilpres, Penculikan, Cerai

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here