Lainnya
Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3% pada 2022. Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di antara negara-negara G20.
“Saat melihat data BPS kurtal IV kemarin, Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi kita 5,31%, salah satu pertumbuhan ekonomi terbaik di antara negara-negara G20,” ujarnya dalam jumpa pers bertajuk “Investasi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi” di Jakarta, Kamis.
Menurut Bahlil Arab Saudi memiliki pertumbuhan ekonomi terkuat di antara negara-negara G20 lainnya yaitu sekitar 8,7%, diikuti Spanyol sekitar 5,5%, diikuti Indonesia 5,3%.
Mantan Presiden Hipmi ini menambahkan, hasil positif pertumbuhan ekonomi juga tidak terlepas dari peran investasi. Menurut catatan Kementerian Investasi/BKPM, perputaran investasi pada tahun 2022 sebesar Rp1.207,2 triliun dengan tambahan investasi di sektor MPMI sebesar Rp318 triliun sehingga menciptakan lapangan kerja hingga 1,3 juta orang.
“Kontribusi (investasi) terhadap pertumbuhan ekonomi hampir 30%. Saya rasa ini luar biasa. Saya tidak hanya senang bahwa distribusi pekerjaan di industri UMKM kita tinggi. Dengan demikian, konsumsi masih berada pada level 51-52%,” dia berkata.
Bahlil mengungkapkan, investasi juga turut memperkuat sektor konsumen, karena daya beli masyarakat hanya dapat dipertahankan jika ada kepastian pendapatan yang dihasilkan dari investasi.
“Jadi kalau kemarin ada yang mengatakan bahwa ada lapangan pekerjaan yang kena PHK sekian. Katakanlah data itu kalau itu benar, tapi juga ada lapangan pekerjaan yang diciptakan dari investasi Rp1.207 triliun sebesar 1,3 juta, dan dari sektor UMKM ada sekitar 7 juta orang. Jadi ada yang pergi, banyak juga yang datang,” katanya.
Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif dan inflasi terkendali, Bahlil kembali menegaskan bahwa tahun 2023 tetap perlu kewaspadaan.
Ia menyebutkan tahun 2023 kerap dinilai sebagai tahun yang tidak menentu dan penuh wait and see. Hal ini mulai tercermin dari kinerja ekspor yang tidak sebaik tahun 2022. Demikian juga investasi asing langsung (FDI/FDI) penuh tantangan.
“Saya ingin berbagi dengan teman-teman bahwa optimisme ekonomi akan baik untuk tahun 2023 jika kita dapat menjaga momentum. Mengapa? Karena FDI tidak sebaik tahun 2022. Baru saya cek dengan tim saya, ini tren di kuartal I, sedikit lebih buruk dari kuartal IV tahun 2022,” ujarnya.
Bahlil juga menunjukkan upaya lebih lanjut perlu dilakukan untuk terus menarik dan mendorong investasi dari negara-negara yang berkomitmen untuk berinvestasi.
“Beberapa negara mengatakan bahwa untuk berinvestasi di negara kita, seperti di negara lain, Anda masih membutuhkan gerakan mental yang baik. Saya nggak berani membuat kata-kata yang agak sedikit jelas tapi agak sedikit samar-samar saja,” ujarnya.
Oleh karena itu, Bahlil mengimbau semua pihak untuk bekerja sama menciptakan citra yang baik agar citra Indonesia tetap menarik di mata investor asing.
“Menurut saya tahun 2023 adalah tahun yang tidak main-main. Saya betul-betul nggak bisa membayangkan kalau ekonomi global yang kita sudah dapat datanya, potensi resesi tidak bisa kita hindari, cuma dalam resesinya saja yang masih kita hitung. Jangan sampai itu kemudian berdampak pada wait and see kita di tahun politik,” ujar Bahlil. (Sumbe: Antara)