Indah Rencana-Mu Tuhan!
Peluncuran Buku Hita Batak A Cultural Strategy (2)
Lainnya
Kidung Indah Rencana-Mu Tuhan, ciptaan Pdt J.E Awondatu dan dipopulerkan Priskila, berkumandang mengawali acara Peluncuran Buku Hita Batak A Cultural Strategy di Sopo Marpingkir HKBP, Jakarta, Minggu 18 Desember 2022. Kidung itu dinyanyikan dengan khidmat oleh artis Batak, Anita Boru Simanullang yang juga berperan sebagai MC dan Song Leader, bersama St. Maruap Sianturi jurnalis SuaraTapian.
Kidung Indah Rencana-Mu Tuhan ini adalah pilihan khusus penulis buku ini, Ch. Robin Simanullang, yang mengisahkan bahwa ketika menulis buku ini, saban hari sejak di keheningan dini hari pukul 02.00 hingga pukul 16.00, dia selalu memutar kidung ini, yang cukup mengekspresikan suasana hati dan pikirannya dalam proses penulisan buku ini secara lebih intens sejak September 2019 sampai 31 Desember 2020; pertapaan (kontemplasi) tanpa jeda, setelah dia selesai menjalani operasi dan terapi kemoterapi kanker kolorektal stadium tiga D (30 November 2018 sd Agustus 2019). Kemudian dummy buku ini mulai dicetak dan dikirimkan kepada beberapa tokoh, pertama kali 2 Februari 2021 serta diedarkan Pre-Order (Print On Demand); sekaligus dimaksudkan sebagai sosialisasi menerima masukan (sambutan dan kritik); dan diharapkan dapat berkolaborasi menerbitkan buku ini.
Video Peluncuran | Video Promo | More InfoĀ | Ā Beli Buku |



Sementara dia sendiri melanjutkan āpertapaannyaā (saban hari pukul 02,00-16.00) membaca ulang dan menyempurnakan buku ini. Setiap kali membacanya, dia selalu merasakan buku ini masih jauh dari sempurna. Namun, akhirnya upaya penyempurnaannya ditutup 28 November 2022 dan dicetak serta secara resmi diluncurkan Minggu 18 Desember 2022; bertepatan Hari Emas, dia memasuki usia 70 tahun. āSaya menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Sang Debata Yang Maha Sempurna. Biarlah penyempurnaan isi buku ini dilakukan oleh para cendekia dan teolog pencinta nilai-nilai luhur Batak dan generasi mendatang dalam proses sintesa dialektika dan mengacu (tunduk) pada eksposisi kebenaran sesuai dinamika zaman,ā ungkap Ch. Robin Simanullang.
Selama proses penulisan dan penyempurnaannya (September 2019 ā November 2022) itu, tiada hari tanpa mendengar kidung Indah Rencana-Mu Tuhan, dan mengikuti menyanyikannya dalam hati dengan mengubah dua kata syairnya:
Indah rencanaMu Tuhan
Kepada Bangsaku
Walau ku tak tahu dan ku tak mengerti
Semua jalanMu
Dulu ku tak tahu, Tuhan
Berat ku rasakan
Hati menderita dan ku tak berdaya
Menghadapi semua
Ā Ref (2x)
Tapi ku mengerti sekarang
Kau tolong bangsaku
Kini ku melihat dan ku merasakan
Indah rencanaMu.

āItulah Jalan Tuhan untuk Suku Bangsaku (Batak), yang semula aku tidak mengerti, tetapi kemudian aku mengerti, melihat dan merasakan Tuhan menolong bangsaku, dan betapa Indah rencana Tuhan. Seperti amsal klasik Batak (kecerdasan emosional dan spiritual leluhur Batak): Suhar di bagasan roha, alai menghorhon tu na denggan,ā jelas Ch. Robin Simanullang.
Dalam kata ucapan syukurnya pada acara Kebaktian Peluncuran Buku Hita Batak A Cultural Strategy ini, Ch. Robin Simanullang menjelaskan, beberapa kali dia meneteskan air mata bahkan menangis tersedu (tariluilu) dalam proses kontemplasi penulisan buku ini pada topik-topik tertentu ketika penindasan dan pembunuhan karakter leluhur Batak terjadi. Dalam suasana āapi air mataā itu dia memutar ulang kidung Indah Rencana-Mu Tuhan; Membuatnya merasa lega dan bersyukur! āTuhan, kuasai hati dan pikiranku; jangan izinkan kehendakku, melainkan kehendak-Mu-lah yang jadi.ā Itulah doaku setiap saat; aku ātidak tahuā berdoa panjang-panjang. Saya sangat malu (jarang) meminta rezeki karena itu terlalu kecil,ā ungkap Ch. Robin Simanullang di hadapan hadirin berbasis keluarga dan Forjuba (Forum Jurnalis Batak) pada acara kebaktian tersebut.
Kesempatan itu dia gunakan untuk menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan mendukungnya menulis buku ini; terutama kepada Sang Istri (Boru ni Raja) AN Boru Purba yang dengan tabah dan āsempurnaā sebagai pendamping yang sepadan terutama ketika āpertapaanā menulis buku ini; juga kepada ketiga putranya dan ketiga menantunya (Boru Sitinjak, Simarmata dan Purba) yang mendukungnya untuk tidak lagi memikirkan materi; āKini giliran kami,ā kata ketiga putra dan menantunya; teristimewa tiga cucunya Asasira, Sofia dan Amenaomi yang menjadi penyemangat kekuatan daya batinnya. Juga kepada keluarga dekatnya dan keluarga Op. Raja Panuturi, Gagang Ni Ate, Datu Tala Ibabana dan Pamuharaja Simanullang serta Parsahutaon Hutagurgur (PHG) di mana dia seperti kurang āpeduliā selama proses penulisan buku ini. Itulah pula salah satu alasannya, mengapa acara Kebaktian Peluncuran buku ini dilakukan berbasis keluarga dan kerabat dekatnya.

Selama proses sosialisasi, dia mengaku banyak mendapat dukungan, masukan, tanggapan dan apresiasi, terutama dari mereka yang telah membeli dan membaca buku ini dengan cara Pre-Order. Dalam Kata Pengantar The Batak Institute, lembaga yang didirikannya dalam proses penulisan buku ini, disebut beberapa nama yang akan diuraikan dalam kesempatan berikutnya di bawah judul Api Air Mata Pencarian Kebenaran. Namun, secara langsung dan tidak langsung, dia juga menerima dan merasakan ācercaanā dari pihak-pihak tertentu yang memandang buku ini āanti Batak, anti Misionaris dan anti Gereja Batakā walupun (karena) mereka belum pernah membaca buku ini. Di antara mereka itu banyak tokoh-tokoh adat Batak, pemimpin perkumpulan dan lembaga-lembaga Batak dan jenderal/pejabat yang sangat kaya, berpengaruh dan terhormat di tengah masyarakat.
Sehingga, dia yang tadinya berkeinginan menggalang kolaborasi menerbitkan dan mendistribusikan buku ini, akhirnya merasa tidak mudah menggalang kolaborasi menerbitkan buku ini. Dalam kata huhuasi Ucapan Syukurnya, pada acara kebaktian peluncuran buku ini, dia tidak mengungkapkan siapa-siapa tokoh Batak yang “marsahala harajaon” yang pernah diharapkannya mendukung penerbitan buku ini. Dia hanya mengungkapkan bahwa pada suatu tengah malam, dia berdoa memohon tuntunan Tuhan dan memohon kiranya kehendakNya yang jadi. “Setelah berdoa, seketika itu juga muncul kata dalam hati dan pikiran saya: āMengapa kamu menggantungkan diri pada dukungan orang-orang besar? Kamu jangan mengemis, karena kamu mampu melakukannya.ā Saat itu juga, terbersit pemahamannya tentang implementasi Salib dalam kehidupan sehari-hari: Hidup itu tidak boleh ekstrim hanya vertikal dan atau horisontal. “Saya yang tadinya sudah tidak memikirkan materi dan hidup saya sudah selesai untuk itu, sesuai pula harapan ketiga putra dan menantu saya, akhirnya mengambil sikap: āSaya akan memulai lagi aktivitas profesional saya,ā ungkap Ch. Robin Simanullang. Dia menjelaskan, baginya, profesional itu sederhana yakni hidup layak dari profesinya, terutama dari sisi ekonomi.
Maka, dalam delapan bulan terakhir, Dia ākembaliā aktif dalam profesinya dengan memfokuskan pada pelayanan jasa penulisan profesional, yang selama ‘pertapaan’ penulisan buku ini telah dikesampingkannya. Dia pun membagi konsentrasinya selain terus menyempurnakan buku ini, juga menulis tiga buku tentang kisah tiga tokoh, masing-masing berjudul: 1) Life Begins at Seventy (tentang kehidupan seorang Profesor pimpinan Pondok Pesantren); 2) The Story of Simplicity (kesederhanaan seorang Jenderal dalam aktivitas intelijen yang sophisticated); dan 3) Misi Damai Intelijen di Aceh (kisah seorang jenderal mantan Kepala BIN); ketiganya sudah rampung dan menunggu momen peluncurannya masing-masing.
Dengan aktivitasnya kembali aktif secara profesional itu, dia pun lebih dari berkesempatan mencetak, menerbitkan dan meluncurkan buku ini dengan kemampuan sendiri tanpa dukungan finansial dari siapa pun. Sekali lagi, dia mengumandangkan kidung Indah Rencana-Mu Tuhan, dan menjadikan judul kidung ini sebagai Tema Kebaktian Peluncuran Buku ini. Kemudian, dalam upacara kebaktian peluncuran buku ini, setelah dia memberi ucapan syukur, semua hadirin serentak berdiri dan menyanyikan bersama kidung ini dengan khidmat diiringi pemusik Star Martua Simanullang dan Song Leader Anita boru Simanullang dan St. Maruap Sianturi serta Liturgis St. Rustam Simanullang.
Lalu, pada bagian akhir kebaktianĀ Buku Ende 194 pun dikumandangkan: 1. Aut so asi rohaM, aut so godang basaM, tu dia au? Alai dibaen basaM, dohot asi rohaM, tu surgo au; 2. Mauliate ma, di Ho o Debata, ala basaM, Sibahen dalan i, marhite AnakMi, tu banuaM; 3. Anggiat ma holong, rohangku sai tongtong, burju tu Ho. Sai dongananMu au, manang tu dia lao, sonang tutu.
Penggalan kata kidung ini: Mauliate ma, di Ho o Debata, ala basaM; menjadi Sub-Tema Kebaktian Peluncuran Buku Hita Batak ini. Kidung kenangannya ketika Sekolah Rakyat di kampung akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an; yang selalu relevan menuntun dan menghidupkan langkah-langkahnya.
Perihal peluncuran buku ini dalam acara Kebaktian, dia menjelaskan, sesungguhnya buku Hita Batak A Cultural Strategy, tidak dimaksudkan hanya ditujukan secara eksklusif kepada Halak Hita Batak beragama Kristen, melainkan kepada semua orang secara umum tanpa batas agama, khususnya Halak Hita Batak (Toba, Angkola-Mandailing, Simalungun, Pakpak-Dairi, Karo dan Pesisir) dan seluruh etnis/suku di Sumatera Utara dan Nusantara; dengan persaudaraan dan toleransi berpikir besar. āNamun mohon restu, saya mengawali peluncurannya dalam kebaktian ucapan syukur sesuai keyakinan yang saya anut,ā kata Ch. Robin Simanullang memohon pengertian dan toleransi semua pihak. (Bersambung)
Video Peluncuran | Video Promo | More InfoĀ | Ā Beli Buku |


