Al-Zaytun, Syech Panji Gumilang, Robin Simanullang, dan Dahlan Iskan

Kisah Kunjungan ke Al-Zaytun

AS Panji Gumilang Ch. Robin Simanullang Al-Zaytun dan Pancasila Dahlan Iskan Jansen Sinamo
 
0
245
Penulis Jansen Sinamo bersama Syaykh Panji Gumilanhg, Dahlan Iskan dan Sampe Purba di Wisma Al-Islah, Al-Zaytun. Di sebelah kanan Syaykh Panji Gumilang tidak tampak dalam foto Lamsiang Sitompul Ketua Umum HBB dan Ch. Robin Simanullang

Oleh Jansen Sinamo 

Sabtu 20 Mei 2023 ada wisuda sarjana di Institut Agama Islam Al Zaytun, Indramayu. Lewat Pak Robin Simanullang, saya ikut diundang ke acara tersebut. Pak Robin dalam 20 tahun terakhir adalah penerbit-jurnalis-penulis tersohor yang banyak bekerja sama dengan Al-Zaytun yang famous-infamous itu. 

Kali ini Pak Robin diminta memberi orasi ilmiah pada wisuda tersebut. Jadi saya ikut dalam rombongan pembicara terhormat. Jumat 19/5 pada kitaran magrib rombongan kami tiba di tempat dan langsung diundang ke ruang makan berkapasitas 200 orang itu untuk bersantap malam. Mendekati meja besar dan utama itu, bersama Pak Dahlan Iskanā€“mantan Dirut PLN dan mantan Menteri BUMN era Presiden SBY duluā€“dan sudah mulai ikut dinner bersama 20an tamu-tamu besar Syech Panji Gumilang, founder dan pimpinan utama Ponpes Al Zaytun.

Watch on TikTok

Saya menuju Pak Syech duluan. Diangkatnya kepal tinjunya, saya adu dengan tinju pula, dan sama-sama kami berteriak ā€œmerdekaā€ dan diiringi pecahnya tawa renyah.

Sembari bergeser ke kursi yang ditetapkan panitia, mata saya beradu pandang dengan Pak Dahlan Iskan. Hei Jansen, apa kabar sapanya agak keras, terdengar oleh semua. Apik Pak Dahlan, salam dari Pak Vickner Sinagaā€“mantan direkturnya dulu di PLNā€“dan lalu mengatur duduk di ujung meja, tegak lurus berhadapan dengan Syech Panji Gumilang.

Di kiri Pak Dahlan Iskan ada Letjen Purn Kivlan Zen, jenderal terkenal pada peralihan Orde Baru ke Reformasi dahulu, kini menjadi dosen di Al Zaytun. Yang lain tidak saya kenal.

Saya periksa semua makanan yang dihidangkan di hadapan saya, dan sesudah menunduk bersyukur dalam hati, saya memilih makan pisang duluan.

Sesudah makan tiga buah pisang pelan-pelan, food lain: ikan, daging ayam dan sapi, jadi kurang menarik. Tapi. masih saya ambil juga semanglkok sop sayur, secentong nasi, dan sebuah timun mentah, bonteng kata orang Bandung. Pisang jenis premium (cavendish) di Al-Zaytun adalah sajian tiada putus, selalu ada 24 jam sehari.

Esoknya Sabtu 20/5, usai magrib, saat mau kembali ke Jakarta, tiap anggota rombongan kami dibekali lagi dengan 1 karton pisang nyaris matang, kira-kira 25kg. Isteri saya kontan sukacita sampai hari Senin, hehehe.

Advertisement

Itu tidak heran, ponpes hebat iniā€“konon asetnya kini mencapai Rp20 triliunā€“punya sekitar 200 hektar kebon pisang di Indramayu ituā€“untuk konsumsi sendiri, ole-ole bagi tamu yang berkunjung, dan ekspor juga.

Tahun lalu, kunjungan perdana, saya sempat lihat dari pinggir jalan, Al-Zaitun telah menggunakan teknologi perkebunan ala Israel, disebut drip irrigation system, selang-selang irigasi hilir mudik berseliweran di antara ratusan ribu pohon pisang, meneteskan air secara teratur dan terukur, secara tak henti.

Tentang orasi ilmiah Pak Robin Simanullang dan Pak Dahlan Iskan, tak usah saya ceritakan di sini. Sebagai jurnalis mereka menampilkannya di Youtube. Cari saja lah.

Malam itu Pak Dahlan Iskan yang baru pertama ke Al Zaytun, punya sejuta pertanyaan, kami. semua membiarkannya memonopoli waktu tanya jawab dengan Syech Panji Gumilang yang sekitar 2 jam itu. Ternyata menyimak saja tak kurang besar manfaatnya. Terima kasih Pak DIS. Terima kasih Pak Syeh. Terima kasih Pak Robin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini