
Sekitar tujuh puluhan orang dari 5000-an orang massa yang digembar-gemborkan mengatasnamakan Forum Indramayu Menggugat (FIM) melakukan aksi demo di jalanan dekat gerbang utama Ponpes Modern Ma’had Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (15/6/2023). Mereka menuntut lima hal yang menunjukkan pengenalan mereka tentang Al-Zaytun sangat terbatas, bahkan oratornya cenderung ngawur dengan mengutarakan tuntutan orasinya dengan ‘katanya-katanya’.
Kronologi demo. Kapolres Indramayu AKBP Fahri Siregar mengatakan sesuai pemberitahuan FIM kepada Kepolisian akan mengerahkan demo ke Al-Zaytun dengan massa sebanyak 5000 orang. Pemberitahuan demo besar-besaran itu diinformasikan kepada pihak Al-Zaytun. Menyikapi hal itu, Ustad Dr. Abdul Halim MP, Sekretaris Yayasan Al-Zaytun Indonesia mengatakan, pihaknya juga melayangkan surat pemberitahuan kepada Kepolisian bahwa Al-Zaytun akan mengerahkan massa sebanyak 10.000 orang untuk menyambut kedatangan pendemo FIM tersebut.
@tokoh.id Orang baik-baik di sini #mahadalzaytun #pesantrenalzaytun #orangbaikindonesia
Kepolisian pun mempersiapkan pengamanan dengan mengerahkan 1200 personil dan memasang kawat berduri di depan gerbang utama Ma’had Al-Zaytun sebagai pembatas antara massa pendemo dengan massa pendukung Al-Zaytun. 1200 personil kepolisian itu disebar ke beberapa titik terutama di sekitar Gerbang Utama (Utara) dan Gerbang Selatan. Jalan depan Gerbang Selatan disterilkan dari lalu-lalang orang pendatang. Sementara jalan depan Gerbang Utara tidak dibatasi namun jalan menuju gerbang dipasang kawat berduri.
Sesuai pemberitahuan, FIM menggelar demo mulai pukul 08.00, namun hingga 10.50 belum ada yang datang. Sementara itu, pukul 06.30 pihak Al-Zaytun sudah mengadakan apel dan memberi pengarahan kepada hampir 10.000 pendukungnya di dalam kampus dekat Gerbang Selatan. Diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza. Mereka menyanyikannya dengan penjiwaan yang amat dalam, bahkan ada yang terlihat menahan air mata.
Dalam pengarahannya, Ustad Abdul Halim menekankan agar tidak melakukan hal anarkis. “Mari kita sambut mereka dengan penuh sukacita,” kata Abdul Halim. Sebelumnya, Abdul Halim juga sudah menyampaikan himbauan kepada pihak pendemo agar menyampaikan tuntutannya dengan patut dan tidak bertindak anarkis, jika tidak pihaknya tidak menjamin apa yang akan terjadi.
Massa pendukung Al-Zaytun itu pun dibagi tiga kepompok, yakni satu kelompok sekitar 5000-an orang ditempatkan di Gerbang Utama (Utara), dan dua titik jalan akses Gerbang Selatan masing-masing sekitar 2500 orang. Selain itu juga disiagakan 14 kepala anjing Herder terlatih yang diberi pangkat Mayor untuk mengantisipasi hal-hal anarkis dari pihak pendemo. Sementara pihak kepolisian sudah memberi jaminan bahwa pendemo tidak akan diizinkan mendekati Gerbang Selatan. Tetapi pihak Al-Zaytun tertap bersiaga di dua titik tempat tersebut.
Sekitar pukul 07.15, massa pendukung Al-Zaytun sudah berada di posisi masing-masing. Di Gerbang Utama juga dipersiapkan seperangkat alat musik untuk menyambut pendemo. Pukul 08.00 mereka benar-benar sudah siap menyambut kedatangan para pendemo. Namun belum ada tanda-tanda kedatangan pendemo. Massa pendukung Al-Zaytun pun mendendangkan beberapa lagu. Di antaranya yang paling ria ketika menyanyikan lagu Havenu Shalom Aleichem sebuah salam bahasa Ibrani (salam damai sejahtera ada pada Anda).
Pukul 08.15 WIB, massa pendukung Al-Zaytun yang berada di dalam area pembatas Ma’had Al-Zaytun kemudian melantunkan asmaul husna yang terus mereka lantunkan diselingi lagu-lagu.
@tokoh.id Kok Sampe Segitunya. #mahadalzaytun #pesantrenalzaytun #beritahoax
Beberapa wartawan media mainstream yang selama ini tampak sungkan memberitakan kebenaran Al-Zaytun sudah tampak meliput di luar kawat berduri pembatas, di antaranya sekitar 10 orang kru TVOne yang tampak sering menatap ke arah jalan menunggu kedatangan 5000-an pendemo. Tapi yang ditunggu belum kunjung datang.
Hingga pukul 10.00 WIB, massa besar pendemo FIM belum terlihat tanda-tanda kedatangannya yang dipantau Wartawan Tokoh Indonesia hingga Jalan Pantura-Indramayu. Jika rombongan 5000-an massa itu sekaligus datang pasti akan terlihat iring-iringan panjang paling tidak 100-an bis atau truk di jalan kabupaten yang relatif kecil. Namun di jalan salah satu sudut sudah ada sebuah truk kecil mengangkut alat pengeras suara dan sekitar 10-20 orang.
Massa pendukung Al-Zaytun yang terdiri dari beberapa mahasiswa IAI AL-AZIS, Masyarakat Petani P3KPI, Masyarakat Petani Bawang, Masyarakat Petani Pisang dan Durian, Karyawan Al Zaytun, Keluarga Nelayan Indramayu, dan Pasukan Herder Al Zaytun serta para simpatisan dan stakeholder lainnya dari Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten, terlihat masih setia menunggu kedatangan pendemo FIM. Namun hingga pukul 10.45 para pendemo itu belum datang.
Sementara, Syaykh Al-Zaytun Prof. Dr. AS Panji Gumilang didampingi Agung Sedayu dan Nurdin Tsabit (mobil 1) serta Lawyer Al-Zaytun Hendra Effendi, SH, MH bersama wartawan Tokoh Indonesia (mobil 2) berkeliling dua kali menyapa dan memberi pengarahan kepada massa pendukung di tiga titik. Dalam peninjauan lapangan itu, sekitar jalan lintas Gerbang Selatan, Syaykh Panji Gumilang ‘mengenali’ beberapa orang penyusup. Syaykh pun mendekati dan bertanya, siapa nama dan berasal dari mana. Ternyata mereka datang dari Bandung dan bukan merupakan simpatisan Al-Zaytun. Kepada pihak kepolisian, Syaykh meminta untuk mengeluarkan mereka dari sekitar massa Al-Zaytun untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Demikian pula di depan Gerbang Utama, setelah Syaykh Panji Gumilang memberikan pengarahan kepada massa pendukungnya dan berdialog dengan petugas kepolisian, seseorang berteriak dengan pekik takbir Allahhu Akbar. Syaykh menoleh arah datangnya suara seraya mengatakan: “Siapa itu?” Dan memerintahkan: “Tangkap dan usir!” Dengan teriakan tersebut, Syaykh Panji Gumilang tahu bahwa orang itu adalah provokator penyusup.
Tentang hal ini, Wartawan Tokoh Indonesia bertanya: “Mengapa dari teriakan Allahu Akbar itu, Syaykh tahu bahwa dia penyusup?” Syaykh Panji Gumilang menjawab: “Takbir Allahu Akbar itu sebaiknya diucapkan di masjid, saat beribadah, bukan di tempat unjuk rasa. Massa Al-Zaytun sudah paham hal itu. Maka sudah pasti orang itu provokator penyusup.”
Kemudian Syaykh Panji Gumilang ditemani Agung Sedayu memonitor pergerakan pengunjuk rasa dari Wisma Al-Islah.
Pukul 11.10 sekitar 50-70-an pendemo mulai mendekati jalan depan Gerbang Utara dan langsung dihadang pihak kepolisian supaya jangan terlalu mendekat. Beberapa orang penduduk setempat yang sejak awal menyatakan tidak ikut berdemo baik pro maupun kontra berkerumun di samping dan belakang pendemo. Jumlah pendemo yang disebut akan berjumlah 5000 dan 3000 orang itu tidak tampak. Pihak pendemo mengatakan mereka berjumlah sekitar 200 orang. Tapi tidak terlihat iringan kendaraan yang bisa mengangkut 200 orang, seperti 4-5 bis atau truk.

Lalu mulai berorasi. Oratornya bernama Carkaya, namanya di FB Suryadi Carkaya dengan status bekerja di PDI Perjuangan. Orasinya menunjukkan dia tidak menunjukkan pengetahuan yang memadai, khususnya perihal Al-Zaytun. Dia berulangkali menggunakan diksi, katanya, katanya. Tidak diketahui apakah dia sudah pernah mengikuti pelatihan di Sekolah Partai PDIP sehingga masih mempunyai nalar seperti itu.
Dalam orasinya, Carkaya menyebutkan bahwa katanya Panji Gumilang terlibat kasus pelecehan seksual dan bagaimana kelanjutannya. Dia menyebutkan penduduk masuk ke lahan Al-Zaytun diusir satpam padahal hanya lewat. Dia mempertanyakan apakah membuat kapal ada ijinnya, membuat bangunan apakah ada IMB-nya, dan lahan/tanah apakah ada suratnya. Dia juga menyebutkan bahwa Al-Zaytun di Indramayu tidak diharapkan masyarakat Indramayu.
Seusai berorasi, Carkaya menjawab pertanyaan Wartawan Tokoh Indonesia yaitu bagaimana dengan pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Indramayu yang menyatakan bahwa IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indramayu meningkat karena adanya Al-Zaytun. Carkaya lalu menjawab, “IPM Indramayu hanya lulusan SD, jadi itu tidak benar.”
Wartawan Tokoh Indonesia juga menyebutkan bahwa Al-Zaytun memberdayakan masyarakat di tiga desa di sekitar Al-Zaytun untuk menggarap sawah diberi pupuk, bibit, dan pendampingan. Carkaya lalu menjawab, “Pemberdayaan seperti apa, itu tidak ada.”
Mendengar orasi yang dinilai ngawur dan penistaan terhadap Syaykh Al-Zaytun, massa pendukung mulai gerah dan bergerak mencari jalan ke luar batas kawat berduri. Mereka mulai bergerak dari arah yang disebut Rumah Pisang. Melihat pergerakan itu, pihak Kepolisian bergerak serentak mencegah massa Al-Zaytun keluar. Kemudian terjadi dialog antara Abdul Halim dengan kepolisian. Abdul Halim mengatakan, jika mereka mengatakan hal-hal yang tidak benar, apalagi tuduhan-tuduhan yang tidak benar dan sama sekali tidak bisa dibuktikan, saya tidak bisa menahan desakan massa pendudukung untuk maju menghentikannya.
Tak lama, sekitar kurang pukul 12.00, orasi pun berhenti dan puluhan orang pendemo mulai bergerak pulang. Kemudian beberapa media mainstream pun merasa tak sungkan dan malu memberitakan seolah-olah jumlah pendemo dari pihak FIM itu ribuan, dengan manipulasi foto ribuan massa pendukung Al-Zaytun.
Sementara itu, Hendra Effendi, SH, MH yang mengkoordinir 70-an Lawyer Al-Zaytun mengatakan, pihaknya akan mempertimbangkan beberapa tudingan dalam orasi pendemo tersebut ke ranah tuntutan hukum. Salah satu orasi itu menyebut Syaykh Panji Gumilang seorang paedofil dan ada zinah yang dihalalkan dengan tebusan uang.
Perihal lima tuntutan FIM yakni: 1) Usut tuntas dugaan ajaran sesat Al-Zaytun libatkan MUI dan KEMENAG; 2) Usut tuntas dugaan tindak pidana pemerkosaan atas laporan Sdri. KARTINI perempuan asal Indramayu yang diduga korban pemerkosaan Panji Gumilang; 3. Tegakkan UPPA tentang kepemilikan tanah dan tindak pidana penguasaan tanah diduga Al-Zaytun merampas tanah rakyat dan menguasai ribuan hektar tidak jelas ijin peruntukannya (Lidik pencucian uang); 4. Hentikan pembuatan Dersus (Dermaga Khusus Al-Zaytun) di Desa Eretan Kec. Kandanghaur dan jalan khusus/jalan pribadi yang sedang dibuat di Desa Lonyod Wanguk, disambungkan lurus dengan Al-Zaytun sangat berbahaya jika dimanfaatkan praktek penyelundupan senjata, narkoba dan perdagangan manusia; 5. Al-Zaytun tidak ada manfaatnya sama sekali untuk masyarakat sekitar tidak ada tenaga kerja, santri asal Indramayu dan tertutup tidak bisa diakses secara umum;
Menurut Hendra Effendi, SH, MH, kelima tuntutan itu menunjukkan pihak pendemo tidak cukup pengetahuan dalam menyampaikan tuntutannya. Perihal tuntutan poin pertama, tidak ada ajaran sesat di Al-Zaytun; hanya soal perbedaan tafsir; pengajaran Al-Zaytun selalu mengacu Kementerian Agama. Poin kedua, tentang tudingan pemerkosaan, pihak kepolisian sudah dengan tegas menyatakan sama sekali tidak ada bukti tentang hal itu.
Poin ketiga, tentang kepemilikan tanah; semua tanah Al-Zaytun diperoleh melalui transaksi yang sah dan sudah bersertifikat. Bahkan semua bangunan Al-Zaytun sejak awal selalu memiliki IMB dan persyaratan lainnya; Poin empat tentang dermaga-galangan kapal Samudera Biru sejak awal sudah diurus izinnya, juga termasuk izin pembuatan kapal dan izin pelayarannya pun sudah dimiliki; tentang jalan yang dituduhkan akan dimanfaatkan praktek penyelundupan senjata, narkoba dan perdagangan manusia adalah penistaan keji;
Poin kelima tentang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat sekitar, suatu bukti kedangkalan pengenalan mereka tentang kiprah Al-Zaytun. Selain adanya jalinan kemitraan Al-Zaytun dengan para petani setempat dalam wadah Masyarakat Petani P3KPI, Masyarakat Petani Bawang, Masyarakat Petani Pisang dan Durian, serta adanya Koperasi Desa Kota, juga Al-Zaytun membuka Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di sekitar Kampus Al-Zaytun. Belum lagi dalam bentuk sadokah dan kurban. Hanya saja Al-Zaytun sudah sejak lama mengantarkan paket kurban, misalnya, langsung ke rumah-rumah penduduk untuk menghindari penduduk antri berhimpit-himpitan.
Laporan Mangatur L Paniroy, Rukmana Fadli, Yenita Tangdialla, Rigson Harianto Marbun
Al Zaytun ibarat pohon. Pohon yang makin bertumbuh besar, selalu ditempa angin besar. Makin besar angin menerjangnya, akarnya makin kokoh, menancap ke tanah. Pohonnya rindang, buahnya lebat kerap mengundang tangan jahil yang ingin menikmatinya tanpa ada jeri lelahnya. Saya kira itulah Al Zaytun hari ini. Pohon besar, yang akarnya makin kokoh, pohon yang berbuat lebat ingin dicuri para penggarong. Beruntung pohon itu juga dijaga penghuninya, santrinya, orang-orang yang mencintai Al Zaytun.