Guru Besar Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) kelahiran Tente, Bima, Nusa Tenggara Barat, 21 Juni 1947, ini, walaupun bukan orang Jawa, terkenal sebagai orang yang sangat nJawani. Ia dikenal luas para tetangganya karena banyak bergaul dan sering keliling dengan naik motor. Dia secara mendadak meninggal dunia ketika hendak memangkas rambut di belakang rumahnya di Yogyakarta, Rabu (8/1/2003), sekitar pukul 14.00.
Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP, pria kelahiran Wates, Yogyakarta, 21 Januari 1955, dilantik Presiden menjadi Kepala Staf Angkatan Udara ke-18 pada 9 November 2009. Serah terima jabatan dari Marsekal TNI Subandrio dilaksanakan pada 12 Nopember 2009, dipimpin Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso.
Nasib mujur masih berpihak pada Bob 'Raja Kayu' Hasan. Masa pengucilannya di penjara yang terkenal seram, LP Batu Nusakambangan, dipersingkat dari enam tahun menjadi tiga tahun. Karena berkelakuan baik, Bob diberi pembebasan bersyarat oleh Dirjen Pemasyarakatan Suyatno. Di balik terali besi pun, Bob menjadi motor penggerak para narapidana berkarya kerajinan batu mulia.
EMPAT | Sebagai guru Taman Siswa, yang hidup bersama seorang anak dan istri yang sedang mengandung anak kedua, Probosutedjo mulai merasakan keterbatasan kemampuan keuangan untuk membiayai kehidupan rumah-tangganya. Dia pun mengubah haluan 'perahu' kehidupannya menjadi pengusaha.
BIO 07 | Urip Santoso adalah orang yang ikut berperan penting dalam proses pembentukan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut (1961). Dialah orang yang ditugaskan membentuk dan melatih prajurit pasukan katak dalam rangka perjuangan Trikora (Tri Komando Rakyat)[1] untuk membebaskan Irian Barat dari tangan kolonial Belanda.
Nana Sutresna Sastradidjadja lahir di Ciamis, 23 Oktober 1993. Dia seorang diplomat yang menapaki jenjang karier cemerlang di Kementerian Luar Negeri sejak tahun 1957 hingga 2011. Mantan Duta Besar RI untuk Inggris Raya dan Irlandia (1999-2002) ini dianugerahi Satya Lencana Karya Satya dan Bintang Mahaputra Utama Republik Indonesia. Diplomat karir (profesional) ini meninggal di Singapura, 27 Januari 2011 dan dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta.
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini dikenal sebagai sosok pengusaha dan politisi yang kemudian berkecimpung di dunia birokrat. Setelah menjadi anggota DPR periode 2004-2009, karirnya meningkat dengan menjadi Menteri Koperasi dan UKM Kabinet Indonesia Bersatu II dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dia legenda pengarang cerita silat. Selama 30 tahun lebih berkarya, dia telah menulis sekitar 400 judul serial berlatar Cina, dan 50 judul serial berlatar Jawa.
Seluruh pelosok negeri nusantara pernah mendengar dan menyanyikan lirik indah sebuah lagu, Bagimu Negeri, yang diciptakan oleh Kusbini. Dia berhasil menciptakan lagu fenomenal yang tetap dikumandangkan hingga saat ini karena lagunya sanggup membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia. Boleh dikatakan, ia termasuk salah satu pejuang kemerdekaan yang berjuang lewat karya dan lagu.
Barli Sasmitawinata adalah seorang maestro seni lukis realistik. Pria yang lahir di Bandung 18 Maret 1921 itu menjadi pelukis berawal atas permintaan kakak iparnya, tahun 1935, Sasmitawinata, agar Barli memulai belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, seorang pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung.
Wakil Presiden RI (1993-1998) ini dikenal sebagai seorang negarawan yang jujur, bersahaja, loyal, berdedikasi tinggi dan berpendirian teguh. Putra terbaik bangsa ini bukanlah seorang yang haus jabatan (ambisius) yang mau menghalalkan segala cara untuk meraih jabatan tertentu.
Tidak aktif secara langsung dalam mengelola negara sejak berakhirnya masa jabatannya sebagai wapres, tidak otomatis membuat dirinya langsung memilih diam menikmati pensiun, tidak mau berbuat apa lagi. Melainkan jiwanya masih terus terpanggil untuk berbuat sesuatu, mengabdi sepanjang hayat, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat dan negaranya.
Pria kelahiran Jombang 12 Februari 1943 ini patut diperhitungkan dalam dunia perpolitikan nasional. Dia mengusung politik bermoral. Konstruksi pemikiran dan solusi yang dia tawarkan atas pemecahan permasalahan bangsa masih jernih. Dia bersedia menjadi ketua umum sebuah partai Islam tertua di Indonesia, PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) yang kemudian berganti nama menjadi Partai Sarikat Indonesia (PSI) setelah menjalani istiqoroh selama beberapa hari berturut-turut.
Dalam berbagai kegiatan —sebagai pengusaha, politisi, menteri dan petani – ia selalu berorientasi demi kepentingan rakyat: Bekerja untuk rakyat! Tak pernah terbayangkan, pengabdiannya selama puluhan tahun itu, kemudian membuahkan harapan sebagian rakyat Indonesia untuk mencalonkannya sebagai calon presiden independen Pemilu Presiden 2004. Dia diharapkan menjadi calon presiden independen dan terbaik dari yang baik-baik, Primus Inter Pares. Walaupun kemudian, dia memilih menjadi Calon Wakil Presiden, bergabung dengan Amien Rais sebagai Calon Presiden.
Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno ditunjuk Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Menko Polkam ad interim, Jumat 12 Maret 2003, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono yang sehari sebelumnya mengajukan permohonan undurkan diri. Presiden mengangkat Hari Sabarno karena yang bersangkutan dinilai cakap dan memahami tugas Menko Polkam.
Siti Latifah Herawati Diah kelahiran 3 April 1917 adalah pendiri harian berbahasa Inggris Indonesian Observer (1955). Dia bersama suami B.M. Diah adalah pelaku catatan panjang jurnalisme Indonesia. Suaminya B.M. Diah adalah pendiri dan pemilik koran "Merdeka" yang diterbitkan pertama kali Oktober 1945. tujuannya untuk mengisi kemerdekaan yang sudah diproklamirkan 17 Agustus 1945.
Doktor sosiologi yang terlahir dengan nama Soe Hok Djin ini meninggalkan status sebagai dosen di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jawa Tengah, pasca kerusuhan Mei 1998. Kemudian bersama istri Leila Ch. Budiman bermukim dan mengajar di Universitas Melbourne, Australia. Dia agaknya belum mau menghentikan sedikitpun suara kritisnya. Sejak masih muda lelaki keturunan Tionghoa ini sudah berani mengkritisi kebijakan Presiden Soekarno bahkan turut turun ke jalanan berdemosntrasi bersama mahasiswa menumbangkan Orde Lama.
Bagi mantan anggota Komisi IX dan Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat dari PDIP, ini musik jazz dan musik klasik bisa dibandingkan dengan sikap politik kaum konservatif dan liberal. Dalam konkteks Indonesia, dia mengibaratkan DPR sebagai musisi klasik, sedangkan DPD musisi jazz. Jazz lebih demokratis, maka dia meninggalkan PDIP dan mencalonkan diri jadi anggota DPD dari Jakarta, sayang tidak terpilih.
Pria kelahiran 30 Desember 1943 asal Mersang, 160 kilometer dari Jambi arah ke Padang ini dikenal sebagai praktisi ekonomi yang piawai. Dia mantan 'mandor' pasar modal dan menjabat beberapa posisi di bidang ekonomi dan keuangan. Mantan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Kepala BKPM (1999) dan Menteri Kehutanan (2001) ini kemudian terjun ke dunia politik.
Sebagai direktur utama, dia berobsesi mewujudkan Bank Permata menjadi lembaga keuangan terkemuka di Indonesia maupun regional. Bankir yang sebelumnya berkiprah di Badan Penyehatan Perbankan Nasional dan Bank Mandiri ini bertekad menjadikan bank yang merupakan penggabungan dari lima bank (Bank Bali, Bank Universal, Bank Patriot, Bank Artha Media dan Bank Prima Express) ini menjadi bank profesional yang memiliki hubungan kuat dengan nasabah.