Ahli Bedah Bisnis

Rhenald Kasali
 
0
294
Rhenald Kasali
Rhenald Kasali | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Ulasan-ulasan bisnisnya yang tajam dan tak njelimet telah banyak menginspirasi orang. Peraih penghargaan Satya Lencana Karya Satya 10 tahun dari Presiden RI ini ingin mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia yang masih sangat birokratis menjadi berjiwa entrepreneurship dan leadership.

Bagi Rhenald Kasali, bisnis adalah bagaimana membuat sesuatu menjadi hal yang luar biasa. Dalam pengembangan bisnis, ia menegaskan bahwa pola pikir kewirausahaan sangat diperlukan, bukannya keberuntungan. Kewirausahaan bukanlah ada dengan sendirinya melainkan harus diciptakan.

Menurutnya, keberuntungan sebenarnya adalah ketika kesempatan bertemu dengan persiapan. Artinya, keberuntungan sendiri tampaknya mempunyai sifat yang sama dengan kewirausahaan yang pada dasarnya “diciptakan”. Keberuntungan tidak akan datang dengan sendirinya. Keberuntungan ada karena ada usaha sebelumnya. Dari sinilah dapat dipahami betapa pentingnya latihan yang terus menerus dan pantang menyerah oleh mereka yang ingin terjun ke dalam dunia bisnis.

Akan tetapi, seorang wirausahawan harus melakukan reinvestasi. Baginya, tujuan orang berwirausaha bukan untuk menjadi kaya, karena kaya hanyalah akibat. Rhenald menyatakan bahwa seorang wirausahawan yang hanya menjadikan kekayaan sebagai tujuan utama dalam berwirausaha adalah bentuk pengkhiatan terhadap kewirausahaan.

Dalam salah satu bukunya, Myelin: Mobilisasi Intangibles sebagai Kekuatan Perubahan, Rhenald menyatakan bahwa myelin (muscle memory) sebagai faktor penting untuk menjembatani gagasan yang dihasilkan “brain memory” agar bisa sampai di tujuan dengan “mengendarai” myelin yang terlatih. Artinya, tidak ada keraguan atas kecerdasan sumber daya manusia Indonesia. Sebagai contoh, sudah banyak anak-anak Indonesia yang memenangi olimpiade fisika atau matematika dunia. Namun, Rhenald menegaskan bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup untuk meraih kesuksesan. Kunci kesuksesan adalah terus berlatih. Semakin sering berlatih maka jaminan untuk sukses semakin nyata.

Rhenald Khasali adalah seorang akademisi dan praktisi bisnis yang lahir di Jakarta pada 13 Agustus 1960. Ia termasuk salah satu ahli bedah bisnis yang piawai di negeri ini, setidaknya dalam bidang iklan dan pemasaran.

Namun, siapa menyangka kalau si ahli bedah bisnis ini pernah tinggal kelas ketika hendak naik kelas lima sekolah dasar. Tak ayal, peristiwa itu membuatnya sangat terpukul. Belum lagi rasa malu yang harus ditanggungnya. Pasalnya, waktu itu ia menganggap orang yang tidak naik kelas adalah orang bodoh. Untunglah, perasaan itu tak berlarut-larut dirasakannya. Justru ia mulai berintrospeksi dan berbenah diri serta semakin giat belajar. Putra pasangan Samuel Kasali dan Sonya Andrea Kelin ini mengaku, kalau tidak ada peristiwa itu, mungkin dirinya tidak akan berubah.

Terlebih lagi, kehadiran orangtuanya yang tak pernah absen mendampinginya di saat-saat sulit. Bimbingan serta kasih sayang selalu dicurahkan untuk Rhenald kecil. Misalnya, kalau mau ujian di sekolah, orang tua terutama sang ibu selalu mengajaknya berdoa. “Doa orang tua saya itu sederhana sekali, kalau memang anak saya itu mampu, berikan dia kesempatan,” tutur Rhenald menirukan doa yang senantiasa dipanjatkan Sonya, ibunda tersayangnya.

Sebagai guru besar, pria bergelar Ph. D. dari University of Illinois ini terbilang produktif dalam menghasilkan tulisan. Buku-buku yang ditulisnya laris manis dan selalu menjadi incaran kalangan pebisnis dan dikoleksi oleh banyak mahasiswa. Beberapa buku yang telah dihasilkannya antara lain berjudul Sembilan Fenomena Bisnis, Sukses Melakukan Presentasi, Change!, Recode Your Change DNA, serta masih banyak lagi.

Sonya akan sangat marah dan cemas bila Rhenald membolos sekolah. Oleh karena itu, untuk memompa semangat putranya, ia berusaha memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Rhenald masih ingat betul bagaimana ibunya sering menjemputnya di sekolah dan memboncengnya dengan sepeda. Lalu, masih menggunakan sepeda kayuhnya, sang ibu suatu hari mengajak Rhenald ke Pasar Taman Puring, Kebayoran, untuk membeli sepatu bekas. “Saat itu ibu memang hanya mampu membelikan sepatu bekas karena anaknya lima orang,” kata Rhenald mengenang.

Perjuangan ibunda tercintalah yang berandil besar hingga Rhenald dapat mencapai karirnya seperti sekarang ini. Selain dikenal luas sebagai akademisi dan praktisi bisnis, ia juga menjadi pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi di universitas yang sama. Pada 4 Juli 2009, predikatnya bertambah setelah resmi dilantik sebagai guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi UI. Selain tercatat sebagai dosen di UI, Rhenald juga menjadi dosen terbang di Program Magister Manajemen Universitas Sam Ratulangi, Universitas Tanjung Pura, Universitas Udayana, dan Universitas Lampung.

Advertisement

Sebagai guru besar, pria bergelar Ph. D. dari University of Illinois ini terbilang produktif dalam menghasilkan tulisan. Buku-buku yang ditulisnya laris manis dan selalu menjadi incaran kalangan pebisnis dan dikoleksi oleh banyak mahasiswa. Beberapa buku yang telah dihasilkannya antara lain berjudul Sembilan Fenomena Bisnis, Sukses Melakukan Presentasi, Change!, Recode Your Change DNA, serta masih banyak lagi.

Rhenald juga telah berhasil mengkoleksi sederet penghargaan dari kerja kerasnya sebagai akademisi, penulis, dosen, maupun praktisi bisnis. Penghargaan tersebut antara lain Satya Lencana Karya, Penghargaan “Kreativitas”, Dosen Terbaik FEUI 2003, dan lain sebagainya.

Rhenald berujar, jika dimasa kecilnya sang ibu amat berperan dalam menumbuhkan semangatnya, kini ketika sudah menikah dan mengajar di UI, pengobar semangatnya adalah sang istri tercinta, Elisa. Misalnya, saat ia mau berhenti bekerja lantaran terlalu banyak intrik, Elisa melarangnya. Menurut ibu dari Fin dan Adam itu, kampus bukan cuma dunia idealisme namun juga merupakan tempat orang meniti karir dan mencari nafkah, sehingga kepentingannya beragam. Dengan kata lain, ada persaingan yang harus dipahami secara arif.

Sementara dalam mendidik anak, meski sebagai praktisi di dunia bisnis, Rhenald tak ingin mendorong dua buah hatinya agar mengikuti jejaknya. Menurut Rhenald, Fin dan Adam mempunyai masa depan sendiri karena mereka hanyalah titipan Tuhan. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana mendidik keduanya agar menjadi manusia yang bermoral baik, bisa menghidupi diri sendiri serta berguna bagi orang lain. Makanya, di sekolah pun Rhenald tak pernah menuntut anak-anaknya supaya mendapat peringkat sepuluh besar. “Saya tidak mau anak-anak saya menghabiskan energi hanya untuk mengejar ranking,” ucap sarjana ekonomi lulusan UI ini.

Baginya, pendidikan kepekaan sosial bagi anak-anak jauh lebih penting ketimbang ilmu pengetahuan. Karena itu, ia pun memboyong keluarganya tinggal di kampung, bukan di sebuah kompleks perumahan. Dengan tinggal di lingkungan seperti itu, anak-anaknya bisa bergaul dengan anak-anak di kampung yang notabene berasal dari keluarga strata menengah ke bawah. Dengan begitu, ia berharap bisa mengajak anak-anaknya untuk melihat realitas sosial yang ada di sekitarnya.

Di sela-sela kesibukannya, Rhenald mengisi waktu luangnya dengan berkebun. Ia memiliki sebidang tanah di rumahnya di bilangan Pondok Gede, di timur Jakarta. Di atas lahan seluas 300 meter persegi itu, ia menanami aneka pohon buah-buahan, antara lain, mangga, jambu, nangka, rambutan, dan delima. e-ti | muli

Data Singkat
Rhenald Kasali, Pakar Manajemen, Guru Besar FEUI / Ahli Bedah Bisnis | Direktori | Guru Besar, Dosen, UI, motivator, pembicara, Pakar manajemen, Tarakanita, Kanisius

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini