
[DIREKTORI] Mantan wartawan Suara Pembaruan Herad Tidar menghembuskan napas terakhirnya di RS Pluit, Jakut, Selasa 17 Agustus 2004 pukul 18.30 WIB, karena menderita sakit kanker lambung. Pria kelahiran Makassar, 12 Mei 1939 itu meninggalkan seorang istri Frida Nirmala Tidar dan tiga orang anak, Maria, Ruben, dan Sarah.
Selain pendiam, almarhum juga dikenal sebagai pribadi yang teguh seperti gunung. Jika dia bilang A harus A, tidak mudah untuk diubah. Karena sifatnya yang pendiam itulah, almarhum tidak akan bicara jika tidak diajak bicara. Namun jika diminta pendapatnya tentang suatu permasalahan, maka keluarlah rentetan kata-kata bagaikan ceramah yang telah disiapkan dua hari dua malam.
Herald memulai kariernya sebagai wartawan Sinar Harapan pada tahun 1963. Kala itu almarhum bertugas sebagai reporter kepresidenan. Kariernya semakin menanjak dengan menduduki jabatan sebagai Redaktur Pelaksana (Redpel) yang membawahi desk kota dan daerah. Almarhum juga bertugas mengkoordinir desk feature.
Pendirian teguh itu tidak hanya dilaksanakan pada tugas kewartawanannya saja, tetapi juga pada kesehatan. Almarhum sempat merangkap dua jabatan, yakni sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan (Litbang/ 1985 hingga pensiun) dan Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred/1991) Suara Pembaruan. e-ti | tsl-suara pembaruan