Melejit Jadi Ketua KPK
Abraham Samad
[DIREKTORI] Dr. Abraham Samad, SH, MH, seorang advokat yang melejit bagai roket menjabat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jilid 3 (2011-2015). Pengalaman yang sangat minim tidak menjadi hambatan bagi pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 27 November 1966, itu untuk menduduki kursi Ketua KPK.
Abraham Samad yang sebelumnya pernah gagal sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Komisi Yudisial, serta dua kali gagal dalam seleksi pimpinan KPK, akhirnya dalam seleksi capim KPK 2011 dia berhasil lolos seleksi dan bisa melewati seleksi hingga tingkat uji kelayakan dan kepatutan oleh DPR. Bersama 8 calon lainnya (dari sebelumnya 10 calon) yang diajukan oleh Pansel KPK, Abraham menempati peringkat kelima.
Abraham menjalani uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III DPR tanggal 28 November 2011. Dia pun terpilih. Bahkan Pada tanggal 3 Desember 2011 melalui voting pemilihan Ketua KPK oleh 56 orang dari anggota Komisi III DPR, Abraham memperoleh 43 suara, mengalahkan Busyro Muqoddas 5 suara, Bambang Widjojanto 4 suara, Zulkarnain 4 suara, dan Adnan 1 suara. Kemudian dia bersama pimpinan KPK terpilih lainnya dilantik Presiden SBY di Istana Negara pada tanggal 16 Desember 2011.
Abraham Samad pun berjanji untuk segera menuntaskan kasus Bank Century dan mengungkap kasus-kasus korupsi berskala besar. Dia berjanji siap mundur jika dalam setahun kepemimpinannya, pemberantasan korupsi dinilai tidak optimal.
Abraham Samad berjanji tak akan banyak mengumbar pernyataan ke publik jika terpilih sebagai Ketua KPK. Dia bahkan mengkritik Busyro Muqoddas yang banyak berbicara ke publik dengan menyebutnya seperti pemain sinetron. “Sebagai penegak hukum itu seharusnya sudah tahu karakter penegak hukum yang tidak boleh banyak bicara ke publik. Tidak boleh banyak tampil di televisi. Kalau sering tampil itu seperti sinetron saja,” ujarnya dalam uji kelayakan dan kepatutan calon pimpinan KPK di DPR, Senin, 28 November 2011.
Abraham Samad pun berjanji untuk segera menuntaskan kasus Bank Century dan mengungkap kasus-kasus korupsi berskala besar. Dia berjanji siap mundur jika dalam setahun kepemimpinannya, pemberantasan korupsi dinilai tidak optimal.
Abraham Samad juga menjamin selama kepemimpinannya lembaga antikorupsi ini tidak akan bisa diintervensi oleh siapa pun. Jika hal itu terjadi, Abraham menegaskan, pada hakikatnya dirinya akan berpegang teguh pada kemandirian sikap yang dimiliki masing- masing pimpinan KPK. Maka, dia menjamin akan selalu ada koordinasi dan konsolidasi antarpimpinan KPK.
“Kalau saya gagal melaksanakan itu semua, pulang kampung saya. Mudah-mudahan kami bisa lebih kritis demi upaya pemberantasan korupsi. Saya juga enggak punya kepentingan apa-apa,” tegas Abraham. Menurutnya, janji-janjinya di hadapan Komisi III DPR bukanlah bentuk kontrak politik, melainkan kontrak sosial. Dia tidak pernah berafiliasi atau terkait dengan partai politik mana pun.
Abraham Samad menyelesaikan gelar sarjana (1993), master dan doktor (2010) hukum di Universitas Hasanuddin. Dia meniti karirnya sebagai seorang pengacara sejak tahun 1995.Sebagai advokat dia pun mendirikan LSM Anti-Corruption Committee (ACC) di Sulawesi Selatan, di mana ia sekaligus koordinatornya. Dengan ACC, dia memfokuskan aktivitas pada pemberantasan korupsi.
Kemudian, dia pun sempat berafiliasi dengan beberapa kelompok Islam dan tokoh produktif. Dia dikenal dekat dengan kelompok garis keras Makassar, Tentara Jundullah, dan pengacara bagi organisasi Komite Penegakkan Syariah Islam (KPSI).
Dia pun menjadi pengacara (2002) untuk terdakwa terorisme Agus Dwikarna, warga negara Indonesia yang dijatuhi hukuman 17 tahun penjara oleh pengadilan Filipina yang ditangkap di bandara Manila atas kepemilikan bahan peledak. Dwikarna juga dituduh memiliki hubungan dengan jaringan teroris yang beroperasi di Asia Tenggara. Abraham juga dikenal akrab dengan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Ketika Ba’asyir mengunjungi Makassar pada Juli 2009, Abraham juga ikut menyambutnya.
Abraham yang akrab disapa Openg adalah anak kelima dari enam bersaudara. Ayah Abraham bekas tentara pejuang di korps CPM, berpangkat terakhir kapten. Sang Ayah sering mengisahkan bagaimana dia dulu mengawal Bung Karno saat datang ke Makassar. Namun kemudian, ayahnya beralih menjadi pedagang.
Nama Abraham, merupakan pemberian dari ayahnya, karena pada waktu dia lahir ayahnya sedang membaca buku kepahlawanan Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat. Abraham menamatkan pendidikan dasar di SD 129 Kunjung Mae, di Jalan Mappanyukki, Makassar. Lalu tamat dari SMP Katolik Sulaiman di Jalan Batu Putih, Makassar dan berlanjut di SMA Katolik Cenderawasih. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com