Raja Lagu Pop Melankolis
Rinto Harahap
[DIREKTORI] Di tahun 70 hingga 80-an, nama Rinto Harahap amat populer di blantika musik pop tanah air sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Irama melankolis serta lirik-lirik yang mengundang airmata menjadi ciri khasnya dalam mencipta lagu. Sederetan penyanyi Indonesia diorbitkannya termasuk Nia Daniati, Betharia Sonata, Christine Panjaitan, Iis Sugianto dan Eddy Silitonga.
Rinto Harahap, musisi berdarah Batak yang lahir di Sibolga pada 10 Maret 1949 ini menjadikan hobi bermusiknya sebagai pilihan hidup. Demi pilihannya itu, ia harus menentang sang ayah, James Harahap, yang sangat berharap anak ketiganya itu kelak menjadi pendeta. Rinto bahkan sempat bekerja pada sebuah perusahaan besi beton di pagi hari, kemudian mengamen di klub malam pada malam harinya, sebelum akhirnya terjun ke bisnis rekaman.
Anak ketiga dari enam bersaudara ini mulai aktif bermusik sejak masih duduk di bangku SMP. Kala itu ia tergabung dalam sebuah band pop bernama Meds. Menginjak masa SMA tepatnya tahun 1969, Rinto yang pernah bercita-cita menjadi dokter ini kemudian bersama kakak kandungnya, Erwin Harahap serta beberapa orang teman membentuk band The Mercys yang juga mengusung genre musik pop.
Pada awal tahun 70-an, band tersebut memutuskan untuk hijrah dari Medan ke Jakarta. Band yang terdiri dari Rinto, Erwin, Rizal Arsyad, Charles Hutagalung, Reynold Panggabean, dan Albert Sumlang itu sempat berjaya hingga medio 1970-an sebelum akhirnya meredup.
Setelah berkiprah dengan The Mercys, di tahun 80-an Rinto dan Erwin mendirikan sebuah perusahaan rekaman yang diberi nama Lollypop. Saat itu namanya juga tersohor sebagai pencipta lagu pop yang sukses melahirkan lagu-lagu hits. Banyak artis yang berhasil diorbitkannya, seperti Eddy Silitonga yang melejit berkat lagu Biar Sendiri, Rita Butar Butar lewat lagu Seandainya Aku Punya Sayap, Nia Daniati lewat lagu Gelas-Gelas Kaca, serta Broery Pesulima lewat lagu Aku Begini Engkau Begitu.
Irama melankolis serta lirik-lirik yang mengundang airmata seakan menjadi ciri khas seorang Rinto Harahap dalam mencipta lagu. Karena itu pula, ia sempat diidentikkan sebagai musisi spesialis lagu cengeng. Bahkan pemerintah Orde Baru melalui Menteri Penerangan saat itu, Harmoko, sempat melarang beberapa lagunya untuk dinyanyikan di televisi karena dianggap kurang memberi semangat. Tapi toh Rinto masih dicari beberapa musisi yang meminati lagu-lagunya.
Bahkan karena kepiawaiannya tersebut sempat tercetus sebuah istilah populer, “Badan Rambo Hati Rinto”. Namun, Rinto menanggapi kalimat menggelitik itu dengan senyuman. Ia tidak merasa lagu-lagunya cengeng. Menurutnya, lagu yang ia ciptakan adalah lagu yang bisa mengundang derai air mata.
“Bila si pendengar sedang sakit hati, atau baru ditinggal kekasih pujaan, pasti menangis mendengar lagu saya. Jadi tidak semua orang yang mendengar lagu Rinto langsung menangis,” kata ayah dari Cindy, Mita, dan Astri itu seperti dikutip dari situs Suara Pembaruan.
Uniknya, menurut Rinto inspirasi mencipta lagu mellow itu datang begitu saja. Ia bahkan tidak pernah menjadi teman curhat para perempuan yang sakit hati. Dulu sangat tabu membicarakan rasa sakit yang dialami para wanita. Lagi pula mana ada wanita yang mau mengaku sudah ditinggal pergi suami. Lagu itu tercipta begitu saja. Mungkin itulah kelebihan yang diberikan Tuhan pada saya,” paparnya. Selain dikenal sebagai penyanyi, Rinto juga sempat terjun ke dunia seni peran dengan bermain dalam film Seindah Rembulan di tahun 1980. Akan tetapi kiprahnya sebagai aktor nyatanya tak secemerlang karirnya sebagai penyanyi.
Di luar pelarangan lagu-lagunya oleh pemerintahan Soeharto, Rinto rupanya mempunyai kisah tersendiri mengenai kedekatannya dengan keluarga Cendana khususnya Tutut, putri sulung Presiden RI ke dua itu. Rinto pernah mendapat kepercayaan untuk mengisi jabatan direktur utama PT STAR (Sira Tama Agra Raya), salah satu anak perusahaan yang didirikan Tutut.
Dulu, Rinto tak pernah ketinggalan untuk menghadiri nyaris setiap aktivitas yang dilakukan wanita bernama lengkap Siti Hardijanti Rukmana itu. Misalnya saja saat Tutut membuat proyek Kirab Remaja Nasional (KRN) tahun 1990, 1993, dan 1996. Sebagai musisi Rinto kebagian peran menjadi pembuat Mars KRN.
Sepanjang kariernya sebagai pencipta lagu, Rinto sempat beberapa kali tersandung masalah hukum. Seperti saat ia menghadapi tuduhan menjiplak karya milik Ahmad CB atas lagu ciptaannya yang dipopulerkan The Mercys yang berjudul Injit-injit Semut. Namun Rinto menampik tudingan itu, menurutnya ia tak melakukan pelanggaran hak cipta. Lebih jauh ia menjelaskan, lagu Injit-injit Semut terinspirasi dari permainan tradisional anak-anak Melayu.
“Biarpun lagu saya berjudul Injit-injit Semut dan ada lagu lain yang berjudul sama, tapi hak cipta lagu saya yang berjudul Injit-injit Semut itu tetap punya saya, sepanjang melodi lagu saya berbeda dengan lagu lain. Selain itu, tidak ada undang-undang yang melindungi judul lagu, kecuali jika judul lagu yang bersangkutan sudah didaftarkan sebagai trade mark atau merek dagang,” kilah suami Lily Kuslolita itu seperti dikutip dari situs tembang.com.
Rinto Harahap, musisi berdarah Batak yang lahir di Sibolga pada 10 Maret 1949 ini menjadikan hobi bermusiknya sebagai pilihan hidup. Demi pilihannya itu, ia harus menentang sang ayah, James Harahap, yang sangat berharap anak ketiganya itu kelak menjadi pendeta. Rinto bahkan sempat bekerja pada sebuah perusahaan besi beton di pagi hari, kemudian mengamen di klub malam pada malam harinya, sebelum akhirnya terjun ke bisnis rekaman.
Saat menjabat sebagai Ketua Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI), Rinto juga pernah dilaporkan ke pihak yang berwajib oleh Sekretaris YKCI wilayah Riau, Frits Todung Pamostang Rajaguguk dengan tuduhan menghambat karir Frits sebagai pegawai negeri sipil di kantor Imigrasi, Batam. Menurut sang pelapor, pada 2 Oktober 2003 Rinto mengirim surat yang memintanya segera datang ke Jakarta dalam tempo tujuh hari. Kedatangan surat tersebut rupanya kurang berkenan di hati Frits. Sebab, dalam surat juga tercantum kalimat jika tak datang, maka Frits dilarang menarik uang royalti di kawasan Riau. Kalimat itu ditanggapi Frits sebagai ancaman.
Frits mengaku baru bisa datang pada 5 Oktober. Sayang, pertemuan dengan Rinto tak membuahkan hasil. Rinto tanpa alasan jelas tetap melarang Frits untuk menarik royalti. Surat serupa juga dikirim YKCI ke Kantor Imigrasi Batam karena penggugat memang bekerja di institusi pemerintah tersebut.
Tak lama setelah perseturuannya dengan Frits, Rinto diserang penyakit stroke yang menyebabkan sebagian tubuhnya lumpuh. Karena kondisi tersebut, ia harus rela posisinya sebagai Ketua YKCI digantikan oleh Munif Bahasuan.
Ujian Tuhan itu dihadapinya dengan tabah sambil terus berusaha sembuh dari penyakitnya agar dapat berkarya seperti sedia kala. Segala macam pengobatan ditempuhnya mulai dari medis, tradisional hingga yang berbasis rohani. Kondisinya baru mulai menunjukkan kemajuan berarti saat ia mengikuti senam chi di tahun 2010.
Tangannya mulai bisa digerakkan dan jari-jarinya mampu menggenggam. Bahkan, ia mulai bisa memegang pena dan menulis meski belum sempurna. Sebenarnya, dia sudah ingin aktif mencipta lagu lagi. Sebab, selama sakit, kepalanya penuh dengan ide-ide. Hanya, dia tidak bisa menyalurkan ide tersebut karena keterbatasan fisik. Terakhir dia menulis lagu sekitar 2001. “Saya ingin sekali mencipta lagu tentang kebesaran Tuhan. Sebab, tanpa kebesaran-Nya, saya tidak mungkin bisa sehat lagi seperti sekarang,” ujar Rinto seperti dilansir situs jpnn.com.
Di dalam sakitnya, Rinto dapat sedikit tersenyum bahagia karena karya-karyanya masih dikenang hingga kini. Meski sempat dicap sebagai lagu cengeng, lagu-lagu ciptaannya nyatanya masih enak didengar bahkan di telinga para generasi muda. Salah satu lagunya yang cukup legendaris adalah Ayah yang pernah dipopulerkan Eddy Silitonga. Lagu yang konon dipersembahkan Rinto bagi ayahandanya tercinta itu pernah dibawakan ulang oleh Ariel Peterpan dan Candil mantan vokalis Seriues Band.
Kemudian pada 3 November 2010, dirilis sebuah album bertajuk The Masterpiece of Rinto Harahap with Tohpati yang diproduksi Sony Music. Album tersebut memuat lagu-lagu karya Rinto yang diaranseman ulang oleh gitaris muda sekaligus musisi handal, Tohpati.
Istimewanya lagi, Astri Harahap, putri bungsu Rinto juga menyumbangkan suaranya di album tersebut. Astri atau yang akrab disapa Achi ini menyanyikan lagu Dingin yang pernah dipopulerkan Hetty Koes Endang. Selain itu ia juga berduet dengan penyanyi Ello membawakan lagu Aku Begini Engkau Begitu. Tentu saja hal itu semakin menambah kebahagiaan di hati Rinto meski ia tak pernah memaksakan anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya di dunia musik. Selain Achi, putri sulung Rinto, Cindy Claudia Harahap juga sempat terjun sebagai penyanyi meski akhirnya memutuskan untuk vakum setelah berumah tangga.
Selama karirnya di dunia musik sudah lebih dari 500 lagu yang dihasilkannya. Berkat kontribusinya memperkaya dunia musik pop Indonesia pada Maret 1982, Rinto mendapat penghargaan Anugerah Seni dari Direktorat Jenderal Kebudayaan dari Departemen P & K sebagai pencipta lagu sekaligus penyanyi yang berprestasi. Bahkan perusahaan rekaman Filipina, WEA Record, pernah memberikan kepercayaan padanya untuk mengekspor lagu-lagunya. Sayang, meski berhasil terkenal, beberapa lagunya sempat dibajak dan dinyanyikan dalam bahasa Mandarin dan bahasa Tagalok.
Pembajakan memang menjadi momok menakutkan bagi para musisi. Banyak musisi senior yang hidup sengsara di masa tuanya akibat minimnya royalti. Padahal karya-karya mereka masih dinikmati hingga kini, namun karena ulah para pembajak, mereka pun tak dapat merasakan hasil jerih payahnya. Itu pula yang ingin kembali diperjuangkan Rinto setelah sebelumnya ia memperjuangkan hak para musisi di bawah bendera YKCI.
Rinto merasa prihatin karena negaranya seolah tidak peduli pada kesejahteraan musisi. Di Indonesia, lagu bebas dinyanyikan oleh siapa saja, tanpa perlu dipungut royalti. Padahal, bagi seorang pencipta lagu, royalti ibarat senjata penyambung hidup. Dari royalti itulah mereka mendapat keuntungan. Royalti sekaligus menjadi bukti kepedulian negara dan masyarakat pada hasil karya seorang musisi.
Rinto Harahap berpulang pada usia 65 tahun, Senin (9/2/2015) malam setelah hampir tiga bulan dirawat di Singapura. Menurut kerabat terdekat Rinto, Yos Q, Rinto Harahap meninggal karena kanker tulang belakang yang dideritanya sejak lama. Rinto Harahap meninggalkan satu orang istri dan tiga orang anak. eti | muli, red