Rekayasawati Teknologi Fuel Cell

Eniya Listiani Dewi
 
0
488
Eniya Listiani Dewi
Eniya Listiani Dewi | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Dr Eng Eniya Listiani Dewi, B.Eng merupakan sosok rekayasawati muda Indonesia. Peneliti perempuan berkerudung dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 14 Juni 1974, sukses melakukan rekayasa teknologi sel bahan bakar (fuel cell) sebagai sumber energi alternatif masa depan yang bisa menghasilkan listrik. Karyanya yang telah mendapat pengakuan dunia, juga diganjar penghargaan ” Habibie Award 2010″ sebagai wanita termuda dalam sepanjang sejarah penerimaan Habibie Award sejak dilakukan tahun 1999. 

Ketertarikan Eniya putri pertama dari pasangan Hariyono dan Sri Ningsih terhadap dunia teknologi dan lingkungan telah muncul saat ia masih mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan keinginan wanita yang hobi menulis tentang hal-hal yang berbau dunia sains dan lingkungan, ini untuk melanjutkan studi di luar negeri kian tertanam di dalam benaknya.

Hingga akhirnya, keberuntungan menghampiri dirinya, impiannya untuk sekolah di luar negeri akhirnya terwujud. Setelah lulus SMA I Negeri Magelang, ia memperoleh beasiswa yang kala itu sangat bergengsi, lewat program Science and Technology Advance Industrial Development (STAID) Kementerian Negara Riset dan Teknologi, era 1990-an saat BJ Habibie menjabat sebagai Menristek.

Sebagai lulusan yang berprestasi di sekolahnya, istri dari Dr Wahyu Widada ini, akhirnya terpilih dan melanjutkan pendidikan S-1-nya di Universitas Waseda, Tokyo, Jepang. Pada awalnya ia mendaftar di jurusan teknik informatika. Melihat prestasi akademiknya, dosennya kemudian menyarankannya untuk mengambil bidang kimia terapan. Sejak saat itu, ia semakin bergelut dengan dunia sains.

Mulai dari S-1 hingga meraih gelar doktor, semuanya ditempuh di Fakultas Kimia Aplikasi Universitas Waseda dalam kurun waktu 10 tahun (1993-2003). Dan untuk mendukung biaya pendidikannya selama di negeri Sakura tersebut, ia juga memperoleh beasiswa dari Iwaki Glass Industry untuk meraih gelar masternya (S-2). Sedangkan untuk program doktor, Eniya mendapatkan fellowship sebagai special researcher of young scientist for the promotion of science dari Japan Science Technology.

Teknologi sel bahan bakar

Di tengah ke khawatiran dan ketergantungan dunia terhadap sumber energi fosil yang diperkirakan semakin menepis. Negara-negara di dunia berlomba melakukan inovasi untuk mengembangakan sumber energi sebagai alternatif pengganti energi di masa depan. Tak terkecuali Indonesia, cadangan energi fosil juga diperkirakan semakin menipis.

Bila dibandingkan dengan cadangan energi perkapita dunia, cadangan energi Indonesia sangat kecil. Cadangan batubara per kapita hanya 43,3 ton per kapita, cadangan gas 11 ton per capital, dan untuk cadangan minyak hanya 2,7 ton dari cadangan energi dunia. Jika diserap sekaligus akan semakin lebih cepat habis. (Inilah.com, 21 Januari 2010)

Bahkan Bappenas dan Dana Moneter Internasional telah mengeluarkan peringatan bahwa minyak bumi Indonesia dalam waktu yang tidak lama lagi akan habis. Bappenas memperkirakan 14 tahun (2025), sementara IMF memperkirakan lebih cepat lagi menunjuk tahun 2020, sembilan tahun lagi. Sehingga pemanfaatan energi alternatif sudah menjadi prioritas.

Begitu juga dengan teknologi sel bahan bakar (fuel cell) berbasis hidrogen temuan ibu dari Ibrahim Muhammad, Nashita Saaliha, dan Nashira Saaliha yang mengaku menemukannya secara kebetulan. “Saat eksperimen, saya sering meninggalkannya waktu makan siang. Saya pikir tidak masalah. Ketika saya melihat hasil eksperimen setelah saya tinggal, kok jadinya berbeda. Ternyata, perbedaan itu malah menjadi inovasi,” katanya.

Advertisement

Sebagai energi yang terbarukan, Eniya memiliki impian setiap rumah tangga bisa memiliki energi mandiri dari fuel cell karena lebih stabil sehingga tidak ada lagi pemadaman listrik.

Teknologi sel bahan bakar temuannya bisa dimanfaatkan menjadi salah satu alternatif dari sekian solusi yang sedang dikembangkan, untuk memecah kebuntuan energi di masa depan termasuk dalam pemenuhan kebutuhan listrik, bahan bakar kendaraan. Temuan Kartini Indonesia yang sudah mendapatkan pengakuan dunia ini patut diperhitungkan sebagai sumber energi baru, di samping karena ramah lingkungan, tidak menghasilkan polusi suara, hanya menghasilkan listrik, air, dan panas. Terobosan ini akan semakin menambah khasanah alternatif untuk menopang ketahanan energi nasional yang kadang berubah-berubah. Sehingga bisa digunakan sebagai back up energi konvensional kala mengkhawatirkan.

Bentuknya terlihat sederhana, seperti baterai. Dimana sel di dalamnya mengubah gas hidrogen dan oksigen secara elektrokimia dengan menggunakan katalis (zat yg dapat mempercepat atau memperlambat reaksi) menjadi elektron yang bisa menghasilkan arus listrik. Sisanya proton yang teroksidasi dengan oksigen, menghasilkan air.

Dengan aplikasi sel bahan bakar temuannya ini bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, mulai dari penerangan, memasak, menyalakan perangkat elektronik, seperti televisi, laptop, lampu, dan radio hingga kenderaan.

Di BPPT tempat Eniya meneliti, alat yang diklaim menggunakan 80% komponen lokal ini, terus dikembangkannya tepatnya di Pusat Teknologi Material. Salah satu yang berhasil ia kembangkan adalah protipe 1 kw dengan sistim kontrol terpadu yang ukurannya hanya kurang lebih 60x30x30 cm sehingga mudah di bawa kemana-mana, bahkan bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan.

Sementara itu, aplikasi fuel cell pada otomotif juga dikembangkan yaitu sepeda motor hidrogen dengan kapasitas 500 W. Energi yang dihasilkan ini mampu digunakan pada 60 km/jam dengan konsumsi rata-rata 1 km/L hidrogen. Yang jika dilihat dari hitungan ekonomisnya yang jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar jenis lain jauh lebih kompetitif.

Usahanya untuk mengembangkan berbagai prototipe dengan berbagai ukuran daya, mulai 5 hingga 1kw, akhirnya berbuah manis. Ia diganjar dengan berbagai penghargaan seperti dari PII-Engineering Award Adikara Rekayasa 2006, ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award 2006, Ristek Medco Energy Award 2008 dan skala internasional yakni dari Asia Excelence Award 2009, Jepang. Dan pada 29 November 2010 ia juga menerima Habibie Awards 2010 oleh The Habibie Center. Dalam ajang penghargaan ini, sekaligus mencatatkan namanya sebagai wanita termuda dalam sepanjang sejarah penerimaan Habibie Award sejak diadakan pada tahun 1999.

Eniya pun berharap bisa mewujudkan kota hidrogen Indonesia seperti yang sudah dilakukan Jepang. Selama sepuluh tahun ia menimba ilmu di Tokyo. Ia terinspirasi dengan Jepang yang telah membuat simulasi kota hidrogen. Jepang membagikan generator sel bahan bakar berkapasitas 1.000 watt-2.000 watt kepada 2.000 keluarga yang digunakan dengan cuma-cuma selama lima tahun. Begitu juga dengan angkutan umum juga menggunakan bahan bakar hidrogen. Dan berhasil menurunkan separoh emisi dari yang dihasilkan.

Namun ia menyadari untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan dukungan besar, karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu masih ada kesenjangan antara temuan teknologi dan produksi masal perusahaan. Ditambah lagi ketergantungan penggunaan energi seperti minyak bumi dan batu bara masih mendominasi.

Eniya yang juga penemu ThamriO, sebuah membran sel bahan bakar berbahan plastik yang bisa menghantarkan listrik ini, berharap ada investor yang mampu mengaplikasikan temuannya untuk pengembangan sel bahan bakar secara kompetitif. Sebagai energi yang terbarukan, Eniya juga memiliki impian, setiap rumah tangga bisa memiliki energi mandiri dari fuel cell karena lebih stabil sehingga tidak ada lagi pemadaman listrik. e-ti | Hot Tsan, red

Data Singkat
Eniya Listiani Dewi, Peneliti sel bahan bakar / Rekayasawati Teknologi Fuel Cell | Direktori | peneliti, riset, polimer, hidrogen

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini