Beralih ke Panggung Teater

Cornelia Agatha
 
0
848
Cornelia Agatha
Cornelia Agatha | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Namanya menjadi populer saat memerankan tokoh Sarah dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan di tahun 90-an. Semenjak berkeluarga, aktris terbaik Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1992 ini lebih memilih mencemplungkan diri di dunia teater daripada berakting di layar kaca.

Bagi pecinta sinetron Si Doel Anak Sekolahan (SDAS), nama Cornelia Agatha tentunya sudah tak asing lagi. Dialah pemeran Sarah, si gadis kaya yang jatuh cinta pada Doel yang diperankan Rano Karno, pria betawi yang idealis. Berkat sinetron yang diproduksi hingga enam musim itu, nama wanita kelahiran Jakarta 11 Januari 1973 ini semakin dikenal masyarakat.

Kebolehan perempuan yang biasa disapa Lia ini dalam berakting boleh jadi diwarisi dari ibunya, Erry Yudha Asri, seorang wanita asal Solo, Jawa Tengah, yang suka bermain teater dan melukis. Sementara sang ayah, Dave Maramis, pria berdarah campuran Belanda-Manado, adalah seorang karyawan sebuah rumah produksi dan pernah bekerja di televisi swasta.

Dalam keluarga, sang ayah mengajarnya untuk hidup sederhana walaupun secara materi mereka tergolong keluarga yang berkecukupan. “Ayah cenderung mendidik saya agar jadi wanita yang kuat; kebetulan sifat saya tomboy,” ujar wanita penggemar olahraga menembak ini. Membersihkan tembok, membetulkan peralatan elektronik, berani jalan kaki, naik bus kota, ditanamkan ayahnya pada dirinya sejak kecil.

Meski dididik dengan cara sedikit maskulin, naluri Lia sebagai anak perempuan yang centil tak hilang begitu saja. Sejak kecil ia suka bergaya di depan kaca bak seorang diva yang tengah menghibur para penggemarnya. Meski merasa berbakat dalam bidang olah vokal, entah kenapa ia tidak pernah mendapat kesempatan di dunia tarik suara.

Kesempatan baginya justru lebih terbuka di dunia seni peran. Kecintaannya berakting telah dimulai saat di bangku sekolah dasar kala ia mendapat kesempatan untuk bermain sandiwara di TVRI. Selain itu ia juga menjajal dunia modeling lewat ajang Cover Girl yang diadakan majalah remaja Mode. Lia juga pernah tampil menjadi model iklan dan sepatu. Tak hanya modeling dan akting, anak sulung dari tiga bersaudara ini juga menggeluti dunia tari. Lia pernah tercatat sebagai siswi sekolah balet Namarina Dance Academy dan Baile International Dance School.

Sebenarnya, Lia sempat menjajaki dunia yang bisa dibilang agak melenceng yakni atletik dan basket. “Di sekolah pun, saya sering ikut turnamen (olahraga),” tuturnya. Namun karena ia lebih menikmati dunia seni, keinginan menjadi atlet akhirnya ia lepaskan.

Kecintaannya berakting telah dimulai saat di bangku sekolah dasar kala ia mendapat kesempatan untuk bermain sandiwara di TVRI. Selain itu ia juga menjajal dunia modeling lewat ajang Cover Girl yang diadakan majalah remaja Mode. Lia juga pernah tampil menjadi model iklan dan sepatu. Tak hanya modeling dan akting, anak sulung dari tiga bersaudara ini juga menggeluti dunia tari.

Sebelum membintangi SDAS, istri Sonny Lalwani ini telah lebih dahulu terjun sebagai aktris film layar lebar. Almarhum komedian Dono Warkop adalah orang yang amat berjasa memperkenalkan Lia pada dunia film untuk pertama kalinya. Saat ia masih duduk di bangku kelas 1 SMP, ia mendapat tawaran untuk bermain dalam film Lupus, sebuah film remaja yang terkenal di tahun 80-an. Setelah debutnya di Lupus, tahun 1988 Lia membintangi film keduanya yang berjudul Elegi Buat Nana. Tiga tahun berselang wanita blasteran Jawa, Manado, Belanda, Jerman, dan Yahudi ini berakting dalam film Rini Tomboy. Berkat aktingnya di film itu, ia diganjar penghargaan sebagai Aktris Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 1992.

Keputusan Lia menekuni dunia akting untunglah berbuah hasil. Pasalnya, ia sempat harus menentang keinginan sang ayah yang menginginkannya untuk mengambil studi hukum. Hal itu ia tunjukkan dengan meneruskan pendidikannya ke Institut Kesenian Jakarta (IKJ) setamat SMA. “Saya memberi pengertian pada Ayah, dan akhirnya Ayah dapat menerima bahwa ini memang pilihan hidup saya,” kata alumni IKJ jurusan seni rupa seni desain ini seperti dikutip dari situs pdat.co.id. Di kampus yang telah banyak mencetak seniman berbakat itu, wawasannya tentang sinema, teater, musik, dan tari, semakin luas lewat interaksi yang intens dengan komunitas seni di lingkungan Taman Ismail Marzuki.

Pada 18 Maret 2006, Lia mengakhiri masa lajangnya lalu dikaruniai sepasang anak kembar, Makayla Athaya Lalwani (perempuan) dan Tristan Athala Lalwani (laki-laki). Sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga dengan dua anak, Lia cukup sadar diri bahwa ia tak mungkin lagi berkecimpung di dunia sinetron dengan jadwal syuting yang amat menyita waktu. Tapi di sisi lain, kecintaannya pada dunia seni peran tak dapat dihentikan begitu saja.

Advertisement

Maka sebagai jalan tengah, Lia mulai merambah panggung teater. Meski penghasilan dan popularitas yang diraihnya amat jauh berbeda dari dunia film dan sinetron, ia tak peduli. Yang terpenting adalah kepuasan batin dan bagaimana ia bisa melampiaskan bakat seninya tanpa harus menomorduakan keluarganya. Walau demikian, ia tetap menyimpan harapan agar suatu saat panggung teater bisa menjanjikan penghidupan yang layak bagi orang yang berkecimpung di dalamnya. “Saya berharap suatu saat nanti dari segi materi, teater bisa menghidupi para pemainnya dan mereka bisa bertahan,” kata Lia.

Meski sudah jarang tampil di layar kaca, Lia tak takut ditinggalkan oleh penggemarnya. “Sinetron terlalu makan banyak waktu, nanti anak saya yang ngurus siapa. Kalau teater waktunya cuma sebentar dan bisa langsung berinteraksi dengan penonton,” ujar Lia. Ia justru senang, kiprahnya di dunia teater ikut menularkan kecintaan penggemarnya pada teater. “Penggemarku sekarang malah jadi ikutan suka teater. Kalau aku manggung, mereka suka nonton,” kata Lia seperti dikutip dari situs tabloid Nova.

Selama kiprahnya di panggung teater, sejumlah judul pementasan teater telah dibintanginya, termasuk keikutsertaannya mendukung pementasan teater Koma pimpinan Nano Riantiarno dan bergabung bersama Butet Kertarajasa. Demi misi dan ketertarikannya yang besar terhadap dunia teater, Lia rela belajar kembali dan mendalami materi pendukung, di antaranya mengambil studi musik di Institut Musik Daya, belajar menari dengan Eki Dance Company, serta mendalami akting di teater Koma. Diakui Lia, untuk keahlian musik, dirinya dulu sempat belajar piano saat masih belia. Namun, untuk pendalaman, dia butuh kembali belajar.

“Rencana terbesar saya ingin menyuguhkan seni pertunjukan di ruang publik, jadi bagi mereka yang jarang ke pusat kebudayaan bisa merasakan dan terbiasa dengan seni,” ungkapnya lugas. Upaya ini, dituturkan Lia, menjadi penting, karena tidak banyak yang bisa mengapresiasi seni karena tidak sempat datang ke sebuah pertunjukan.

Selain teater, ia juga menekuni bidang seni lainnya seperti membuat puisi meski ia mengaku tak terlalu pandai merangkai kata menjadi barisan puisi yang indah. “Sebenarnya saya gak pintar bikin puisi, gak pinter nulis. Dan lucunya kalau saya bikin puisi memang harus ada yang menggugah hati saya dulu sampai itu keluar,” jelas Cornelia Agatha. eti | muli, red

Data Singkat
Cornelia Agatha, Aktris / Beralih ke Panggung Teater | Selebriti | Penyanyi, cantik, teater, bintang iklan, bintang sinetron

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini