Dari Kantoran ke Hiburan
Tora Sudiro
[SELEBRITI] Meski tanpa latar belakang pendidikan film, Tora sukses mengukir namanya sebagai aktor berbakat yang telah membintangi sejumlah film mulai drama hingga komedi. Piala Citra sebagai penghargaan tertinggi insan film Tanah Air pernah diraihnya.
Sebelum terjun sebagai aktor, pria bernama Gusti Taura Danang Sudiro ini berprofesi sebagai karyawan sebuah perusahaan asuransi, sound engineer, serta sempat bekerja di bidang periklanan. Bahkan ia pernah bersekolah di Selandia Baru untuk belajar ilmu sound engineer tersebut.
Kiprah pria yang lahir di Jakarta, 5 Mei 1970 ini di dunia seni peran berawal dari faktor kebetulan. Ketika itu, tepatnya tahun 2000, dua sahabat Tora yang berprofesi sebagai sutradara, Rako Prijanto dan Rudi Sudjarwo, tengah menggarap sebuah film berjudul Tragedi. Proses pembuatan film sempat tersendat karena seorang pemainnya mengundurkan diri. Tora kemudian didaulat menjadi pemeran pengganti dadakan.
Meski tidak memiliki pengalaman berakting, Tora melakoni akting perdananya demi membantu dua temannya itu. Sayangnya, Tragedy tak mendapat respon bagus dari masyarakat. Tora pun kembali menekuni dunianya sebagai pekerja kantoran.
Tiga tahun setelah debutnya di film Tragedy, pria bertato ini kembali kedatangan tawaran berakting. Nia Dinata, sutradara muda yang tengah menggarap film drama mengajak Tora ikut casting. Tak disangka Tora berhasil terpilih sebagai salah satu pemeran utama dalam film berjudul Arisan!. Di film drama tentang kehidupan kosmopolitan tersebut, ia beradu akting dengan Surya Saputra, Cut Mini, dan Rachel Maryam.
Meski masih terhitung sebagai aktor pendatang baru, Tora ditantang untuk menjalani peran yang terbilang cukup sulit, yakni menjadi seorang pria homoseksual bernama Sakti. Tora membuktikan totalitasnya dalam berakting dengan melakukan sebuah adegan kontroversial, berciuman dengan lawan mainnya, Surya Saputra. Adegan tersebut tercatat sebagai ciuman antara dua lelaki yang pertama kali dalam sejarah film di Indonesia.
Totalitasnya dalam film Arisan! Tidak sia-sia. Ia berhasil menggondol penghargaan bergengsi dari ajang Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2004 dan dinobatkan sebagai Aktor Pemeran Utama Terbaik. Penghargaan berikutnya yang berhasil diraih adalah Piala Panasonic Award sebagai Aktor Terfavorit selama dua tahun berturut-turut, yakni tahun 2005 dan 2006. Sejak itu, nama Tora mulai diperhitungkan di jagad seni peran. Tawaran demi tawaran mulai berdatangan. Selain film, Tora juga membintangi beberapa judul sinetron serta model iklan sejumlah produk.
Dalam perjalanan karirnya, Tora juga menjajal profesi sebagai komedian dengan menjadi pemain pendukung sketsa komedi Extravaganza di Trans TV bersama Aming Sugandi, Tikeu Priyatna Kusumah, Mieke Amalia, Ronny Dozer, Sogi Indraduaja, Indra Birowo dan Ronald Suryapradja. Dalam acara yang banyak digemari masyarakat itu, Tora tidak melawak secara spontan melainkan berdasarkan naskah. Namun karena mimik dan pembawaannya yang konyol, ia berhasil mengocok perut para pemirsa setianya.
Aksi ayah beranak dua ini dalam Extravaganza membuka peluang bermain film komedi. Selain beberapa film serius, sebagian besar filmnya kental dengan kekocakan. Seperti Quickie Express, Otomatis Romantis, Namaku Dick,Tri Mas Getir, Cinlok, Wakil Rakyat, Benci Disko, Krazy Crazy Krezy dan Preman in Love.
Dari panggung komedi, Tora merambah dunia presenter bersama mantan personil band Club Eighties yang juga sering main bersama dalam film komedi, Vincent Rompies. Tora dan Vincent didaulat membawakan sebuah talkshow bertajuk Makin Malam Makin Mantap di AnTV. Selain itu mereka juga pernah menjadi presenter program pencarian bakat, Indonesia’s got Talent di Indosiar.
Menjadi aktor, komedian, dan presenter nyatanya tak juga memuaskan hasrat Tora sebagai seorang entertainer sejati. Menjamurnya band-band pendatang baru rupanya juga menggoda Tora untuk berkecimpung di dunia musik. Mengandalkan kemampuannya dalam bernyanyi dan bermain gitar, Tora menggandeng Vincent dan Deddy ‘Desta’ Mahendra mendirikan band bernama The Cash. Yang membedakan dengan band lain, The Cash tidak menggunakan lirik puitis nan romantis dalam lagu-lagunya. Mereka justru mengusung lirik menggelitik dan cenderung konyol, seperti dalam salah satu singel mereka yang bertajuk Celanaku Kedodoran.
Selain konyol, ciri khas lain dari seorang Tora Sudiro terletak pada tato yang menghiasi lengan kekarnya. Tora memang gemar mengoleksi tato sebab baginya tato adalah sebuah karya seni. Ia pun tak terlalu ambil pusing saat sebagian besar orang masih mengidentikkan orang bertato sebagai preman atau bahkan penjahat.
Meski begitu, tato di tubuhnya itu tidak menjadi penghalang dalam bermain film. Dalam film Arisan!, tato Tora sama sekali tak terlihat, itu karena ia kerap memakai baju lengan panjang. Di film Banyu Biru, semua tato yang menempel di lengannya seakan hilang tak berbekas. Menurut Tora butuh waktu sekitar tiga jam lamanya untuk membuat tangannya mulus tak bertato.
Begitu juga saat ia membintangi film Ekspedisi Madewa. Di film yang rilis tahun 2006 ini, tatonya kembali hilang. Tato tersebut harus ditutup demi kepentingan cerita. Produser film, Phillip Korompis meminta Tora yang berperan sebagai jagoan, tak bertato. Alasannya, film tersebut tak hanya akan ditonton orang dewasa, tapi juga anak-anak.
Tetapi tak seperti di Filmnya Banyu Biru yang memerlukan waktu tiga jam, di film produksi Cinervo (Cinema Revolution) Pictures ini, Tora Sudiro hanya butuh 30 menit saja untuk menutup tatonya itu dengan make up. Ternyata, bukan masalah yang selesai, aktor tampan ini justru merasa sangat tersiksa karena tangannya penuh dengan make-up.
Karirnya di dunia hiburan terbilang sukses namun hal itu tak dibarengi dengan kehidupan rumah tangganya. Pernikahannya dengan Anggraini Kardiman berakhir dengan perceraian pada 7 Agustus 2009. Dari hasil pernikahannya dengan Anggi, panggilan akrab sang mantan istri, Tora dikaruniai dua putri cantik, Azzahra Nabila dan Nayara Kanahaya yang hak asuhnya jatuh ke tangan Anggi.
Tak lama setelah menyandang status duda, Tora menikah dengan Mieke Amalia, rekannya di Extravaganza. Pernikahan antara dua pesohor itu dilangsungkan secara sederhana tepat pada hari ulang tahun almarhumah ibunda Tora yakni 19 Desember 2009. eti | muli, red