Ingin Hidup Seimbang
Olga Lidya
[SELEBRITI] Setumpuk kegiatan dan profesi dilakoni oleh perempuan cantik berwajah oriental ini. Mulai dari presenter TV dan panggung MC, model profesional, pengusaha hingga aktivis sosial. Meski sudah menjadi warga dunia hiburan, pengurus di bagian kehumasan Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) ini bertekad untuk terus hidup seimbang, tak hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain.
Artis Indonesia keturunan Tionghoa ini lahir di Jakarta, 4 Desember 1976. Olga mengawali kiprahnya di jagad hiburan dari dunia modeling. Dengan tubuhnya yang tinggi semampai, Olga laris manis menjadi model catwalk dalam berbagai peragaan busana para desainer ternama. Wajahnya kian familiar di mata masyarakat setelah menjadi bintang iklan serta model di video klip Stanley Sagala dan sejumlah band papan atas seperti Boomerang, Kafein, bahkan Dewa 19.
Selain modelling, perempuan yang pernah berpose seksi untuk majalah pria, Popular ini juga berkiprah sebagai presenter. Beberapa acara yang pernah dipandunya antara lain Sisi Lain, Jelita, Otomotif, A1GP, Dunia Samsung, dan yang paling mencuatkan namanya adalah Republik Mimpi. Di program parodi politik itu, Olga kerap dipasangkan dengan sahabat kentalnya sesama presenter, Anya Dwinov.
Nama Olga juga cukup diperhitungkan dalam seni peran berkat sinetron Lo Fen Koei yang pernah tayang di RCTI serta film horor 12 AM. Kemudian pada April 2010, Olga tampil dalam film Te[Rekam]. Yang menarik, ide film yang juga bergenre horror itu bermula dari keisengan Olga serta dua rekannya Julia Perez dan Monique Henry. Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata ketiganya ini semakin unik karena digarap tanpa sutradara, skrip, maupun kru.
“Ini sesuatu yang nggak direncanain sebelumnya. Ternyata jadi film, jadi agak kaget juga. Dari dokumentasi yang ada, diedit-edit, bisa menjadi suatu film. Kalau yang menurut saya luar biasa di sini adalah yang mempunyai ide untuk menggabungkan dokumentasi kita, menggabungkan saya, Jupe, dan Monique menjadi sebuah film,” tutur Olga Lidya di premiere film terbarunya di Planet Hollywood, Jakarta Selatan (17/3/2010) seperti dikutip dari situs kapanlagi.com
Diakui Olga, editor pembuat film ini terbilang luar biasa. Pasalnya ada puluhan kaset yang dipakai dan harus diedit hingga menjadi satu film tersendiri. Apalagi gambar-gambar yang diambil bukan berasal dari kamera profesional, malahan dari handycam hasil pinjam sana-sini.
Selain sukses di ranah hiburan, Olga juga merambah dunia bisnis. Pemilik tinggi badan 171 cm dan berat badan 47 kg ini juga menekuni bisnis studio rekaman amatir dan les vokal Rumah Bintang, tempat bilyar La Forca, restoran Poke Sushi, serta bisnis francise aksesoris asal Thailand.
Masih di tahun 2010 pada bulan Juli, Olga tampil sebagai perempuan korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) bernama Lily dalam film layar lebar 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Dalam film garapan Robby Ertanto itu, Olga mengaku menemui sedikit kesulitan, “Awalnya saya tidak mengerti dan ternyata setelah dipelajari ini jadi kompleks. Perasaan sebagai Lily lagi hamil, dipukulin, tidak enak sama keluarga, kebanyakan keluarga lebih memilih cuci tangan. Dan ini bisa menyebabkan kematian dan bisa jadi hal yang selalu berputar kepada si anak,” paparnya. Untuk perannya ini, Olga melakukan riset dari internet dan mencari orang-orang yang pernah mengalami KDRT.
Selain sukses di ranah hiburan, Olga juga merambah dunia bisnis. Pemilik tinggi badan 171 cm dan berat badan 47 kg ini juga menekuni bisnis studio rekaman amatir dan les vokal Rumah Bintang, tempat bilyar La Forca, restoran Poke Sushi, serta bisnis francise aksesoris asal Thailand, NaRaYa.
Wanita yang hobi nonton dan berteman akrab dengan aktris Happy Salma ini juga aktif dalam dunia olahraga. Ia merupakan salah seorang pengurus Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia).
Seakan tak mengenal kata lelah, wanita yang masih betah melajang di usianya yang sudah kepala tiga ini juga kerap terlibat kegiatan sosial. Di penghujung 2010, bersama Komunitas Books for Hope, Olga berkunjung ke Lapas Anak Pria Tangerang dan membagikan buku. Kami memberikan buku tambahan untuk perpustakaan di Lapas ini. Ada sekitar 400 buku, komik, buku cerita, dan buku pelajaran. Kami ingin sumber informasi dan ilmu pengetahuan untuk anak-anak di perkotaan dan desa, termasuk anak yang terpinggirkan, tidak berbeda terlalu jauh,” terang penggemar buku A Tale of Two Cities karya penulis Charles Dickens ini.
Dalam kesempatan itu, Olga memotivasi para penghuni Lapas dengan cerita masa kecilnya. “Dari kecil saya tumbuh dari buku. Saya tumbuh dengan budaya baca, bukan budaya nonton. Waktu kecil ya dimulai dari majalah anak. Kelas 1 atau 2 SD saya sering baca komik. Kelas 3 sudah mulai baca novel. Kelas 5 sudah bisa menghabiskan novel-novelnya Agatha Christie,” ujar Olga. Ketika disinggung soal perkembangan minat baca anak-anak sekarang, Olga menuturkan jika minat baca anak-anak di pedesaan masih amat tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak perkotaan.
“Minat baca anak-anak di pedesaan itu tinggi banget tapi kadang buku atau bahan bacaannya yang enggak ada. Saya prihatin waktu berkunjung ke Padang. Masa dari 300 anak saat ditanya cita-cita jawabnya cuma tiga: dokter, tentara, dan petani. Itu karena mereka nggak tahu kalau banyak profesi yang bisa dicita-citakan. Sumber informasi buat mereka sangat terbatas ditambah lagi ada keprihatinan di daerah di mana para orang tua lebih senang anaknya bekerja dari pada sekolah,” terangnya.
Olga menegaskan bahwa membaca adalah sebuah kegiatan yang amat bermanfaat karena bisa meningkatkan daya imajinasi. “Membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Dengan buku mereka bisa bebas berimajinasi ke mana-mana,” tegas Olga, penikmat musik jazz dan pop ini.
Selain untuk menggalakkan kebiasaan membaca di kalangan generasi muda, kegiatan sosial itu juga dilakoninya dalam rangka menyeimbangkan hidup. “Kita bekerja supaya bermanfaat untuk diri kita dan kalau bisa juga buat orang banyak. Aku merasa masih kurang banget tapi terus berusaha untuk seimbang,” tegas salah satu aktris pendukung film Eksul ini. Sebelumnya Olga sudah membagikan 350 buku di sebuah kampung di Pulau Komodo dari Book For Hope sekaligus membuka perpustakaan di kampung itu. Kunjungannya saat itu juga demi terpilihnya Pulau Komodo menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia.
Di sela-sela misi sosial di Pulau Komodo itu, ia juga melakukan hobinya menyelam. Menurut Olga, banyak sekali titik menyelam yang aman bagi para penyelam pemula di pulau tersebut. Saking asyiknya menyelam, Olga tidak terlalu peduli kulitnya menjadi hitam akibat tersengat panasnya matahari di Labuan Bajo. Keindahan alam kawasan timur Indonesia itu juga menggoda Olga untuk berburu foto Manta, mamalia laut sejenis ikan pari di Nusa Tenggara Timur.
Menjadi presenter, aktris, pengusaha, hingga aktivis sosial, tentu membutuhkan stamina yang tinggi. Agar bisa menjalani aktivitas yang padat, ia harus pandai-pandai menjaga kesehatan tubuhnya dengan makan teratur, istirahat yang cukup, serta rutin berolahraga. Olga cukup menjaga kebugaran tubuhnya dengan lari pagi sepanjang 3 hingga 5 kilometer setiap harinya. Untuk mencegah dehidrasi, Olga selalu membiasakan diri untuk meminum segelas air sebelum dan setelah berolahraga. Sekurang-kurangnya 600 mililiter air ditenggaknya selama berolahraga. eti | muli, red