Keseimbangan sebagai Kepala Polda
Rumiah Kartoredjo
[WIKI-TOKOH] Lewat caranya sendiri, Raden Adjeng Kartini berusaha mengangkat derajat perempuan serta menghapus diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Setelah 105 tahun berselang, tidak sedikit perempuan yang berhasil menduduki jabatan strategis di lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia. Satu di antara mereka adalah Rumiah Kartoredjo.
Rumiah Kartoredjo adalah seorang brigadir jenderal di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Prinsip keseimbangan dan kerja keras yang dia yakini selama ini membawanya ke pucuk pimpinan tertinggi di Kepolisian Daerah (Polda) Banten. Dia dilantik sebagai Kepala Polda Banten pada Januari 2008. Ini menjadikan dia sebagai perempuan pertama yang menjadi Kepala Polda di Indonesia.
Perempuan kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, ini tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang polisi, apalagi bisa menjabat sebagai pimpinan di jajaran kepolisian. Rumiah muda menggantungkan cita-citanya untuk menjadi guru. Sebuah cita-cita “sederhana” dari seorang gadis dari kota kecil.
Cita-cita itulah yang kemudian membawa Rumiah hijrah ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya) pada tahun 1975. Kesukaannya pada olahraga membuat Rumiah memilih belajar di jurusan Pendidikan Olahraga.
Sebelum menamatkan kuliah, Rumiah memutuskan untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Perwira Militer Sukarelawan (Sepa Milsukwan) ABRI tahun 1978.
“Waktu itu saya masih tingkat lima, dan kuliah (di IKIP) tetap saya lanjutkan sampai tamat,” ujar Rumiah.
Lingkungan keluargalah yang membawa Rumiah masuk ke dunia militer. Kakak Rumiah adalah seorang marinir, sedangkan adiknya seorang perwira Angkatan Darat. Saat pertama masuk militer, Rumiah mendapat dukungan penuh dari sang ayah, Kartoredjo. Kebetulan, sang ayah bercita-cita menjadi polisi, tetapi dia gagal karena dilarang orangtua.
Sekitar tahun 1990 Rumiah melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) Polri. Mantan atlet nasional sofbol ini kemudian terus mengembangkan diri dengan mengikuti pendidikan pada Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Seskoad) tahun 1995 dan Sekolah Staf Perwira Tinggi (Sespati) Polri pada 2003.
Kariernya di kepolisian dimulai dari “bawah”. Sebelum dilantik menjadi Kepala Polda Banten, Rumiah menduduki sejumlah posisi penting di kepolisian. Dia antara lain pernah menjadi Komandan Peleton (Danton) Seba Polisi Wanita (Polwan), Kepala Sekolah Polwan (1999), kemudian Sekretaris Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Seslemdiklat) Polri.
Rumiah meraih sedikitnya lima tanda jasa, yakni Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun, Karya Bakti, Dwidya Sistha, Kesetiaan 16 Tahun, dan Bintang Bhayangkara Naraya.
Keseimbangan
Selama hidupnya, Rumiah berusaha memegang teguh prinsip keseimbangan antara tugas dan kewajiban sebagai manusia, sekaligus menjalani kodratnya sebagai perempuan. Prinsip inilah yang terus dia terapkan dalam menjalani kewajiban sebagai Kepala Polda Banten.
Sebagai pimpinan tertinggi di Polda Banten, Rumiah harus selalu siap menjalankan tugas, memberikan pelayanan dan perlindungan terbaik bagi warga.
Dia tidak segan mengunjungi wilayah tugasnya sampai ke daerah-daerah pelosok sekalipun jika menerima laporan tentang adanya gangguan ketertiban masyarakat. Seperti pada saat terjadi ledakan bom ikan di Carita, Pandeglang, Rumiah turun sendiri mengamati lokasi ledakan.
Bagi anak buahnya, Rumiah merupakan sosok atasan yang tidak terpaku pada aturan protokoler dan selalu turun ke lapangan. Bahkan sering kali dia mendatangi pusat-pusat keramaian, seperti pasar swalayan atau pasar tradisional, untuk memantau situasi secara langsung.
Pada saat harga beras dan bahan pangan naik-turun, dia menyempatkan diri berkeliling Pasar Induk Rau dengan menggunakan pakaian preman. Rumiah pun tak segan mengajak bicara pedagang pasar hanya untuk mengetahui kondisi pasar.
Satu hal lain yang juga penting, ia selalu siap menerima laporan maupun pengaduan dari anak buahnya melalui telepon seluler selama 24 jam penuh. Dia tidak canggung turun ke lapangan bersama para anak buahnya. Sebagai penganut agama Islam, Rumiah berusaha menjalankan kewajibannya. Sepadat apa pun jadwal kerja, dia menyempatkan diri untuk shalat. “Prinsip ini juga saya terapkan kepada para anggota,” katanya.
Setiap hari Rumiah memberlakukan jadwal shalat dzuhur berjemaah di masjid Polda bagi anggota Polda Banten yang beragama Islam. Selain itu, dia juga menjadwalkan pengajian rutin setiap hari Kamis. Demikian juga kegiatan keagamaan rutin bagi anggota polisi pemeluk agama lain.
Sebagai perempuan dan ibu rumah tangga, dia menyempatkan diri untuk membuatkan makanan kesukaan anaknya, Yudi Sulistiyanto dan Surya Dwi Adji Gemilang yang duduk di kelas VI sekolah dasar. Bahkan, dia masih sempat meluangkan waktu menemani Surya belajar. Putra pertamanya, Yudi, kini telah menjadi perwira polisi dengan jabatan kepala kepolisian sektor di wilayah Polda Metro Jaya.
Selain prinsip keseimbangan, Rumiah punya enam kiat dalam melaksanakan tugasnya di kepolisian. “Pertama, bersikap simpatik,” kata anak pasangan Kartoredjo (almarhum) dan Musinah ini. Maksudnya, dengan bersikap simpatik, polisi bisa menjadi pengayom masyarakat, dan bukan sebaliknya.
Kiat berikutnya adalah usaha, yakni bekerja keras untuk menjalankan kewajiban, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Selanjutnya adalah kompetensi, yang berarti memanfaatkan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki untuk membantu organisasi (Polri).
“Lalu, semangat, yang intinya mencerminkan kepercayaan dan keberanian kita bertindak untuk kebenaran,” ujarnya menambahkan.
Dua kiat Rumiah lainnya adalah efektivitas dan kesederhanaan. Menurut dia, pola hidup sederhana harus diterapkan agar hidup menjadi lebih efisien.
“Hidup itu enggak usah neko-neko, seadanya saja. Kita cukup memanfaatkan dan memaksimalkan potensi yang ada sehingga semua bisa dilakukan dengan tepat, cepat, dan murah,” katanya.
Rumiah berpesan kepada para polisi wanita (polwan) untuk memanfaatkan peluang dan meningkatkan kompetensi agar bisa memberikan prestasi yang terbaik bagi Polri.
“Pimpinan Polri sudah memberikan peluang yang sama kepada polwan. Oleh karena itu, kita yang harus bisa memanfaatkan peluang itu sebaik mungkin,” kata perempuan bernomor registrasi prajurit atau Nrp 52030124 ini.
Bagi Rumiah, prestasi itu harus diwujudkan melalui kerja keras dan tanggung jawab. Tanpa keduanya, niscaya kemuliaan itu tak akan bisa diraih. e-ti
Sumber: Kompas, Kamis, 23 April 2009 “Rumiah, Keseimbangan sebagai Kepala Polda” | Penulis: Anita Yossihara