Maestro Campak Dalong
Batman
[WIKI-TOKOH] Sesaat kami ragu untuk mengunjungi rumahnya pada malam hari. Waktu ketika itu menunjukkan pukul 21.30. Tak elok berkunjung ke rumah orang di Pulau Bangka larut malam begini. Profesor Muhammad Haji Salleh, pengajar Universiti Sains Malaysia yang tengah meneliti asal usul Hang Tuah, menyarankan agar datang keesokan pagi. Namun, kami tersadar, Orang Laut justru terbiasa akrab dengan malam.
Akhirnya, dari Pangkal Pinang kami segera meluncur ke rumah salah satu Kepala Suku Orang Laut, Batman, di Dusun Kedimpel, Desa Baskara Bhakti, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Benar saja, 20 menit kemudian, kami jumpai Batman tengah bercengkerama dengan adik ipar dan sepupunya di sebuah kedai di dekat rumahnya.
Di Bangka Belitung, Orang Laut juga dikenal dengan sebutan Orang Sawang atau Sekak. Tak pernah jelas dari mana sebutan Sawang dan Sekak berasal. Namun Sawang, menurut Batman, berarti sesuatu yang berada di atas, mengingat nenek moyang Orang Laut dahulu kala jika meninggal dunia tak dikubur di tanah, melainkan dibakar jasadnya.
Batman bukanlah nama sebenarnya. Orangtuanya menamai Rianto. Jika orang yang menghubungkan nama Batman dengan superhero imajinasi keluaran DC Comics, memang ada benarnya. Perubahan nama ini berhubungan dengan kebiasaan orangtua mana pun di Nusantara yang mengganti nama anaknya jika ketika kecil sering sakit-sakitan.
Batman menuturkan, karena dia sering sakit-sakitan, orangtuanya mengganti nama Rianto menjadi Bat. Hanya Bat. Namun, ketika menginjak usia muda, Bat yang sedari kecil memang nakal berkembang menjadi anak muda yang senang berkelahi.
“Kebetulan menang terus kalau berkelahi. Sekitar tahun 1963, saya sering nongkrong dengan kawan-kawan di Bioskop Gunung Tajam di Tanjung Pandan (Belitung). Nah, waktu itu ada film Batman yang diputar. Kawan-kawan pun memanggil saya dengan nama Batman. Tapi, saya minta jangan dilafalkan betmen, batman saja,” katanya tertawa.
Tak aneh memang jika merunut kenakalan Batman. Sejak usia 9 tahun, dia telah berani menyelundupkan timah untuk dibawa keluar Pulau Bangka. Batman pun pernah merasakan tuahnya menyelundup timah dari Bangka hingga ke Singapura. Pada 1968, Batman bersama 12 orang lainnya ditangkap petugas imigrasi Malaysia di perairan antara Kota Tinggi dan Johor. Dia pun harus mendekam di penjara selama 2 tahun 6 bulan.
Ada cerita lucu saat Batman menjalani masa tahanannya. Dia terpaksa menjalani masa tahanan selama 2 tahun 6 bulan karena sidang perkaranya berlarut-larut. Ketika pengadilan Malaysia memvonisnya bersalah, pengacara Batman naik banding. Tauke timah selundupan memang menyediakan pengacara untuk Batman dan 12 temannya.
Ketika sidangnya yang terakhir digelar di Pulau Pinang, ternyata hakimnya masih keturunan Orang Laut di Malaysia. Mengetahui Batman ternyata Orang Laut yang biasa tak mengenal sempadan negara di lautan, sang hakim hanya memvonis Batman dengan hukuman tujuh hari. “Saya suruh teman-teman saya mengaku juga sebagai Orang Laut agar hukumannya sama,” katanya terkekeh.
Keturunan seniman
Batman kecil rupanya tak hanya nakal. Sebagai keturunan langsung seniman Campak Dalong, Batman sejak usia tujuh tahun sudah belajar menari dan menyanyi, dua elemen pokok seni tradisi milik Orang Laut yang tinggal di Bangka Belitung. Campak dalam bahasa Orang Laut berarti menyepak, sementara Dalong adalah kalung. Yang disepak adalah gelombang laut. Inti gerakan tari Campak Dalong adalah ketika kaki penari menyepak gelombang laut yang datang ke pesisir. Sepakan kaki pada gelombang itu menimbulkan bunyi “pak”. Bunyi inilah yang kemudian diiringi dengan tepukan gendang.
Tarian menyepak gelombang menjadi hiburan bagi suku Orang Laut. Mereka melengkapinya dengan nyanyian, yang umumnya diciptakan ketika mereka dalam lamunan ombak, merenung di atas perahu, tempat tinggal sejati Orang Laut. Gerakan luwes tetapi tegas dari orang yang terbiasa menghadapi gelombang tinggi.
Dalong yang melingkar di leher tak sekadar aksesori penari meski asal usulnya hanya karena Orang Laut ingin meniru aksesori orang Belanda. Dalong terbuat dari kerang-kerang kecil yang dirangkai dengan benang.
Ada yang magis dalam Campak Dalong, yakni ketika tarian ini dilakukan dalam upacara Muang Jong atau Buang Jung, upacara adat sebagai bentuk rasa syukur Orang Laut atas karunia Tuhan yang diberikan lewat lautan. Dalam upacara Buang Jung, Orang Laut melarung miniatur perahu yang sudah diisi berbagai jenis makanan, dari ketupat hingga pisang.
Saat Buang Jung itulah biasanya Orang Laut menarikan Campak Dalong. Sebagai pemimpin Suku Orang Laut, Batman menjadi pemimpin pula saat menarikan Campak Dalong. Dia menari dan menyanyi. Campak Dalong yang ditarikan ketika Buang Jung biasa diikuti dengan deker, sejenis nyanyian untuk memanggil roh halus penghuni lautan.
Tak terdokumentasikan
Nyanyian Campak Dalong merupakan tradisi lisan yang tak terdokumentasikan. Sebagai penyanyi, Batman memiliki karakter vokal yang kuat dan khas. Tak ada Orang Laut lainnya yang bisa menyamai tingginya vokal Batman. Karakter vokal seperti ini, menurut kepercayaan Orang Laut, hanya bisa diturunkan ke anak-anak kepala suku Orang Laut.
“Kalaupun anak kepala suku tak pernah belajar, tetapi orang lain yang bukan anak kepala suku belajar tarian dan nyanyiannya, yang akan pandai menyanyi dan menarikannya pasti anak kepala suku,” kata Batman.
Sebagai tradisi lisan, Campak Dalong memang sudah lama terancam punah. Nyanyian dan deker tak terdokumentasikan oleh senimannya. Batman hanya menghafal di kepalanya. Tak sekadar menghafal lagu yang diciptakan nenek moyangnya, Batman juga menciptakan lagu dan kreasi gerak Campak Dalong sendiri. Ada 28 lagu yang diciptakan Batman. “Lagu dan gendangnya harus seiring dengan gerak tari,” kata Batman.
Ketika seni tradisi Orang Laut hampir punah karena pemerintah “memaksa” mereka pindah ke darat, mendirikan rumah-rumah di daratan, Batman dengan setia tetap menjaga warisan nenek moyangnya. Meski nyanyian dan tarian tidak lagi tercipta saat dia merenung di atas perahu yang dilamun ombak di lautan.
Pada Juni 2010, Batman bersama seniman tradisi lainnya di Indonesia mendapatkan gelar maestro dari pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Sebagai maestro, Batman berhak mendapatkan tunjangan Rp 1 juta setiap bulan. Namun, meski hingga sekarang tunjangan tersebut belum juga dia dapatkan, Batman, seperti halnya Orang Laut lainnya, tetap setia kepada warisannya. e-ti
Sumber: Kompas, Jumat, 3 Desember 2010 | Penulis: Khaerudin