Drs. Ch. Robin Simanullang Saat Memberikan Sambutan Pada Acara Puncak Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25
Drs. Ch. Robin Simanullang Saat Memberikan Sambutan Pada Acara Puncak Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25

Drs. Ch. Robin Simanullang, wartawan senior dan Pemimpin Redaksi TokohIndonesia.com, dalam sambutannya di acara puncak Perayaan Ulang Tahun ke-25 Al-Zaytun, menyebut Al-Zaytun sebagai “kiblat kecerdasan iman” dan “sumber inspirasi.” Dengan penuh kekaguman, dia memuji visi besar Syaykh Panji Gumilang yang tidak hanya membentuk lembaga pendidikan berkelas dunia, tetapi juga memberikan ruang bagi toleransi dan perdamaian. Robin Simanullang meyakini bahwa Al-Zaytun akan menjadi poros Islam yang rahmatan lil alamin hingga milenium keempat.

Penulis: Mangatur L. Paniroy

Drs. Ch. Robin Simanullang, seorang wartawan senior Majalah Tokoh Indonesia, diundang untuk memberikan sambutan dalam acara puncak Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun yang ke-25, Selasa, 27 Agustus 2024. Pemimpin Redaksi TokohIndonesia.com yang juga menjadi sahabat Syaykh Panji Gumilang selama lebih dari 20 tahun ini berbicara selama 29 menit, melampaui batas waktu yang ditentukan panitia. Namun, durasi yang lebih lama tersebut dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dianggap penting bagi para hadirin, terutama keluarga besar Al-Zaytun.

Daftar Artikel Terkait Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25

“Salam sejahtera bagi kita semua. Shalom! Horas!” katanya memulai sambutan. Robin Simanullang kemudian menyampaikan rasa hormatnya kepada Syaykh Al-Zaytun Abdussalam Panji Gumilang, yang ia sebut sebagai guru besar pribadinya dan juga guru besar bagi Jemaah Al-Zaytun. “Syaykh Panji Gumilang adalah sosok luar biasa, bersama Umi Farida Alwidad, seorang ibu yang sangat bijaksana. Saya selalu terkagum-kagum pada kedalaman bahasa tubuh beliau yang berbicara begitu banyak kepada saya.”

Selain itu, ia juga menghormati Ketua Yayasan Pesantren Indonesia, Dato’ Imam Prawoto, yang ia panggil sebagai adik, serta Ketua Panitia dan seluruh keluarga besar Al-Zaytun. Robin Simanullang mengingatkan bahwa Al-Zaytun memiliki banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu, bukan hanya keagamaan.

Salah satu hal yang ia bahas dalam sambutannya adalah konsep pendidikan di Al-Zaytun, yang dikenal dengan “pendidikan satu pipa.” Robin Simanullang teringat suatu ketika bertanya kepada Syaykh Panji Gumilang mengenai mengapa konsep Universitas Al-Zaytun tidak memiliki fakultas agama. Syaykh kemudian menjelaskan bahwa setiap sarjana yang lulus dari Al-Zaytun, meskipun dari bidang ilmu non-agama, juga sudah menjadi sarjana agama, karena dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan agama menyatu dalam aktivitas mereka. Robin Simanullang memuji pandangan ini sebagai bentuk religiusitas yang sangat tinggi.

“Saya pernah menulis bahwa Al-Zaytun adalah kampus kecerdasan iman,” kata Robin Simanullang. Menurutnya, para santri dan mahasiswa di Al-Zaytun adalah orang-orang paling berbahagia, karena memiliki kesempatan belajar di lingkungan yang kaya akan kebahagiaan. Ia juga mengenang bagaimana Syaykh Panji Gumilang tetap kuat meski menghadapi persekusi (oleh negara). Bahkan dalam kondisi yang penuh tekanan, Syaykh Panji Gumilang masih mampu memberikan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitarnya.

Robin Simanullang mengungkapkan kekagumannya pada kekuatan batin Syaykh Panji Gumilang. “Saya bertanya kepada beliau setelah semua cobaan ini, apa langkah selanjutnya? Syaykh Panji Gumilang menjawab dengan kata-kata penuh inspirasi, ‘Terus bergerak.’ Itulah semangat beliau, tidak hanya bergerak secara fisik tetapi juga dengan kekuatan batin yang terilhami oleh ilahi.”

Dalam pandangannya, Syaykh Panji Gumilang adalah seorang yang penuh imajinasi, yang menurut Robin Simanullang sejalan dengan pemikiran para filsuf besar seperti Albert Einstein. “Imajinasi melampaui ilmu pengetahuan,” tegas Robin Simanullang, menyatakan bahwa Syaykh memiliki kecerdasan iman yang jauh melampaui rasionalitas manusia biasa.

Robin Simanullang kemudian menyinggung tantangan ateisme humanis yang mulai merambah banyak negara, termasuk negara-negara beragama. “Di banyak tempat, terutama di Eropa dan Amerika, kita melihat munculnya ateis humanis. Mereka ini baik, bahkan sangat humanis, namun mereka mempertuhankan akal, bukan Tuhan. Ini tantangan besar bagi agama-agama di dunia, termasuk Islam dan Kristen.”

Advertisement
Drs. Ch. Robin Simanullang Menanam Pohon di Al-Zaytun
Drs. Ch. Robin Simanullang mendapat kesempatan menanam pohon jati emas di tepi jalan Remontada, Ma’had Al-Zaytun, Sabtu, 24 Agustus 2024

Kenyataan ini bertolak belakang dengan negara-negara yang mengaku beragama. “Justru di negara-negara yang ibadahnya begitu intens. Bicara tentang surga. Tetapi kekerasan, intoleransi, pencurian, korupsi, merajalela dan dikalahkan oleh seorang para ateis yang humanis dengan tingkah laku yang baik,” kata Robin Simanullang.

Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya akan masa depan agama-agama dalam seribu tahun mendatang. “Apakah masih ada gereja? Apakah masih ada masjid seribu tahun ke depan? Tantangan ini nyata dan harus kita hadapi dengan kecerdasan iman, seperti yang diajarkan di Al-Zaytun.”

Robin Simanullang kemudian melanjutkan bahwa dirinya telah meneliti Al-Zaytun secara akademis selama lebih dari 20 tahun, khususnya melalui pendekatan kualitatif. “Mungkin belum pernah melakukan penelitian secara kuantitatif, tetapi secara kualitatif saya menikmati Al-Zaytun. Selama lebih dari 20 tahun, saya telah melihat bagaimana institusi ini berkembang dan menyatu dengan masyarakat. Saya merasa Al-Zaytun seperti rumah saya sendiri, hidup Al-Zaytun!”

Pada tahun 2017, Robin Simanullang menulis sebuah buku berjudul “Al-Zaytun Islam Milenium Ketiga” sebagai refleksi dari perjalanannya meneliti lembaga ini. “Menjelang 25 tahun Al-Zaytun, saya sebenarnya berencana mempersembahkan karya khusus sebagai hadiah ulang tahun Al-Zaytun. Namun, dengan adanya remontada – kebangkitan baru yang lebih kuat – saya rasa Al-Zaytun telah melampaui milenium ketiga dan bahkan siap menjadi Kiblat Islam Milenium Keempat. Jadi, jika saya menulis Al-Zaytun sebagai poros Islam Milenium Ketiga, rasanya sudah usang dengan perkembangan yang terjadi sekarang (dengan topo-broto Panji Gumilang selama 351 hari, red)”

Robin Simanullang menyatakan kekagumannya pada Syaykh Panji Gumilang yang menginspirasinya setiap kali mereka bertemu atau berbincang. “Setiap saya berbicara dengan Syaykh, selalu ada inspirasi baru. Itulah mengapa saya menyebut Al-Zaytun sebagai sumber inspirasi, dan sebutan ini bukan tanpa alasan. Al-Zaytun adalah tempat di mana kecerdasan dan visi masa depan berkembang, membawa semangat rahmatan lil’alamin.”

Robin Simanullang pun mengajak hadirin untuk lebih mengenal Al-Zaytun. “Jika Anda ingin tahu apa itu Al-Zaytun, silakan berkeliling. Lihatlah bagaimana semuanya dikelola. Ini bukan sekadar teori, ini adalah praktik nyata dari visi besar Syaykh Panji Gumilang.” Robin Simanullang menyatakan kekagumannya pada pendekatan pendidikan di Al-Zaytun yang sangat inklusif, toleran, dan damai.

Robin Simanullang mengenang saat pertama kali mengunjungi Al-Zaytun dan melakukan tur bersama Ustad Abdul Halim. “Saya menghabiskan waktu berjam-jam berkeliling kampus ini, dari pagi hingga maghrib. Saya bertanya tentang kurikulum, metode pengajaran, bahkan meminta contoh buku ajar tentang Pancasila. Saya ingin memastikan apakah tuduhan bahwa Al-Zaytun anti-Pancasila, NII itu benar. Dan ternyata, apa yang saya temukan adalah sebaliknya. Al-Zaytun sangat setia pada nilai-nilai Pancasila sejak awal berdiri.”

Bagi Robin Simanullang, Al-Zaytun adalah hasil dari imajinasi besar Syaykh Panji Gumilang. Ia menceritakan bagaimana Syaykh Panji Gumilang menghadapi banyak tantangan dan ejekan ketika pertama kali menggagas konsep Al-Zaytun. “Banyak yang menyebutnya gila, tetapi sekarang kita bisa melihat buah dari imajinasi besar itu. Al-Zaytun bukan hanya sebuah sekolah, tetapi sebuah institusi yang akan bertahan selama seribu tahun ke depan.”

Drs. Ch. Robin Simanullang foto bersama eksponen Al-Zaytun
Drs. Ch. Robin Simanullang (ketiga dari kanan) foto bersama eksponen Al-Zaytun di depan kapal LKM 01 Pulosari, Rabu, 28 Agustus 2024

Robin Simanullang juga mengungkapkan pandangannya tentang toleransi dan perdamaian di Al-Zaytun, “Saya, sebagai seorang Kristen, di dalam kitab yang saya yakini ada tertulis, siapa yang membawa damai, mereka itu layak disebut sebagai anak-anak Allah. Dan kita semua di Al-Zaytun ini adalah pembawa damai. Saya merasakan secara langsung bagaimana Al-Zaytun mengajarkan toleransi. Ini bukan sekadar kata-kata, tetapi praktik nyata. Al-Zaytun adalah pusat pendidikan yang mempromosikan budaya toleransi dan perdamaian.”

“Saya menikmati Islam rahmatan lil’alamin di Al-Zaytun,” ujarnya sembari menegaskan bahwa Islam yang Rahmatan Lil Alamin adalah poros Al-Zaytun. Bagi Robin Simanullang, nilai Islam yang inklusif di Al-Zaytun sangat sejalan dengan keyakinannya sebagai seorang Kristiani. “Dalam ajaran saya, kita diajarkan untuk menjadi garam dan terang dunia. Ketika saya sering diundang untuk datang ke Al-Zaytun, saya berdoa kepada Tuhan yang saya yakini, ‘Tuhan, jadikan saya berguna untuk Al-Zaytun.’ Dan ketika saya diberi kehormatan duduk di saf pertama saat sholat Id, saya berdoa dengan doa yang sama. Saya merasa terpanggil untuk mendukung perjuangan Al-Zaytun dalam menyebarkan Islam yang penuh rahmat ini.”

Menutup sambutannya, Robin Simanullang mengucapkan selamat kepada Syaykh Panji Gumilang dan seluruh keluarga besar Al-Zaytun. “Selamat kepada Syaykh, para santri, dan wali santri. Kita semua berbahagia karena Al-Zaytun adalah rahmatan lil’alamin, berkah bagi seluruh alam. Saya yakin, Al-Zaytun akan terus menjadi mercusuar bagi Islam dan perdamaian dunia, bahkan hingga milenium keempat nanti.”

Sambutan yang penuh dengan penghargaan, kekaguman, dan keyakinan akan masa depan yang cerah ini disambut dengan tepuk tangan meriah dari para hadirin. Dengan semangat, Robin Simanullang menyatakan keyakinannya bahwa Al-Zaytun akan terus menjadi sumber inspirasi dan kiblat bagi pendidikan, toleransi, serta kecerdasan iman. Ia pun berharap agar pesan-pesan perdamaian dan kebahagiaan yang lahir dari Al-Zaytun dapat terus menyebar ke seluruh dunia.

“Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Horas untuk kita semua. Amin,” tutup Robin Simanullang dengan penuh harapan dan keyakinan. (atur/TokohIndonesia.com)

Tim Reportase TokohIndonesia.com: Mangatur L. Paniroy (Koordinator), Yenita Tangdialla, Rigson Herianto, Rukmana, Wiratno

Video Tiktok (VT) @tokoh.id

Berikut daftar Video Tiktok (VT) di akun @tokoh.id seputar Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini