Dahlan Iskan: Luar Biasa! Panji Gumilang dan Gagasan Besar Indonesia 1000 Tahun
Dahlan Iskan
Dalam pidato di Perayaan 25 Tahun Al-Zaytun, Dahlan Iskan mengajak hadirin merenungkan masa depan Indonesia seribu tahun ke depan, menyoroti tantangan seperti ledakan penduduk, krisis pangan, dan persaingan ideologi/agama. Dengan gaya bicara yang lugas dan inspiratif, Dahlan Iskan menekankan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai kunci keberlangsungan bangsa. Dahlan juga mengungkapkan kekagumannya pada ketangguhan Syaykh Panji Gumilang yang meski terus dipersekusi, ‘disesat-sesatkan’, dan mengalami ujian berat justru melahirkan gagasan besar ‘Indonesia 1.000 Tahun’ yang mencerminkan keyakinan kuat bahwa Indonesia akan terus ada dan berjaya hingga milenium berikutnya.
Penulis: Mangatur L. Paniroy
Dahlan Iskan: Tapi Renungan Saya Tidak Sebagus …
Prof. Dr. (HC) Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia periode 2011-2014, menjadi pembicara pertama dalam acara puncak Perayaan Ulang Tahun ke-25 Al-Zaytun pada Selasa, 27 Agustus 2024. Acara yang berlangsung di masjid Rahmatan Lil Alamin ini mengambil tema “Gagasan 1.000 Tahun Indonesia Raya ke Depan dengan Semangat Remontada from Within”. Di hadapan lebih dari 4.500 peserta, termasuk santri, pengajar, wali santri, eksponen, dan tamu undangan, Dahlan Iskan menyampaikan pidato yang menggugah, penuh dengan refleksi dan wawasan tentang masa depan Indonesia.
Daftar Artikel Terkait Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25
- Dr. Haryadi Baskoro: Pemimpin Visioner Harus Punya Pujangga
- Prof. Suherli: Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Antarbangsa
- Kivlan Zen: Al-Zaytun, Integrasi Ilmu dan Amal untuk Indonesia Raya
- Prof. Agus Pakpahan: Membangun Pangan dan Pertanian dengan Berguru pada Alam
- Pesan Bupati Nina Agustina di Ulang Tahun ke-25 Al-Zaytun
- Muhamad Wahyuni Nafis: Al-Zaytun, Pohon Pemikiran Besar yang Berbuah Tindakan Nyata
- Dr. Berly Martawardaya: Menjaga Bumi, Membangun Bangsa
- Dr. Sudirman Abbas: Al-Zaytun untuk Indonesia Seribu Tahun
- Dr. Budhy Munawar Rachman: Al-Zaytun Pesantren Terbesar dan Terbaik di Indonesia
- Dahlan Iskan: Luar Biasa! Panji Gumilang dan Gagasan Besar Indonesia 1000 Tahun
- Ch. Robin Simanullang: Saya Menikmati Islam Rahmatan Lil Alamin di Al-Zaytun
- Dr. Bagus Priyo Purwanto: Sinergi Kearifan Lokal dan Pertanian Berkelanjutan
- Prof. Yudi Latif: Merancang Indonesia Seribu Tahun
- Prof. Ikrar Nusa Bhakti: Tirani Mayoritas dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
- Susno Duadji: “Apakah Penegakan Hukum di Indonesia Sudah Adil?”
- Susno Duadji: “Hari Ini Aku Resmi Jadi Warga Al-Zaytun”
- Prof. Djagal Wiseso Marseno: Strategi Indonesia Bertahan 1000 Tahun
- Laporan Kegiatan Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25
- Dua Kapal Raksasa Al-Zaytun Berlayar
- “Green” Pesantren di Pelosok Indramayu
- Apa Kata Dahlan Iskan, Susno Duadji, dan Kivlan Zen
- 1000 Tahun Indonesia Raya: Mimpi Besar Al-Zaytun di Usia Perak
- Seperempat Abad Al-Zaytun: Remontada From Within
Dahlan Iskan bukanlah sosok baru di Ma’had Al-Zaytun. Jurnalis, pengusaha, mantan CEO Jawa Pos dan Jawa Pos Group ini telah beberapa kali berkunjung ke Al-Zaytun. Pertama kali dia menginjakkan kaki di Al-Zaytun pada 19-20 Mei 2023, bersamaan dengan acara Wisuda ke-3 IAI Az-Zaytun Indonesia (IAI Al-Azis). Pada saat itu, Dahlan Iskan berkesempatan berbincang lebih dalam dengan pendiri Al-Zaytun, Syaykh Panji Gumilang, setelah makan malam bersama di restoran Wisma Tamu Al-Ishlah. Kehadirannya di Al-Zaytun pada saat itu menjadi sorotan, mengingat Syaykh Panji Gumilang dan pesantren Al-Zaytun tengah mengalami persekusi hebat dan mendapat label sesat dari sebagian masyarakat dan hampir semua media nasional. Namun, Dahlan Iskan tetap menunjukkan keberanian dan keteguhan sikap. Ia tidak gentar datang ke Al-Zaytun di tengah kontroversi yang mengelilingi pesantren Al-Zaytun.
Setahun setengah kemudian, setelah Syaykh Panji Gumilang menyelesaikan masa hukumannya ‘topo broto’ selama 351 hari, Dahlan Iskan kembali hadir di Al-Zaytun untuk memberikan pidato pada perayaan ulang tahun ke-25 pesantren Al-Zaytun.
Meskipun kunjungannya kali ini terbilang singkat, kehadirannya kembali di tengah keluarga besar Al-Zaytun menunjukkan konsistensi dukungannya. Selepas menyampaikan pidatonya, Dahlan Iskan memohon diri karena harus menghadiri agenda lain yang sudah menanti.
Dalam pidatonya, Dahlan Iskan membuka dengan seruan, “Merdeka!” yang segera diikuti dengan renungan yang mendalam mengenai konsep seribu tahun Indonesia. Ia mengakui, “Seribu tahun, saya tidak bisa membayangkan seribu tahun itu seperti apa.” Menurutnya, manusia rata-rata hanya hidup sekitar 70 hingga 100 tahun, tetapi konsep seribu tahun Indonesia ke depan menunjukkan bahwa pencetus ide tersebut memiliki keyakinan kuat bahwa Indonesia akan tetap ada, bahkan berjaya.
Dahlan Iskan mengajak hadirin untuk berpikir: adakah negara yang telah berumur seribu tahun? Setelah mengingat-ingat, ia menyebut bahwa Inggris mungkin satu-satunya negara yang telah mencapai usia tersebut. “Amerika Serikat baru 200-an tahun, dan kita, Indonesia, belum genap seratus tahun,” katanya.
Ia kemudian bercerita tentang sebuah literatur yang ramai dibicarakan di Inggris pada awal 1900-an. Menurut literatur tersebut, seorang ahli memprediksi bahwa dunia akan mengalami kiamat pangan akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan untuk memproduksi pangan. “Bayangkan, jumlah penduduk terus bertambah, sementara luas tanah tidak bertambah, malah berkurang akibat gempa bumi dan tsunami,” ujar Dahlan Iskan, meniru kekhawatiran ahli tersebut.
Namun, kekhawatiran itu terbukti tidak terjadi. Sekitar 50 tahun kemudian, seorang ilmuwan Yahudi asal Jerman menemukan pupuk urea yang mampu meningkatkan produksi pangan dengan signifikan. “Sejak itu, produksi pangan naik luar biasa, bahkan melampaui pertumbuhan penduduk,” tegas Dahlan Iskan. Penemuan ilmu pengetahuan, katanya, telah menyelamatkan dunia dari ancaman krisis pangan.
Dari refleksi masa lalu, Dahlan Iskan mengalihkan fokus pada tantangan besar yang mungkin akan dihadapi Indonesia ke depan: ledakan penduduk dan ketahanan pangan. “Ibu bapak tahu, sekarang penduduk terbesar di dunia bukan lagi Tiongkok, tapi India,” ujarnya, memberi gambaran betapa cepatnya perubahan demografi di dunia. Menurut Dahlan Iskan, peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat ini dapat memicu ancaman besar di masa depan, terutama jika tidak diimbangi dengan solusi yang tepat dalam pengelolaan sumber daya.
Dalam konteks Indonesia, Dahlan Iskan menyinggung kembali keberhasilan program keluarga berencana di masa Orde Baru dengan slogan “Dua Anak Cukup.” Program tersebut, menurutnya, telah berhasil mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Namun, setelah reformasi, program ini seakan dilupakan, dan beberapa kelompok malah mempromosikan pandangan “banyak anak banyak rezeki.” “Kalau kita tidak kembali mengendalikan jumlah penduduk, kita bisa menghadapi ledakan penduduk seperti di India,” katanya mengingatkan.

Untuk mengatasi tantangan ini, menurut Dahlan Iskan, hanya ada dua pilihan: menekan jumlah penduduk atau terus mendorong kemajuan ilmu pengetahuan untuk menemukan solusi baru dalam mencukupi kebutuhan pangan. Namun, menurut Dahlan Iskan, hanya mengendalikan jumlah penduduk saja tidak cukup. “Ilmu pengetahuan harus terus berkembang,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa para ilmuwan perlu didorong untuk menemukan terobosan baru, terutama di bidang pangan. Bahkan, Dahlan Iskan melontarkan imajinasinya, “Apakah bisa suatu hari nanti ditemukan teknologi yang membuat orang bisa hidup tanpa makan, atau cukup makan satu sendok beras yang sudah diolah dengan teknologi canggih untuk mencukupi kebutuhan nutrisi harian?”
Meskipun imajinasinya itu terdengar futuristik, Dahlan Iskan percaya bahwa perkembangan ilmu pengetahuan akan terus membawa solusi-solusi yang tak terduga, seperti penemuan pupuk urea yang menyelamatkan dunia dari ancaman krisis pangan.
Tak hanya krisis pangan, Dahlan Iskan juga menyinggung potensi krisis ideologi dan agama yang bisa menjadi ancaman bagi perdamaian di masa depan. Ia membagikan pengalamannya ketika berkunjung ke Hualien, Taiwan, di mana ia bertemu dengan pemimpin agama Buddha Tzu Chi. Ajaran Buddha Tzu Chi memiliki pandangan yang cukup unik. “Di sana, mereka tidak punya tempat ibadah dan melarang umatnya sembahyang atau berdoa,” jelasnya. Menurut mereka, ibadah terbaik adalah membantu orang lain dan melakukan tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dahlan Iskan mengagumi filosofi yang diajarkan oleh Tzu Chi, yang lebih fokus pada pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Mereka bahkan aktif dalam program donor organ dan membantu anak-anak terlantar. Baginya, ajaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah konflik ideologis yang berpotensi menghancurkan dunia di masa depan.
Dahlan Iskan bercerita, di Jakarta, komunitas Buddha Tzu Chi aktif dalam menyantuni anak-anak terlantar yang hidup di bantaran sungai. “Anak-anak itu, yang biasanya tak pakai sepatu atau baju, dimasukkan ke sekolah dengan seragam jas dan dasi, seperti di Al-Zaytun ini,” ungkapnya dengan kagum. Bagi Dahlan Iskan, ajaran ini menunjukkan bahwa agama bisa berperan lebih dari sekadar ritual, tetapi juga bisa menjadi kekuatan sosial yang nyata.
Namun, di balik kekagumannya terhadap Tzu Chi, Dahlan Iskan mengingatkan bahwa persaingan antaragama bisa menjadi sumber konflik di masa depan. “Jangan sampai rumah ibadah menjadi simbol persaingan antaragama, bermegah-megahan, yang akhirnya menimbulkan konflik,” katanya, memperingatkan. Bagi Dahlan Iskan, agama yang seharusnya membawa kedamaian jangan sampai berubah menjadi sumber perpecahan dan konflik.
Dahlan Iskan mengaku merenung atas berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini, “Tapi renungan saya tidak sebagus renungan Syaykh Panji Gumilang.” Dahlan Iskan bermaksud mengomentari Syaykh Panji Gumilang, yang menurutnya, telah memberikan sumbangan pemikiran besar tentang masa depan Indonesia. “Beliau merenung di tempat yang sangat khusus, selama hampir setahun di penjara,” kata Dahlan Iskan, mengingat masa sulit yang dialami Syaykh Panji Gumilang.
“Saya terharu mendengar cerita ini dan terharu bagaimana seorang yang disalah-salahkan, yang disesat-sesatkan, yang dipojok-pojokkan, kemudian melahirkan satu pemikiran bagaimana Indonesia seribu tahun yang akan datang,” kata Dahlan Iskan salut.
Alih-alih mengeluh, merasa sedih atau marah-marah, Panji Gumilang justru menggunakan waktunya untuk merenungkan berbagai hal penting dengan kalkulator di tangan. “Rupanya selama bertapa hampir satu tahun di penjara, beliau ini bukan seperti kita-kita menangis, kemudian sedih, kemudian ngomel, kemudian gerutu, kenapa saya di penjara, salah saya apa, tidak begitu ternyata. Beliau selama di penjara ternyata terus memainkan kalkulatornya. Dan hasilnya adalah apa yang dipakai tema untuk peringatan 25 tahun Al-Zaytun ini: gagasan tentang Indonesia seribu tahun ke depan, luar biasa!,” jelasnya.
Dahlan Iskan teringat dengan apa yang dialami oleh Pramoedya Ananta Toer ketika ditahan di Pulau Buru. “Dia sangat menderita dan penderitaan seorang seniman itu mensublim kejiwaannya,” kata Dahlan Iskan sembari mencontohkan ‘buah’ dari penderitaan itu adalah lahirnya novel-novel terkenal seperti Bumi Manusia, Anak Segala Bangsa, dan sebagainya. “Dan kalau yang masuk penjara itu, kelasnya, kelasnya Panji Gumilang, yang lahir dari penjara itu adalah sebuah renungan tentang Indonesia seribu tahun yang akan datang. Ini saya tidak bisa membayangkan bagaimana beliau menghitung salah satunya termasuk jumlah penduduk tadi,” kata Dahlan Iskan lagi.
Dahlan Iskan kemudian mengajak hadirin untuk melihat jumlah penduduk Indonesia dari masa ke masa. “Siapa yang masih ingat waktu Indonesia merdeka? Saat itu penduduk kita hanya sekitar 65 juta,” katanya. Kini, di tahun 2024, jumlah penduduk Indonesia mendekati 300 juta, dan Dahlan Iskan memperkirakan bahwa dalam 50 tahun ke depan, penduduk Indonesia bisa mencapai 700 juta.
“Bagaimana kita bisa hidup kalau penduduknya 700 juta? Rupanya Syaykh Panji Gumilang menghitung terus itu. Dan jalan keluarnya harus bagaimana? Saya terharu mendengar cerita ini dan terharu bagaimana seorang yang disalah-salahkan, yang disesat-sesatkan, yang dipojok-pojokkan, kemudian melahirkan satu pemikiran bagaimana Indonesia seribu tahun yang akan datang,” kata Dahlan Iskan salut.
Mengakhiri pidatonya, Dahlan Iskan menyampaikan rasa hormat dan kekagumannya kepada Syaykh Panji Gumilang, yang meski telah melewati berbagai tantangan, tetap terlihat segar dan penuh semangat. Ia berharap, pada peringatan ulang tahun ke-50 Al-Zaytun, Syaykh Panji Gumilang masih tetap sehat dan bugar. “Saya lihat Syaykh masih berjalan 20 ribu langkah setiap hari. Termasuk ketika di penjara, tentu tempatnya tidak cukup untuk 2 ribu langkah, tapi tetap 20 ribu langkah. Dan itu yang membuat beliau tetap segar,” katanya dengan penuh apresiasi.
Dahlan Iskan juga menyinggung batik yang dikenakan oleh Syaykh Panji Gumilang hari itu. “Tadi saya tanya, kenapa hari ini Syaykh pakai batik, bukan jas dan dasi seperti biasanya?” tanya Dahlan Iskan. Ternyata, batik yang dikenakan hari itu adalah batik yang dikenakan saat Al-Zaytun didirikan 25 tahun lalu, dan hanya pernah sekali dipakai dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Try Sutrisno di Surabaya. “Sambil takut-takut, saya tadi meraba batiknya, khawatir robek karena umurnya sudah 25 tahun,” katanya dengan nada bercanda, disambut tawa hadirin.
Dengan seruan “Merdeka!” Dahlan Iskan mengakhiri pidatonya, meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir. Ia tak hanya memberikan pandangan tentang tantangan masa depan Indonesia, tetapi juga menunjukkan rasa hormat dan kekaguman kepada Syaykh Panji Gumilang dan visi besar Al-Zaytun untuk Indonesia yang lebih baik hingga seribu tahun ke depan. (atur/TokohIndonesia.com)
Tim Reportase TokohIndonesia.com: Mangatur L. Paniroy (Koordinator), Yenita Tangdialla, Rigson Herianto, Rukmana, Wiratno***
Profil Singkat Dahlan Iskan
Dahlan Iskan, lahir di Magetan pada 17 Agustus 1951, adalah tokoh penting dalam bisnis media, energi, dan mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia. Kariernya dimulai sebagai jurnalis di Samarinda pada tahun 1975, sebelum bergabung dengan Tempo pada 1976. Ia dikenal luas setelah berhasil membangkitkan surat kabar Jawa Pos yang hampir bangkrut pada tahun 1982, kemudian mendirikan Jawa Pos News Network (JPNN), jaringan media besar yang mencakup lebih dari 134 surat kabar dan majalah di Indonesia. Selain mendirikan JPNN, Dahlan juga berperan dalam pengembangan infrastruktur melalui jaringan surat kabar Radar.
Sebagai Direktur Utama PLN (2009-2011), Dahlan melakukan reformasi besar-besaran dalam sektor kelistrikan, termasuk proyek pembangkit listrik 10.000 MW. Ia juga dikenal dengan inisiatif “bebas byar pet” yang sukses di berbagai wilayah. Kesuksesannya di PLN membuat dia diangkat menjadi Menteri BUMN (2011-2014) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan menjalankan berbagai program restrukturisasi BUMN. Selain itu, ia juga mendukung pengembangan mobil listrik nasional meski sempat mengalami kecelakaan saat mengendarai Tucuxi.
Dahlan juga dikenal karena pengalamannya menjalani transplantasi hati setelah didiagnosis dengan sirosis, yang ia ceritakan dalam bukunya Ganti Hati (2008). Keberaniannya dalam menghadapi tantangan menjadikannya salah satu tokoh paling disegani di Indonesia.
Video Tiktok (VT) @tokoh.id
Berikut daftar Video Tiktok (VT) di akun @tokoh.id seputar Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25:
- Pancasila 1.000 Tahun ke Depan - Prof. Yudi Latif
- Karakter adalah Kunci - Prof. Yudi Latif
- Dua Modal Penting Untuk Maju - Prof. Yudi Latif
- Indonesia Bangsa Pelopor - Prof. Yudi Latif
- Saya Menikmati Islam Rahmatan Lil Alamin di Al-Zaytun - Drs. Ch. Robin Simanullang, Wartawan Senior Majalah Tokoh Indonesia
- Masjid Rahmatan Lil Alamin (Dr. Budhy Munawar Rachman, Nurcholish Madjid Society)
- Centenarian di Al-Zaytun (Dr. Budhy Munawar Rachman, Nurcholish Madjid Society)
- Al-Zaytun Teladan Terbaik Soal Toleransi (Dr. Budhy Munawar Rachman, Nurcholish Madjid Society)
- Al-Zaytun Perintis Pesantren Toleransi (Dr. Budhy Munawar Rachman, Nurcholish Madjid Society)
- Prof. Yudi Latif, Ph.D: Menanam Pohon Jati Emas di Tepi Jalan Remontada, Ma'had Al-Zaytun
- Panji Gumilang: Kapan Kita Punya Hadiah Nobel?
- Panji Gumilang: Indonesia itu Tidak 'O' Semua
- Panji Gumilang: Remontada, Barcelona, Messi
- Dahlan Iskan: Bagaimana Orang Tidak Makan Bisa Hidup ...
- Dan Dia Mempunyai Tesis Bahwa Dunia Sebentar Lagi ...
- Dahlan Iskan: Tidak Ada Sembahyang, Tidak Ada Doa ...
- Dahlan Iskan: Saya Terharu Mendengar Cerita Ini
- Dahlan Iskan: Pramoedya Ananta Toer Vs Panji Gumilang
- Dahlan Iskan: Syaykh Panji Gumilang Kenapa Hari ini Pakai Batik?
- Dahlan Iskan: Syaykh Panji Gumilang Merenung di Tempat yang Sangat Khusus
- Dr. Berly Martawardaya: "Jadi, saya sudah merasakan betapa tingginya kualitas alumni dari Al-Zaytun".
- Asal Usul Istilah 'Yang Amat Terhormat'
- Santri Al-Zaytun Menyanyikan Lagu Bangun Pemudi Pemuda
dengan Seruan Indonesia Harus Kuat - Panji Gumilang: Gak Ada yang Bisa Nyanyi 3 Stanza?
- Panji Gumilang: JADI, INDONESIA RAYA INI, DOA. Sepanjang apapun, doa.
- Lagu Indonesia Raya 3 Stanza Bergema Indah di Masjid Rahmatan Lil Alamin, Ma'had Al-Zaytun
- Panji Gumilang: Jangan Disalahkan Millennial Itu Kalau Tidak Mengenal 3 Stanza Lagu Indonesia Raya
- Alhamdulillah, Puji Tuhan, Haleluya!
Sahabat Syaykh Panji Gumilang sekaligus Wartawan Senior Majalah Tokoh Indonesia, Drs. Ch. Robin Simanullang, mendapat kesempatan untuk menanam pohon jati emas di tepi jalan Remontada, Ma'had Al-Zaytun. - Panji Gumilang & Kivlan Zen, Indonesia Raya Stanza 1, Indonesia Tanah Airku
- Panji Gumilang & Kivlan Zen, Indonesia Raya Stanza 2, Indonesia Tanah yang Mulia
- Panji Gumilang Nyendokin Makanan
Ke Kivlan Zen dan Umi Farida Al-Widad (istri) - Tumpengnya Enak Beud - Kivlan Zen: Saya Sudah Melapor Pada Pak Prabowo
Semua kegiatan saya di Al-Zaytun dan komen beliau, BAGUS! - Panji Gumilang & Kivlan Zen, Indonesia Raya Stanza 3, Indonesia Tanah yang Suci
- Susno Duadji: Hanya di Al-Zaytun
- Susno Duadji: Al-Zaytun Jaya, Al-Zaytun The Best
- Santri Al-Zaytun Bangga Menyanyikan Lagu Garuda Pancasila
- Putri Bungsu Panji Gumilang, Sofiah Al-Widad
Sedang mengajari santri Al-Zaytun menyanyi lagu Mars Universitas Al-Zaytun (IAI AL-AZIS) - Susno Duadji: Panji Gumilang is The Best
- Susno Duadji: Mulai Hari Ini Saya Resmi Sebagai Warga Al-Zaytun
- Susno Duadji: Saya Sangat Kagum Pada Al-Zaytun
- Susno Duadji: Saya Sangat Tertarik Pada Al-Zaytun
- Susno Duadji Makan Buah Pisang Al-Zaytun
Rasanya Legit dan Sangat Manis - Salah Ketik Jadi Menteri Pertahanan, Teman Saya yang Cerita
Kivlan Zen Bikin Ketawa - Master Indonesia Raya 3 Stanza
Santri Kelas 6 Ma'had Al-Zaytun, Michelle Kadek Bhyantara binti I Gusti Ngurah Made Johny B, Asal Jakarta Selatan - Keren, Hafal Indonesia Raya 3 Stanza - 25 Tahun Ma'had Al-Zaytun
- Merinding, Tebak Lagu Apa
Peserta Al-Zaytun (Guru, Dosen, Wali Santri)