
Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gen Z kelahiran 25 Desember 1994, mendapat privilese menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), pada Senin (25/09/2023), dua hari setelah dia bergabung dengan partai tersebut. PSI mendapat ‘darah’ baru setelah sebelumnya para kader Partai Berkarya yang tak lolos Pemilu 2024, pindah ke PSI dan beberapa kantornya ‘diakuisisi.
Kini PSI mempunyai tiga arus kekuatan. Yakni: Pertama, PSI asli (awal) ‘partai anak muda’ yang berhaluan atau ideologi terinspirasi dari ajaran Presiden Soekarno lewat ucapannya mengenai harumnya bunga mawar yang diterjemahkan ke dalam logo PSI, konsep Pancasila, dan Trisakti Soekarno, hingga Trilogi Identitas PSI (Menebar kebajikan, Merawat keragaman, dan Meneguhkan solidaritas). PSI didirikan pada tanggal 16 November 2014 dan telah ikut Pemilu 2019 serta menjadi partai pendukung Jokowi.
Kedua, Partai Berkarya, yang tak lolos Pemilu 2024, para kadernya pindah ke PSI dan beberapa kantornya ‘diakuisisi’ menjadi kekuatan baru PSI sehingga mantap lolos menjadi peserta Pemilu 2024. Partai Berkarya adalah fusi dari 2 partai politik, yaitu Partai Beringin Karya dan Partai Nasional Republik. Partai ini didirikan 15 Juli 2016, pernah dipimpin oleh Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto putra dari Presiden Ke-2 H.M. Soeharto. Terjadi konflik internal, sehingga melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa pada 11 Juli 2020 di Jakarta, terpilih Mayor Jenderal TNI (Purn.) H. Muchdi Purwopranjono sebagai Ketua Umum. Namun, akibat konflik berkepanjangan partai ini tak lolos Pemilu 2024. Partai Berkarya menganut Trilogi Pembangunan Soeharto yakni: stabilitas keamanan; pertumbuhan ekonomi yang tinggi; dan pemerataan pembangunan.
Ketiga, popularitas Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, yang dipersepsikan mewakili dinasti Jokowi. Setelah ‘gagal’ menggaet Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi, Walikota Solo yang sudah kader PDIP, PSI berhasil menggaet Kaesang dan memberinya keistimewaan langsung menjadi Ketua Umum PSI. Keputusan menjadikan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI ditentukan dalam Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, pada Senin (25/09/2023). Muncul spekulasi, meskipun saat ini Jokowi masih berstatus kader PDIP, namun Presiden Ke-7 itu dipersepsikan tengah mempersiapkan kelanjutan kekuasaannya dengan menggandeng PSI yang sejak Pemilu 2019 mendukung Jokowi dengan cara memberi kursi ketua umum kepada Kaesang.
Dengan tiga kekuatan politik yang ‘berkolaborasi’ tersebut, PSI berharap akan mencapai target mendudukkan wakilnya di DPR-RI. Seperti juga dikemukakan oleh Kaesang saat dia memberi sambutan setelah diberi parivilese menjadi nakhoda atau Ketua Umum PSI 2023-2028.
Di satu sisi, pemberian hak istimewa sosial yang tidak dimiliki sembarang orang Generasi Z ini, bisa dipandang sebagai suatu terobosan yang berani dari PSI. Beberapa pengamat menyebut, Kaesang dan PSI memiliki banyak kesamaan nilai, salah satunya adalah keinginan mereka mengedepankan suara kaum muda di ranah politik. Ini disebut akan menjadi kekuatan baru yang mendompleng nama harum Jokowi dan sekaligus menjadi kekuatan baru dinasti politik Jokowi.
Namun, di sisi lain, bergabungnya tiga kekuatan arus politik di PSI dan menempatkan Kaesang sebagai nakhoda, juga sangat berpotensi menimbulkan masalah baru internal PSI. Akan terjadi tarik menarik di antara tiga kekuatan tersebut. Terutama antara Partai Berkarya yang Soehartois dan PSI yang sosialis dan Generasi Z yang Jokowis cenderung Soekarnois dalam kemanjaan dan privilese. Selain berpotensi menimbulkan masalah internal, juga bisa berakibat munculnya pandangan kurang menguntungkan secara ideologis terhadap PSI. PSI saat ini sudah melenceng dari ideologi, visi-misi awalnya. (Catatan Kilas: Ch. Robin Simanullang)