Al-Zaytun yang Terbaik
[TOPIK PILIHAN] – Pancasila Menteri Agama Suryadharma Ali – Menteri Agama Suryadharma Ali: Luar biasa! Dari yang pernah saya kunjungi, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia maupun di luar negeri, Al-Zaytun yang terbaik. Terbaik, karena memadukan pendidikan dengan kenyataan hidup, realitas yang sesungguhnya.
Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan hal itu dalam tausiyah saat tatap muka dengan para santri dalam rangkaian acara kunjungan ke Mahad Al-Zaytun, Rabu 11 Mei 2011. Tausiyah itu berupa pembekalan kepada santri Al-Zaytun menjelang belajar di masyarakat (liburan semester) akhir bulan ini.
Menteri Agama juga menegaskan dalam masyarakatnya yang majemuk, kita perlu pemimpin yang dapat mempersatukan, karena bersatunya masyarakat merupakan modal dasar untuk kita membangun, modal dasar untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Kepada para siswa-siswi, santri-santriwati Al-Zaytun Indonesia, Menteri Agama Suryadharma Ali berpesan ini (Al-Zaytun) adalah lembaga yang terbaik, belajarlah yang sungguh-sungguh. “Tanggung jawab seorang pelajar adalah belajar sungguh-sungguh. Sayang memperoleh lembaga pendidikan yang sangat bagus ini tidak dimanfaakan dengan baik. Selamat belajar di tengah-tengah masyarakat. Ingat sekali lagi, harus menjadi pembawa arus, bukan terbawa oleh arus,” pesan Menteri Agama.
**
Selengkapnya, berikut transkrip tausiyah Menteri Agama Suryadharma Ali saat tatap muka dengan para santri dalam rangkaian acara kunjungan ke Mahad Al-Zaytun, Rabu 11 Mei 2011, hasil rekaman wartawan TokohIndonesia.com Marjuka Situmorang dan Bantu Hotsan Simanullang yang langsung meliput acara tersebut:
Yang saya muliakan, Syaykh Panji Gunilang beserta seluruh dewan guru. Yang saya muliakan Bapak Mahtub Efendi, yang saya muliakan para ulama, para pejabat pemerintahan lingkungan Kementerian Agama di lingkungan pemerintah daerah, yang mewakili Kapolda, yang saya banggakan dan saya cintai para siswa-siswi, santri-santriwati Mahad Al-Zaytun Indonesia.
Terus terang, saya tercengang datang kemari. Nama Al-Zaytun sudah hafal di telinga saya mungkin sepuluh tahun yang lalu, tetapi baru kali ini saya berkesempatan datang kemari. Dan oleh Syaykh, saya diajak ke berbagai tempat, menakjubkan. Ini bagaikan kota di tengah hutan. Saya baru diperlihatkan sebagian, kalau semua, mungkin dua hari tidak selesai. Untuk melihat areal seluas 1200 hektare, 250 ha untuk areal pendidikan dan hutan di dalamnya, dan sekitar 300 • 400 ha hutan, dan sekitar 400- 500 ha untuk lahan pertanian. Ini luar biasa, (tepuk tangan dong).
Luar biasa, karena saya tidak tahu apa saya yang ‘kuper’. Tetapi dari yang pernah saya kunjungi, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia maupun di luar negeri, kok kayaknya Al-Zaytun ini yang terbaik.Terus terang, saya tercengang datang kemari. Nama Al-Zaytun sudah hafal di telinga saya mungkin sepuluh tahun yang lalu, tetapi baru kali ini saya berkesempatan datang kemari. Dan oleh Syaykh, saya diajak ke berbagai tempat, menakjubkan. Ini bagaikan kota di tengah hutan. Saya baru diperlihatkan sebagian, kalau semua, mungkin dua hari tidak selesai. Untuk melihat areal seluas 1200 hektare, 250 ha untuk areal pendidikan dan hutan di dalamnya, dan sekitar 300 • 400 ha hutan, dan sekitar 400- 500 ha untuk lahan pertanian. Ini luar biasa, (tepuk tangan dong).
Luar biasa, karena saya tidak tahu apa saya yang ‘kuper’. Tetapi dari yang pernah saya kunjungi, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia maupun di luar negeri, kok kayaknya Al-Zaytun ini yang terbaik.
Terbaik, karena memadukan pendidikan dengan kenyataan hidup. Sekali lagi, memadukan pendidikan dengan kenyataan hidup. Atau memadukan pendidikan dengan realitas yang sesungguhnya.
Banyak lembaga pendidikan yang mendidik anak didiknya terlepas dari realitas. Telepas dari kenyataan sosial. Begitu selesai dari lembaga pendidikan, masuk ke tengah-tengah masyarakat, lulusan lembaga pendidikan itu ibaratnya masuk ke tengah hutan belantara, gelap gulita, tidak tahu arah, bingung. Jadi tidak sedikit lembaga pendidikan semacam itu yang membuat gap antara pendidikan dengan realitas. Lembaga pendidikan seperti itu jadi semacam menara gading saja yang out put-nya dan lulusannya tidak siap pakai di tengah masyarakat.
Saya melihat sepeintas seperti yang saya sebutkan di awal, bahwa lembaga pendidikan Al-Zaytun ini memadukan pendidikan dengan realitas sosial, dengan ralitas kehidupan. Dari pendidikan itu sendiri, kemudian dari aspek ekonomi, dari mulai kemampuan produksi, mengolah hasil produksi, mendistribusikan, menjualnya, sampai pada an user.
An user setidaknya terbagi dua. Pertama, masyarakat luas, dan yang kedua adalah para santri itu sendiri. Sebagian dari hasil produksi itu ada yang dibuat untuk pupuk. Jadi an user-nya itu tanaman, ikan. Kira-kira seperti itu. Sesuatu yang luar biasa.
Dengan panduan seperti itu, hendaknya para santri-santriwati, siswa-siswi, memahami betapa hebatnya lembaga pendidikan di mana anak-anakku sekalian pada saat ini berada.
Dari sisi lain, saya melihat, pendidikan ini juga mengaitkan pendidikan kepemimpinan. Sekilas saya membaca, pendidikan kepemimpinan ini dilihat dari jadwal sekolah, jadwal belajar. Syaykh Panji Gumilang tadi menyebutkan, tidak ada hari libur. Hari libur itu disebut sebagai hari belajar di masyarakat. Ini kepemimpinan.
Anak-anakku sekalian, datang ke masyarakat itu, merupakan pelajaran yang luar biasa. Banyak yang kita pelajari di kelas, tapi tidak kalah banyaknya apa yang kita lihat di masyarakat. Di kelas umumnya teoritis, di masyarakat, itu kenyataan. Jadi pada era belajar di tengah masyarakat, itu adalah memadukan antara teori dan realitas. Mengimplementasikan teori yang kita pelajari di kelas ke tengah-tengah masyarakat. Ini adalah bagian dari kepemimpinan.
Anak-anakku sekalian, kita perlu pemimpin yang banyak. Indonesia yang besar, Indonesia yang kaya, Indonesia yang luar biasa, sumber daya alamnya juga luar biasa, kita perlu pemimpin. Masyarakatnya yang majemuk, kita perlu pemimpin. Perbedaan budaya, bahasa, kultur, sistem wilayah, dan seterusnya, kita perlu pemimpin. Pemimpin yang memahami keadaan masyarakatnya.
Kita perlu pemimpin yang dapat mempersatukan masyarakat, karena bersatunya masyarakat merupakan modal dasar untuk kita membangun, modal dasar untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Modal dasar untuk mencerdaskan masyarakat, modal dasar untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Kita perlu pemimpin yang dapat mempersatukan. Anak-anaku sekalianlah para kader pemimpin itu. Harus sadar, bahwa saya adalah kader-kader pemimpin yang akan memimpin masyarakat di masa depan.
Masyarakat kita yang begitu banyak masih perlu bimbingan. Untuk membimbing masyarakat, diperlukan pemimpin. Masyarakat kita yang begitu luas masih banyak yang tertinggal dari pendidikan. Kebodohan masih kita lihat di mana-mana dalam bermacam aspek. Salah satunya adalah betapa mahalnya pendidikan yang kemudian membuat banyak masyarakat yang belum mampu menikmati pendidikan yang memadai. Kita perlukan pemimpin, kita perlukan pemimpin.
Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Syaykh Panji Gumilang yang membuat lembaga pendidikan yang susah kita ucapkan. Kalau kita bilang bagus, melebihi dari bagus. Kalau kita bilang mewah, melebihi dari mewah. Kalau kita bilang lengkap, melebihi dari lengkap. Dengan kata lain, Al-Zaytun adalah kebanggaan.
Oleh karena itu, perlu lebih banyak lagi pemimpin yang mampu mendidik masyarakat supaya masyarakat kita tidak tertinggal, supaya masyarakat kita berperan baik di panggung nasional, panggung lokal, daerah, panggung internasional.
Bagaimana mungkin sebuah lembaga pendidikan yang begini baik, saya dengar, uang sekolah hanya 3500 dollar Amerika sampai selesai. Jadi cara-cara seperti ini perlu kita tiru. 3500 dollar, itu hanya kira-kira 30 juta rupiah. 30 juta sudah all in. Orang tua sudah tidak perlu apa-apa lagi. Ini luar biasa. Tidak kita temukan di dalam, apalagi di luar negeri.
Taman Perbedaan yang Indah
Anakku sekalian, bangsa ini masih perlu banyak pemimpin. Tantangan ke depan, tentu tantangan persatuan dan kesatuan itu menjadi tantangan utama kita. Bagaimana kita bisa menjaga Indonesia yang begitu luas, pulaunya yang begitu banyak, lautannya yang begitu luas. Lautan yang begitu luas membuat susah menjangkau dari satu pulau ke pulau lain, apalagi pulau-pulau terkecil. Bahasa yang begitu banyak, agama yang begitu banyak. Yang kita butuhkan, pemimpin yang mampu merangkum semua kekuatan.
Perbedaan kita banyak, tapi perbedaan itu jangan dianggap sebagai kelemahan. Perbedaan itu harus dipandang sebagai kekuatan, karena yang berbeda itu, selain kuat, selain punya unsur kekuatan, juga punya unsur keindahan. Lihat bunga di taman, kalau satu saja warnanya maka taman itu kurang indah terlihat. Lihat pohon-pohonan, kalau satu jenis pohon saja tentu tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Lihat kita manusia, kalau sejenis saja, laki-laki saja misalnya, maka akan tidak ada pembuahan. Atau perempuan semua, sedangkan laki-lakinya nggak ada. Atau laki-laki dan perempuan ada tapi yang laki-laki wajahnya satu, sama semua, mending sama seperti saya misalnya (hadirin tertawa). Atau perempuan, banyak tapi wajahnya sama, satu. Kembar sejuta misalnya atau kembar se-Indonesia. Bayangkan. Tuhan tidak menciptakan makhluknya seperti itu. Tuhan menciptakan makhluknya berbeda-beda. Jadi perbedaan itu adalah ciptaan Tuhan yang tidak boleh kita bantah.
Oleh karenanya, diperlukan ke depan adalah pemimpin yang penuh dengan toleransi. Toleran dengan perbedan bahasa, toleran dengan perbedaan budaya, toleran dengan perbedaan nilai. Kalau teman-teman pak Panji Gumilang, ada yang kalau dipegang janggutnya, itu dianggap suatu kehormatan. Tapi di negara lain, kalau dipegang janggutnya dianggap penghinaan.
Juga kita harus toleran dengan perbedaan agama. Anak-anakku sekalian, dunia yang beradab, diperlukan pemimpin yang memiliki toleransi, pemikiran yang multi dimensi, muliti disiplin, multi pandanan dan seterusnya. Dan saya melihat itu di Pondok Pesantren Al-Zaytun . Oleh karena itu, maka kalian semua, untuk berangkat ke masyarakat, untuk belajar di masyarakat, selami kehidupan masyarakat. Dengar getaran jiwanya, dengar detak jantungnya, dengar inspirasinya, dengar keinginannya, dengar keluh kesahnya, dengar penderitaannya, dengar kesenangannya, dengar kebahagiaannya. Harus bisa. Dari situ semua, anak-anakku sekalian sebagai calon pemimpin masa depan, bisa menjadikan pertemuan kalian dengan masyarakat menjadi sumber inspirasi yang itu kemudian bisa memberikan kesan yang mendalam.
Saya berharap, kalau anak-anakku melihat orang miskin, berpikir bagaimana caranya untuk mengentaskan kemiskinan. Kalau melihat anak-anak tidak memiliki kemampuan untuk sekolah karena orangtuanya sangat susah, sangat miskin, itu harus tergerak hatinya bagaimana untuk membantu anak-anak itu supaya bisa sekolah.
Kalau kita lihat potensi ekonomi yang begitu besar tapi masyarakat kita tidak bisa memanfaatkan potensi ekonomi itu, lalu dimanfaatkan oleh orang lain dan masyarakat di sekitar hanya menjadi buruh, pekerja, bagaimana kita punya kemampuan untuk menggerakkan masyarakat agar mampu untuk mengeksploitasi semua kekayaan alam dengan kekuatan sendiri. Dengan demikian, kesejahteraan itu bisa lebih cepat dinikmati oleh bangsa Indonesia.
Barang Bekas pun Bisa Laku
Anak-anakku sekalian, tadi di mobil, saya belajar sama Syaykh Panji Gumilang, walaupun beliau tidak merasa kalau saya sedang belajar dari beliau. Beliau tadi memperlihatkan kepada saya besi-besi bekas. Dia bilang, “pak Menteri! ini besi-besi bekas saya kumpulkan, tidak saya buang. Ini nostalgia, karena dulu Syaykh itu melakukan usaha yang bekas-bekas. Kardus bekas, besi bekas, kayu bekas, kertas bekas, plastik bekas, dan segala macam barang bekas. Di situ saya melihat, terlintas sebuah ayat, “Iya Allah, ternyata apa yang Kau ciptakan itu tidak ada yang sia-sia. Buktinya, barang bekas pun bisa laku.
Saya jadi ingat orang-orang Madura yang datang ke Jakarta. Datang ke Betawi. Dia tanya sama orang Betawi itu, “Rumah sama tanah ini mau disewakan nggak? Karena si Betawi mau nyunatin anak, tanah dan rumah akhirnya dia sewakan.
Setahun kemudian, orang Madura ini datang lagi. Dia bilang, “Bang, ini rumah sama tanah mau dijual nggak? Karena orang Betawi mau pergi haji, tanah dan rumah pun dijual. Tahun berikutnya lagi, bapak dari Madura itu sudah pakai kijang. Dan tahun ketiga, ia sudah bisa minum kopi sambil pakai baju koko, pakaian haji. Artinya, barang bekas memberikan manfaat yang besar bagi orang Madura itu, yang mau mengelola, bekerja mengolah barang bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat. Cuma jeleknya, tahun keempat kawin lagi. Tapi yang keempat itu nggak kelihatan di Al-Zaytun.
Jadi pikirkan dulu. Kejadian langit dan bumi, mari kita lihat, itu bumi ada apanya, langit ada apanya, dan laut ada apanya. Kalau dipikir matang-matang, dari bumi bisa ribuan cabang ilmu keluar. Dari laut juga bisa ribuan cabang ilmu keluar. Dari langit juga seperti itu. Jadi mereka yang menguasai ilmu itu, sekarang mengolah seluruh kekayaan alam. Oleh karena itu, anak-anakku sekalian, dari yang kecil kita pelajari.
Pemimpin Pembawa Arus
Anak-anakku sekalian, sebagai calon pemimpin, jangan terbawa arus. Karena pemimpin itu adalah membawa arus. Kalau pemimpin bukan pembawa arus, maka ia akan hanyut terbawa arus.
Apa yang dimaksud dengan pemimpin pembawa arus. Yang dimaksudkan di situ adalah arus perubahan. Seorang pemimpin harus bisa merubah, harus bisa membangun arus perubahan. Yaitu, kalau masyarakatnya jelek, masyarakatnya penjudi, masyarakatnya penjinah, kita datang ke situ, kita terbawa arus. Tetapi kalau kita pembawa arus, di tengah- tengah masyarakat seperti itu, kita harus berani.
Kader Islami
Terakhir, kita juga masih perlu kader-kader yang Islami. Karena masyarakat sekarang ini perlu, bahkan masih sangat perlu ajaran agama. Memang, ulama-ulama kita, ajengan-ajengan kita sudah melakukan misi dakwahnya yang luar biasa, memang. Tetapi setelah kita lihat kenyataaannya, apa yang dia lakukan itu masih belum cukup. Masih banyak kekurangan di sana-sini. Apa tanda adanya kekurangan? Tanda adanya kekurangan adalah banyaknya masyarakat pada saat ini kemasukan pandangan-pandangan Islam yang sesat. Pandangan-pandangan keagamaan yang berbeda dari prinsip ajaran agama itu sendiri.
Kenapa begitu? Karena memang mereka butuh. Tapi ketika mereka butuh, mereka tidak mendapatkan dakwah yang sebenarnya. Yang mereka dapatkan adalah dakwah yang seperti itu, yang tadi awal pertemuan Syaykh Panji bilang orang Betawi ada yang jadi nabi. Nabi Pesadek. Itu kan sesat, tapi kenapa ada pengikutnya? Itu artinya karena orang butuh ajaran agama. Masuklah pusaka itu. Nah, ini Islam yang sesat, ia sebagai nabi. Macam-macam. Ada Islam yang menjual sorga dengan harga empat juta. Ada yang menyebut dirinya Islam tapi nabi terakhirnya bukan nabi Muhammad. Ada yang menyebut Islami tapi kitabnya terdiri dari kutipan-kutipan ayat-ayat Al Qur’an yang digabung-gabung sedemikian rupa, jadilah itu kitab suci. Kan ngaco!
Jadi saya minta, para siswa-siswi, santri-santriwati Al-Zaytun Indonesia, ini adalah lembaga yang terbaik, belajarlah yang sungguh-sungguh. Tanggung jawab seorang pelajar adalah belajar sungguh-sungguh. Sayang memperoleh lembaga pendidikan yang sangat bagus ini tidak dimanfaakan dengan baik.
Selamat belajar di tengah-tengah masyarakat. Ingat sekali lagi, harus menjadi pembawa arus, bukan terbawa oleh arus. Saya khawatir Syaykh Panji! Mereka dari sini baik-baik, tejun ke tengah masyarakat, kebetulan masyarakatnya katakanlah ya dari segi etika kurang bagus, dari segi ketertiban kurang bagus. Kemudian kita terjun ke situ, lalu kita terbawa oleh kondisi mereka. Dengan kata lain, masuk ke komunitas maksiat maka kita menjadi bagian dari maksiat itu. Jangan sampai seperti demikian. Tetapi, masuk ke komunitas maksiat, kita membenahi maksiat itu menjadi hilang dan jadilah mereka orang-orang yang bertakwa.
Sekali lagi, jadilah pembawa arus, bukan terbawa oleh arus. Marjuka – Hotsan | Berita TokohIndonesia.com
© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA