Aktor Laga yang Jadi Birokrat

Dede Yusuf
 
0
441
Dede Yusuf
Dede Yusuf | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Pada era tahun 90-an, Dede Yusuf terkenal sebagai bintang film, iklan, dan presenter kuis. Ia kemudian banting setir ke dunia politik dengan menjadi anggota DPR periode 2004-2009. Terpanggil untuk berbakti lebih banyak kepada negara, ia ikut dalam pemilukada Jawa Barat. Ia terpilih sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013.

Dede Yusuf lahir dengan nama Yusuf Macan Effendi di Jakarta, 14 September 1966 dari pasangan Tammy Effendi dan Rahayu Effendi. Ayahnya adalah seorang insinyur yang bekerja sebagai Direktur di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Sementara sang ibu, berprofesi sebagai penari di Istana Bogor dan Pramugari Garuda yang kemudian beralih profesi menjadi bintang film pada awal tahun 1965.

Nama ‘Macan’ yang melekat pada nama Dede merupakan pemberian sang ayah yang terinspirasi dari salah satu film yang dibintangi ibunda Dede, “Macan Kemayoran” yang kala itu menuai sukses. Namun, karena nama itu terkesan sangar, maka oleh kakeknya, Roestam Effendi seorang pujangga prosa angkatan 1945, nama itu kemudian ditambahkan dengan nama ‘Yusuf’. Yang diambil dari salah satu nama Nabi yang terkenal akan ketampanannya.

Awalnya keluarga Dede Yusuf masih menumpang di rumah sang kakek. Namun, pada usia delapan tahun, Dede sudah harus menelan kenyataan pahit dalam hidupnya saat orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Perpisahan dua orang yang sangat dicintainya itu membuat Dede dan kakaknya Bob sering berganti-ganti rumah. Mereka kadang di rumah ayahnya dan kadang di rumah ibunya.

Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang broken home mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Dede menjadi anak yang keras kepala dan bahkan terkesan nakal. Tapi di balik sifat pemberontaknya itu, Dede nyatanya memiliki sisi positif, yakni hobi membaca, terutama buku-buku komik. Karena terlalu sering membaca komik, Dede jadi sering berkhayal bila saja suatu saat ia bisa menjadi manusia super seperti Batman atau Superman dan astronot yang lagi ngetren saat itu.

Di tengah gejolak emosi akibat perpisahan kedua orang tuanya, kedewasaan khususnya dalam hal kemandirian, tumbuh lebih cepat dari teman-teman sebayanya. Hal itu bisa dilihat saat ia masih berumur sepuluh tahun. Saat sebagian besar anak-anak seusianya hanya menghabiskan waktu dengan bermain, dalam diri Dede justru telah tumbuh naluri berbisnis. Berangkat dari hobinya membaca komik, Dede kemudian mendapat ide untuk membuka bisnis penyewaan komik kepada teman-teman sekolahnya.

Di sisi lain, kegemarannya berkelahi masih terus berlanjut hingga Dede beranjak dewasa. Tak ingin anaknya celaka, sang ayah mengikutkan anak keduanya itu dalam olahraga bela diri, pencak silat yang kelak menjadikannya aktor laga yang hebat.

Yang menarik, saat Dede masih berseragam SMP, ia sudah kecantol dengan tubuh kekar, salah satunya tubuh kekar aktor laga Hollywood Arnold Schwarzenegger yang kemudian menjadi gubernur di salah satu negara bagian Amerika, California. Untuk mendapatkan tubuh seperti bintang film Terminator itu, Dede pun mengikuti program weight training. Alhasil, tubuh Dede pun lebih kekar dibanding teman-teman seusianya.

Setelah berhasil merubah tampilan fisiknya menjadi lebih macho, Dede juga menambah perbendaharaan ilmu bela dirinya dengan mencoba jenis olahraga bela diri lain, seperti Karate, Kungfu, Kempo, Jujitsu, dan Taekwondo hingga tingkat DAN-IV Kukkiwon (fourth Dan)

Sepanjang tahun 1982 hingga 1990, Dede rajin mengikuti berbagai kejuaraan bela diri. Mulai dari kejuaraan di tingkat cabang hingga tingkat nasional. Selama mengikuti berbagai kejuaraan itu, ia beberapa kali berhasil menyabet gelar juara, misalnya Juara Nasional Taekwondo di kelas ringan tahun 1984 dan kelas ringan berat pada tahun 1988.

Advertisement

Di tengah gejolak emosi akibat perpisahan kedua orang tuanya, kedewasaan khususnya dalam hal kemandirian, tumbuh lebih cepat dari teman-teman sebayanya. Hal itu bisa dilihat saat ia masih berumur sepuluh tahun. Saat sebagian besar anak-anak seusianya hanya menghabiskan waktu dengan bermain, dalam diri Dede justru telah tumbuh naluri berbisnis. Berangkat dari hobinya membaca komik, Dede kemudian mendapat ide untuk membuka bisnis penyewaan komik kepada teman-teman sekolahnya.

Atas prestasi tersebut, Dede kemudian menjadi salah satu atlet yang membela tim nasional Indonesia selama beberapa tahun berturut-turut. Hingga akhirnya, ia berhenti berlatih dan bertanding untuk kemudian membentuk klub dan perguruan bela diri, seperti klub bela diri DOJO / DOJANG dan perguruan Taekwondo seperti Sembrani Club, BRI club, SMA 6 club, Pangudi Luhur Club. Di perguruan tersebut, Dede sendiri terlibat menjadi pelatihnya.

Dalam satu kesempatan, saat Dede menjadi pelatih Taekwondo di SMA Tarakanita pada tahun 1992, ia bertemu Ir. Sendy Ramania Wurandani yang kemudian dipacarinya. Sendy saat itu menjadi Mayorette/Field commander dari Drum Band Tarakanita. Setelah menjalin kasih selama 7 tahun, mereka akhirnya sepakat untuk menikah di tahun 1999. Dari pernikahannya, pasangan berbahagia itu kemudian dikaruniai dua orang anak, Alifiya Arkana Paramita (Lifi) dan Kaneishia Lathifa Zahra (Neishia).

Kecintaan Dede pada seni bela diri kemudian mendorongnya untuk menjadi bintang laga seperti Bruce Lee atau Chuck Norris. Darah seni dari ibunya rupanya juga mengalir pada dirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Dede getol mengikuti berbagai casting. Di awal karirnya, ia hanya kebagian peran figuran di sejumlah film-film laga yang dibintangi aktor-aktor laga terkenal, seperti Barry Prima, George Rudy, dan Advent Bangun. Bahkan demi memuluskan karirnya di dunia seni peran, pada tahun 1988, Dede bahkan rela meninggalkan kuliahnya di Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti.

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya Dede mulai mendapat peran penting dalam sebuah film besutan Nasri Cheppy, Catatan Si Boy. Meski bukan bertema laga, film yang digarap pada tahun 1986 itu menandai debut pertamanya sebagai aktor. Di film tersebut, Dede berperan sebagai Kendi sahabat Boy yang diperankan Onky Alexander dan Emon yang diperankan Didi Petet. Meski berperan sebagai aktor pembantu, akting Dede dalam film remaja itu mulai menarik perhatian masyarakat.

Sejak saat itu, wajahnya semakin sering muncul di layar kaca. Dari film, Dede kemudian membintangi sejumlah serial televisi, seperti Jendela Rumah Kita yang pernah ditayangkan di TVRI di tahun 90-an. Serial tersebut sangat digandrungi pemirsa hingga mampu bertahan selama 4 tahun. Selain dikenal sebagai aktor, mantan foto model ini juga dikenal sebagai presenter, produser dan sutradara handal. Bahkan Piala Vidia Madya-FFI 1994 pernah dikoleksinya berkat cerita serial Sepeda Anak Pak Uztad yang disutradarainya.

Kemudian Dede kembali membintangi sejumlah film, seperti Badut-Badut Kota (1993), Badai Laut Selatan (1991), Perwira dan Ksatria (1990), Catatan Si Boy 2, dan Biarkan Aku Cemburu (1988). Kesempatan untuk membintangi film laga baru datang di tahun 2000, saat itu Dede bermain dalam film laga berjudul Reinkarnasi. Film tersebut bahkan dinobatkan sebagai film laga Terpuji dalam Festival Film Bandung 2000. Film-film laga lain yang dibintanginya adalah Sapu Jagad (2000), Jalan Makin Membara (1996), dan Jalan Membara (1994).

Selain berakting, Dede masih menyimpan bakat lain, yakni memandu acara. Pada tahun 1992, ia mendapat tawaran dari Ani Sumadi untuk menjadi presenter kuis “Tak Tik Boom”. Kuis yang menambah wawasan para pemirsa televisi itu sempat bertahan di papan atas rating televisi selama 6 tahun (1992-1998). Seiring dengan popularitasnya yang kian beranjak naik, aktor peraih Piala Vidia Madya-FFI 1994 ini juga semakin kebanjiran tawaran untuk tampil dalam sejumlah iklan komersil, seperti Tira Jeans, Homy Ped, Bosowa Motor, Green Sands, dan Bodrex. Bahkan Dede telah menjadi bintang iklan Bodrex selama 14 tahun.

Sepanjang perjalanan karirnya, Dede juga terlibat aktif dalam berbagai organisasi. Seperti saat menjadi aktor, ia tak hanya beraksi di depan kamera namun juga terlibat dalam kepengurusan organisasi perfilman yang menaunginya. Saat itu Dede sempat maju sebagai kandidat Ketua Umum PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) namun kalah dari pesaingnya, Sys NS. Pasca-kekalahan itu, Dede tetap terlibat di kepegurusan PARFI sebagai Sekjen, tapi jabatan itu hanya sementara diembannya. Seiring kesibukannya untuk syuting, Dede akhirnya meletakkan jabatan itu. Sebelum keterlibatannya di PARFI, Dede juga pernah bergabung dengan organisasi Kosgoro pada tahun 1992 sebagai salah satu pengurus pusat.

Dari PARFI, Dede mulai merambah ke organisasi politik. Pada pemilu 2004, ia mendaftar sebagai calon legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN) dari daerah pemilihan Jabar IX (Kuningan-Ciamis-Banjar). Dede kemudian terpilih sebagai anggota legislatif untuk masa jabatan 2004-2009. Di DPR, ia duduk di Komisi VII yang membidangi Energi, Lingkungan Hidup, Minyak, Gas serta Ristek. Menurut Dede, tawaran masuk menjadi caleg dari PAN tidak diterimanya dengan serta-merta. Meski dirinya pengagum dan simpatisan H.M. Amien Rais, Ketua Umum PAN saat itu, Dede meminta pihak PAN membuat surat permohonan resmi lewat surat.

Di tengah masa kerjanya sebagai anggota dewan, tepatnya pada tahun 2008, ia ikut dalam pemilukada Jawa Barat yang kemudian dimenangkannya bersama pasangannya, Ahmad Heryawan. Sejak memenangkan pilkada itu, Dede resmi terpilih sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013.

Mengenai keikutsertaannya dalam kancah politik bukan lantaran ia latah mengikuti banyak artis yang ikut berpolitik, namun karena kesadarannya bahwa sudah waktunya bagi Dede untuk berbakti kepada negara.

Sementara itu, pendidikannya yang sempat terbengkalai tahun 1988, kembali dilanjutkannya, namun tidak lagi di Universitas Trisakti. Pada tahun 2005, saat ia sudah duduk sebagai anggota DPR (2004-2009), Dede mendaftar di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah (UMJ) Jakarta. Sesudah dua tahun menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede akhirnya resmi menyandang gelar Sarjana Teknik. Ia diwisuda pada 24 April 2010 bersama 436 mahasiswa lainnya di Gedung FKK UMJ Jalan KH Akhmad Dahlan, Cireundeu Ciputat, Tangerang.

Dede menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1)-nya dengan skripsi berjudul Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Budaya, dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,23.

Dalam acara wisuda, Dede Yusuf datang bersama istrinya dan beberapa staf Pemprov Jawa Barat. Ia mengaku sangat bahagia bisa menyelesaikan pendidikan S1 yang sempat terhenti hingga 22 tahun lamanya. Selain itu, ia juga bangga bisa menjadi bagian dari Universitas Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Rektor UMJ Dr Hj Masyitoh, MAg berharap agar Dede Yusuf dapat terus meningkatkan pendidikannya ke jenjang S2.

Harapan tersebut nyatanya benar-benar diwujudkan Dede. Tak lama setelah wisuda sarjananya, Dede Yusuf langsung mengambil pendidikan program pasca-sarjana strata dua (S2) Jurusan Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran (FISIP Unpad).

Dalam sambutannya, di sela-sela acara penerimaan mahasiswa baru FISIP Unpad 2010/2011 di kampus Unpad Jatinangor, Rabu 18 Agustus 2010, Dede meminta agar mahasiswa baru menempuh pendidikan dengan sungguh-sungguh. “Banyak yang ingin masuk ke Unpad, tahun ini sekitar 1.200 lebih mahasiswa baru yang diterima. Karena itu, manfaatkan dengan baik,” imbuh politikus PAN ini. eti | hs-muli

Data Singkat
Dede Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Barat (2008-2013) / Aktor Laga yang Jadi Birokrat | Direktori | Pejabat, Pemda, aktor, ganteng, birokrat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini