Mengukir Prestasi di Ganda Putra
Markis Kido
[DIREKTORI] Pengagum Thierry Henry ini dikenal sebagai pebulu tangkis andalan dan kebanggaan Indonesia yang sering meraih juara ganda putra pada berbagai kejuaraan. Bersama rekannya, ia pernah menduduki peringkat pertama dunia IBF untuk ganda putra dan medali emas di Asian Games 2010 Guangzhou, China.
Putra pasangan Djumharbey Anwar (alm) dan Yul Asteria Zakaria ini mengaku sejak kecil sudah menyukai olahraga bulutangkis. Dalam keluarganya pun, bukan hanya ia yang menjalani profesi sebagai pebulutangkis tapi juga diikuti dua orang adiknya, yakni Bona Septano dan Pia Zebadiah Bernadet. Keduanya merupakan penghuni pelatnas Cipayung. Bona adalah pemain ganda putra yang berpasangan dengan M. Akhsan sedangkan adiknya Pia adalah pemain tunggal putri andalan Indonesia.
Sedangkan Kido, begitu ia biasa disapa, adalah pemain ganda putra yang berpasangan dengan Hendra Setiawan. Kiprah keduanya di dunia bulutangkis terbilang luar biasa karena berhasil menduduki peringkat pertama dunia IBF untuk ganda putra.
Pasangan Markis-Hendra merupakan andalan Indonesia setelah pasangan Chandra Wijaya dan Sigit Budiarto memutuskan untuk gantung raket serta meredupnya prestasi pasangan Luluk Hadianto dan Alvent Yulianto Chandra.
Bersama Hendra, Kido menyabet gelar Juara dunia tahun 2007 serta meraih medali emas pertama untuk Indonesia di Olimpiade Beijing 2008 untuk cabang bulutangkis ganda putra. Di partai final yang berlangsung pada 16 Agustus 2008 itu, mereka berhasil menaklukkan pasangan RRC Cai Yun/Fu Haifeng melalui pertarungan sengit 3 set dengan skor 12-21, 21-11, 21-16. Namun, pada Thomas dan Uber Cup di tahun 2010, Kido dan Hendra tidak mampu menaklukan pemain ganda putra terbaik China itu.
Meski demikian, keduanya telah memberikan kontribusi yang amat berharga di tengah lesunya prestasi para pebulu tangkis yang berkutat di Pelatnas Cipayung. Markis Kido bersama pasangannya Hendra Setiawan sudah banyak mengharumkan nama Indonesia di dunia bulu tangkis dengan beragam torehan gelar yang berhasil mereka raih. Mulai dari Kejuaraan Dunia, Olimpiade, turnamen di Super Series, hingga terakhir mempersembahkan medali emas di Asian Games 2010 Guangzhou, China. Untuk yang terakhir ini, Kido bersama pasangan setianya sukses mempertahankan tradisi medali emas bagi Indonesia di cabang olah raga tepok bulu angsa itu.
Kendati sudah tidak berada dalam lingkaran pelatihan nasional lagi, pemuda kelahiran Jakarta, 11 Agustus 1984 ini bertanding seolah tanpa pamrih. Meskipun berstatus sebagai atlet non-Pelatnas namun Kido tetap berusaha menjaga nama Indonesia.
Jika impiannya untuk menjadi seorang pebulutangkis yang disegani lawan sudah berhasil diraihnya, namun keinginan untuk bisa bertemu dengan idolanya masih terpendam hingga kini. Salah satunya adalah bertemu dengan idolanya, Thierry Henry.
Sejak kecil, Kido memang mengidolakan pesepakbola asal Perancis itu. Maka, setiap ada kesempatan, ia berusaha menyaksikan aksi jagoan kesayangannya saat berlaga di lapangan hijau dari layar televisi.
Saking tergila-gila pada Henry, pada usia 13 tahun, Kido mengaku selalu berusaha mendapatkan poster terbaru dari striker berkepala plontos itu. Jika sudah dapat, dia akan menempelkan di dinding kamar hingga jumlahnya tak lagi terhitung. “Waktu itu, saya sering kali mengkliping tulisan atau foto Henry. Saya kumpulkan dengan rapi. Pokoknya, Henry adalah idola saya di dunia sepak bola,” ucap Kido.
Awal Kido mengidolakan Henry bermula saat sering menyaksikan Arsenal tampil di Liga Inggris. Dia kagum melihat gerakan Henry yang seolah bermain seorang diri di klub asal London Utara itu. “Karena suka dengan aksi Henry, makanya saya menjadikan Arsenal sebagai klub favorit saya. Walaupun sekarang Henry sudah tak lagi ada di sana, saya tetap mendukung mereka,” ujar dia.
Sebagai pebulu tangkis yang kerap berkeliling dunia untuk mengikuti pertandingan, Kido mengaku pernah memiliki kesempatan bertemu idolanya itu, yakni ketika tampil di turnamen bulu tangkis tertua di dunia, All England. Namun kesempatan itu selalu kandas, karena jarak yang jauh dari Birmingham ke pusat kota London. Alhasil, niat Kido untuk dapat menyaksikan aksi Henry secara langsung di The Emirates Stadium selalu gagal. Kekaguman Kido tak hanya ketika Henry memperkuat Arsenal, tetapi juga saat mantan pemain Juventus itu tampil bersama tim nasional Prancis.
Alasannya jelas, di skuad “Les Bleus” Henry tetap menjaga kesuburannya sebagai mesin gol. Seperti di Arsenal, di tubuh timnas Prancis ini, Henry juga mencatatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa, mengalahkan nama besar legenda Prancis seperti Michel Platini atau Zinedine Zidane. Sayang, saat ini idola Kido tak lagi ada di pentas sepak bola Eropa.
Selain berkeinginan bertemu dengan Henry, Kido masih memiliki impian lain yang ingin dia wujudkan, yakni menimba ilmu di bangku kuliah. Ia berharap saat tak lagi menjadi pebulu tangkis, dirinya memiliki bekal untuk masa depan. “Ingin sekali untuk kuliah. Tetapi belum tahu kapan, habis susah membagi waktu. Kalau pun kuliah, cari yang mudah saja,” ujar Kido sambil tersenyum. Menilik ke masa lalu, bundanya Kido memang pernah mendambakan buah hatinya itu menjadi seorang sarjana, terutama di bidang hukum. “Awalnya kami ragu ketika memilihkan Kido untuk menceburkan diri sepenuhnya di dunia bulu tangkis. Karena di angan-angan kami, harapannya, Kido menjadi seorang sarjana hukum,” ucap Yul.
Satu keinginan Kido lainnya, tentu saja adalah menikah. Rencananya, Juli 2011 Kido akan melangsungkan pernikahan dengan pebulu tangkis Rika Sari, keponakan mantan pebulu tangkis nasional, Joko Suprianto. Gadis yang telah dipacarinya selama sembilan tahun itu bukan orang baru di bulutangkis. Dia pernah masuk Pelatnas Cipayung bersama Adrianti Firdasari dkk. Kini perempuan kelahiran tahun 1985 itu melatih di klub Purnama Solo. e-ti | muli, red