
[SELEBRITI] Dari tahun 1970-an hingga 1980-an, Widyawati berjaya sebagai aktris papan atas yang kerap berakting dalam film-film arahan sutradara ternama. Hingga usianya yang berkepala enam pun, peraih Piala Citra FFI 1987 ini tetap eksis membintangi sejumlah film dan sinetron.
Widyawati merintis karirnya di dunia film sejak usia 17 tahun. Film yang pertama kali dibintanginya berjudul Piso Komando yang rilis tahun 1967. Dua tahun kemudian, ia berakting dalam film besutan sutradara Asrul Sani yang berjudul Apa Yang Kau Tjari, Palupi?.
Namanya baru mulai mencuri perhatian saat bermain sebagai Yuli dalam film Pengantin Remaja di tahun 1971. Di film garapan sutradara Wim Umboh itu pula ia dipertemukan dengan sang pujaan hati yang kemudian menjadi suaminya, aktor Sophan Sophiaan yang berperan sebagai Romi.
Tak butuh waktu lama bagi pasangan itu untuk memutuskan melangkah ke jenjang yang lebih serius. Pada 9 Juli 1972, keduanya pun mengucap janji sehidup semati di Masjid Al-Azhar. Kebahagiaan mereka semakin lengkap dengan kehadiran Roma dan Romi, buah cinta Widyawati dan Sophan.
Setelah menikah, karirnya sebagai aktris semakin meroket, puluhan judul film berhasil dibintanginya. Yang lebih membanggakan, ia berkesempatan untuk menunjukkan kebolehannya dalam berakting dalam film-film yang digarap para sutradara ternama. Selain Asrul Sani dan Wim Umboh, Widyawati juga pernah bermain dalam film arahan Motinggo Busye dan Ratno Timoer, serta suaminya sendiri, Sophan Sophiaan yang sejak medio tahun 70-an melebarkan sayapnya menjadi sutradara.
Meski begitu, ia tetap selektif dalam memilih peran, karena baginya berakting tak hanya sekadar profesi namun bisa juga sebagai pembentuk image si artis itu sendiri di tengah masyarakat. Misalnya saat dirinya mendapatkan tawaran bermain dalam sebuah film, ia terpaksa menolaknya hanya gara-gara dirinya harus berperan merokok dan minum (minuman keras) dalam film tersebut. Walau hanya berakting namun Widyawati menolak sebagai wujud komitmennya. Ia mengaku, telah menjadi perokok sejak usia 20-an namun kebiasaan buruk itu dihentikannya setelah menikah dengan Sophan.
Widyawati pernah menyabet Piala Citra sebagai Aktris Terbaik berkat aktingnya di film Arini, Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat. Penghargaan tertinggi bagi insan perfilman Tanah Air itu diraihnya pada tahun 1987. Setelah itu namanya juga berkali-kali masuk dalam daftar nominasi FFI (Festival Film Indonesia), lewat beberapa judul film diantaranya, Buah Hati Mama, Amalia S.H, Suami dan Sesaat Dalam Pelukan.
Selain berakting, ia juga sempat menekuni dunia tarik suara dan merilis sejumlah album rekaman yang masing-masing berjudul Potret Kekasih, Esok Malam Kujelang, dan Kunang-Kunang.
Widyawati pernah menyabet Piala Citra sebagai Aktris Terbaik berkat aktingnya di film Arini, Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat. Penghargaan tertinggi bagi insan perfilman Tanah Air itu diraihnya pada tahun 1987. Setelah itu namanya juga berkali-kali masuk dalam daftar nominasi FFI (Festival Film Indonesia), lewat beberapa judul film diantaranya, Buah Hati Mama, Amalia S.H, Suami dan Sesaat Dalam Pelukan.
Pada tahun 2008, ia kembali dipasangkan dengan Sophan Sophiaan dalam film berjudul Love, sebuah film yang mengangkat tema cinta dari berbagai karakter dengan beragam latar belakang.
Sayangnya kebahagiaan Widyawati dan Sophan Sophiaan harus berakhir. Sophan Sophiaan meninggal dunia akibat kecelakaan motor pada 17 Mei 2008. Saat itu ia bersama rombongan “Touring Merah Putih” melakukan perjalanan untuk memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional.
Ia merasa sangat beruntung memiliki almarhum suami yang sangat pengertian. Semasa hidup, Widya mengenang sang suami sebagai sosok yang sayang dengan keluarga. “Alhamdulillah saya punya suami Sophan Sophiaan. Orangnya begitu perhatian pada saya. Kalau saya sakit dia yang kerepotan dia ga mau lihat saya sakit, banyak lah hal kecil yang buat saya berat dia perhatiannya sangat luar biasa,” katanya seperti dikutip dari situs kapanlagi.com.
Tapi jangan tanya soal keinginan Widya untuk menikah lagi karena baginya tak ada yang bisa menggantikan posisi Sophan di hatinya. Bahkan saking cintanya pada almarhum sang suami, Widya mengatakan bahwa tak ada laki-laki yang mampu menyaingi kebaikan Sophan. Pendek kata, ia tak bisa ke lain hati.
Setelah kepergian Sophan, Widya mulai membiasakan diri hidup tanpa seorang pendamping. Meski dilanda kepedihan mendalam, sebisa mungkin ia tetap menjalani hidupnya dengan tabah dan terus berkarya. Meski sudah tak muda lagi, ia bertekad tidak akan pernah berhenti berakting lantaran menurutnya tidak ada pensiun di dunia akting. “Saya gak bisa pensiun karena dalam dunia akting itu gak ada yang namanya pensiun, mungkin kalau peran makin berkurang, iya. Soalnya kan kita semakin tua. Lain dengan Amerika, mereka yang makin tua malah tetap pegang peran,” terangnya.
Selain tampil dalam beberapa judul sinetron, namanya juga sering dipasang dalam sejumlah film layar lebar, salah satunya Perempuan Berkalung Sorban. Berkat film arahan Hanung Bramantyo itu, ia berhasil memenangkan penghargaan Asia Pacifik Film Festival 2009 di Taiwan sebagai artis pendukung terbaik. Kemenangan Widyawati pada Asia Pacifik Film Festival yang ke-53 tersebut, seakan menjadi kado terindah untuk perjalanan karirnya di tahun 2009. Sebab di tahun yang sama, Widyawati sudah berkali-kali mendapat banyak penghargaan untuk kualitas aktingnya. Selain di Asia Pacifik Film Festival, film yang menampilkan Revalina S Temat sebagai bintang utamanya itu, juga mendapat penghargaan di ajang Festival Film Bandung serta mengantar Widyawati masuk dalam nominasi pemeran pendukung terbaik dalam FFI 2009.
Di samping kemampuan aktingnya, penghargaan juga dianugerahkan sebagai apresiasi atas usahanya dalam merawat kecantikan. Seperti di tahun 2008, ia mendapat penghargaan Lifetime Achievement dari Johnny Andrean karena penampilannya yaang selalu memukau. Di usia yang telah mencapai kepala enam, Widyawati masih terlihat cantik dan awet muda. Meski telah lanjut usia, ia tak malu untuk merawat diri di salon. Di samping itu, sejak kecil ia juga menuruti anjuran neneknya agar rajin meminum jamu dan mengkonsumsi vitamin serta sayur-sayuran.
Berkat ketekunannya menjaga kecantikan, Widyawati sering didaulat menjadi ikon atau bintang iklan beberapa produk kosmetik. Meski begitu, ia tetap menekankan bahwa yang terpenting dari seorang wanita adalah kecantikan yang datangnya dari dalam. eti | muli, red