
[SELEBRITI] Tohpati seorang musisi yang memiliki misi membawa musik tadisional agar lebih futuristik. Untuk mewujudkan misi tersebut, gitaris profesional ini memuat lebih banyak musik-musik tradisional Indonesia dalam karyanya. Ia juga dinilai berpotensi menjadi ikon jazz Indonesia.
Nama Tohpati dikenal sebagai salah satu gitaris jazz terbaik di Tanah Air. Di masa kecilnya ia sebenarnya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang gitaris, meskipun sejak kelas 5 SD hingga 2 SMP ia diikutkan oleh orang tuanya untuk les gitar.
Dari segi aliran musik, sebelum menekuni jazz, Tohpati lebih dulu memainkan musik rock. Ia misalnya memainkan lagu Deep Purple, Genesis, Led Zeppelin, Yes dan Saga.
Sebelum akrab dengan gitar, instrumen musik yang pertama kali dikenal Tohpati adalah piano. Yang memicu putra bungsu pasangan Ir. Harnoko H dan Siti Werdhi Harini ini mempelajari gitar adalah ketika ia mendapat sebuah gitar dari pamannya. Orang tuanya, terutama ayahnya yang amat mendukung pilihannya itu semakin memantapkan hati Tohpati terjun pada jalur musik, khususnya gitar.
Di usianya yang baru menginjak 14 tahun, ia bahkan pernah menyabet gelar sebagai Gitaris Terbaik pada Festival Band se-DKI. Kemudian pada usia 18 tahun, persisnya pada tahun 1989, ia juga terpilih menjadi Gitaris Terbaik Festival Band se-Jawa. Di tahun yang sama, ia juga menyabet gelar Gitaris Terbaik pada Yamaha Band Explosion tingkat Nasional.
Soal grup band, di usia 15 tahun ia sudah bergabung dengan Splash Band, yang sebagian personelnya adalah musisi-musisi senior. Setelah itu, Tohpati banyak mengisi acara musik di TVRI bersama grup Didi AGP. Kesempatan untuk mengembangkan karir semakin besar saat ia menimba ilmu pada Donny Suhendra (gitaris Java Jazz). Dari sana ia kemudian berkenalan dan berguru pada Indra Lesmana, kiprahnya dalam musik jazz pun semakin menjadi-jadi.
Untuk menyalurkan hobi sekaligus mengasah kemampuan bermusiknya, di masa remajanya pria kelahiran Jakarta, 25 Juli 1971 ini sering mengikuti festival musik.
Akhir tahun 1980-an Tohpati membentuk grup band Halmahera. Band ini pernah menggantikan Karimata sebagai homeband di acara Gita Remaja TVRI. Kemudian di tahun 1993 ia bersama Riza Arshad, Arie Ayunir dan Indro Hardjodikoro bergabung dengan Simak Dialog. Dalam perjalanan karirnya, di antara tiga nama di atas, Indro Hardjodikoro merupakan teman Tohpati yang paling sering bermain bersama. Bersama Simak Dialog, 3 buah album sempat dirilis Tohpati. Ketiga album tersebut yakni Lukisan, Baur, dan Trance/Mission.
Setelah sukses berkolaborasi dengan Simak Dialog, Tohpati kemudian bergabung dengan Ethnomission. Bersama grup itu, satu buah album berjudul Save the Planet berhasil ditelurkannya. Jika Simak Dialog kental dengan musik jazznya, Ethnomission lebih memadukan rock dengan musik etnik dan fusion jazz. Menurut Tohpati, grup yang terdiri dari Indro Hardjodikoro (bas), Endang Ramdhan (kendang), Diki Suwarjiki (suling tradisional), dan Demas Narawangsa (drum) merupakan proyek pribadi yang lepas dari industri rekaman. Di Ethnomission, Tohpati mengaku mampu bermain lebih lepas dan lebih mampu berkreasi.
Tahun 1998, Tohpati merilis album solo perdananya. Dalam album yang berjudul sama dengan namanya itu, ia menampilkan beberapa penyanyi seperti Shakila dan Glenn Fredly. Nama kedua penyanyi itu sebelumnya baru mulai meroket saat berkiprah bersama grup Funk Section dan merilis video klip lagu berjudul Lukisan Pagi yang dibawakan bersama Shakila. Lagu tersebut sangat populer dan menjadi jawara di beberapa tangga lagu di Tanah Air.
Empat tahun berselang, Tohpati merilis album keduanya, Serampang Samba. Berbeda dengan album sebelumnya, albumnya kali ini lebih banyak menyajikan hits-hits instrumental. Dari sekian banyak lagu, ia pun hanya merilis video klip lagu Jejak Langkah Yang Kau Tinggal yang dibawakan bersama Glenn Fredly. Serampang Samba juga memuat lebih banyak musik-musik tradisional Indonesia dengan saratnya permainan gitar akustik dan elemen-elemen musik Bali. Bisa dibilang album ini lebih idealis dari album sebelumnya.
Tohpati memang dikenal sebagai musisi yang memiliki visi mempopulerkan musik tradisional agar lebih mendunia. “Saya memunyai misi membawa musik tadisional lebih futuristik,” ungkap Tohpati. Di tahun 2008, Tohpati merilis album solo terakhirnya yang diberi judul Its Time.
Selain sibuk dengan karir solo maupun kolaborasinya, Tohpati juga membantu rekaman penyanyi Tanah Air papan atas seperti Diva Pop Krisdayanti, Rossa, hingga mendiang Chrisye.
Tohpati berharap genre musik yang dibawakannya dapat diterima masyarakat. “Dengan adanya genre musik yang kami mainkan, masyarakat akan lebih terbuka wawasannya, bahwa sebenarnya musik itu bukan yang itu-itu saja tapi sangat beragam bentuknya,” ungkapnya.
Di bulan November 2010, Tohpati mengaransemen ulang lagu-lagu karya musisi ternama Rinto Harahap dalam album album “The Masterpiece of Rinto Harahap with Tohpati”. Diakuinya, proyek tersebut memiliki tantangan tersendiri, pasalnya ia harus mengkonsep musik itu menjadi lebih segar dan tidak membosankan. “Tantangannya adalah dalam satu album ini semua lagu harus saya bikin lagu fresh, jadi jangan sampai boring dengan aransemen yang datar karena basicnya lagu Rinto Harahap ini progresif kordnya sempit,” ujar pria berkacamata itu.
Selain itu, ia juga dihadapkan pada dilema apabila nanti dibuat lebih modern, ia takut pendengar lama dari Rinto Harahap marah, namun jika disesuaikan dengan aransemen lama takut dibilang kuno. Gitaris handal ini ingin musik aransemennya bisa merangkul pendengar muda dan tua sekaligus.
“Karena kalo saya bikin terlalu modern nanti pendengar dia (Rinto Harahap-red) yang lama marah tapi kalo diangkat sesuai aransemen yang lama dibilang kuno. Jadi tantangannya ya itu supaya seimbang dan masuk ke semua kalangan dari yang muda sampai tua,” tandasnya.
Dengan musikalitasnya yang mumpuni serta segudang pengalaman yang dimilikinya, tak mengherankan jika banyak pihak memprediksi kalau ia akan menjadi ikon jazz masa depan di samping Indra Lesmana dan Indro Harjodikoro. e-ti | muli, red