
[SELEBRITI] Eksistensinya sebagai musisi menguat di tahun 90-an bersama KLA Project. Sejumlah lagu hits ciptaannya hingga kini tetap enak didengar diantaranya Dinda Dimana, Terpurukku Disini dan Yogyakarta. Lirik yang filosofis, estetis dan romantis menjadi ciri khasnya dalam mencipta lagu.
Putra ke tiga dari pasangan AR. Djuano dan Agnes Sumarsih ini lahir di Magelang, Jawa Tengah, 14 Juni 1966 dengan nama Ignatius Bagaskoro Katon. Di usia yang masih belia, Katon sudah memperlihatkan minatnya yang besar untuk mempelajari dunia sastra khususnya puisi. Semangat belajar Katon semakin bertambah dengan dukungan dari ibundanya.
Berawal dari puisi, Katon mulai hobi merangkai kata hingga akhirnya tercipta menjadi sebuah lagu. Kegiatannya menciptakan lagu itu berawal dari rasa penasarannya di masa kecil: mengapa banyak penyanyi cilik seusianya yang sering ia lihat di televisi menyanyikan lagu hasil ciptaan orang lain. Dari situlah kemudian Katon mulai produktif menciptakan lagu.
Lagu ciptaannya yang pertama didedikasikan untuk almarhum kakeknya. Dengan bantuan sebuah piano kayu kecil, Katon menciptakan lagu tersebut untuk mengenang kebersamaan yang pernah ada di antara mereka. Dari piano, Katon mulai mencoba mencipta lagu dengan menggunakan gitar. Di bawah bimbingan sang kakak yang juga berprofesi sebagai musisi, Katon mulai mempelajari cara bermain gitar yang baik. Setelah mulai menguasai alat musik petik tersebut, Katon mulai berlatih mencipta lagu dengan gitarnya.
Di awal perjalanannya dalam menulis lagu, Katon banyak berkiblat pada gaya musisi senior, baik dalam maupun luar negeri. Mulai dari Ebiet G. Ade, Fariz R.M, Koes Plus sampai The Beatles. Tokoh-tokoh musik ternama itu memberikan andil pada terbentuknya karakter musik seorang Katon Bagaskara. Meski demikian, hal tersebut bukan berarti membuat Katon sebagai musisi plagiat yang hanya bisa menjiplak ‘gaya’ musisi lain secara mentah-mentah.
Ia baru benar-benar menemukan ciri khasnya sendiri saat menginjak bangku SMA. Yang dimaksud ciri khas Katon adalah lirik yang filosofis, estetis dan romantis. Gayanya yang puitis sedikit banyak dipengaruhi dengan kedekatan Katon pada puisi sejak kecil. Untuk menimbulkan kesan puitis, Katon jarang menggunakan kalimat-kalimat bersayap pada lirik-lirik lagu yang diciptakannya. Kebanyakan ia menggunakan kata-kata sederhana yang lugas namun menyiratkan kadar estetika dan makna yang mendalam. Inilah yang menjadi kekuatan sekaligus jati diri Katon sebagai seorang pencipta lagu.
Meski sadar akan kemampuannya dalam bidang musik, Katon tak lantas langsung memutuskan pilihan hidupnya untuk berkarir sebagai musisi. Sejak kecil Katon bercita-cita menjadi seorang diplomat, tapi sayang keinginannya itu tak dapat terlaksana karena keadaan yang memaksanya untuk bekerja. Ia kemudian mencoba untuk melamar pekerjaan hingga akhirnya pada tahun 1987 ia diterima bekerja sebagai pramugara di perusahaan penerbangan Garuda.
Kesibukannya sebagai pramugara tak serta merta membuat jiwa seni yang dimilikinya sejak kecil terkubur begitu saja. Hingga pada suatu hari, Katon mulai meneruskan hobi bermusiknya yang sempat ditinggalkan. Dengan menggandeng tiga orang rekannya Lilo, Adi dan Ari, Katon membentuk sebuah kelompok musik yang kemudian diberi nama KLa Project. Kata KLA merujuk pada inisial nama masing-masing personilnya.
Setelah dirasa cukup solid, grup musik itu akhirnya membuat demo rekaman. Demo yang dibuat dengan modal uang tabungan ala kadarnya itu nyatanya diterima oleh produser. Dari situlah sejarahnya singel lagu Tentang Kita milik Kla Project berasal. Lagu yang dimuat dalam album 10 Bintang Nusantara pada tahun 1988 itu banyak digemari masyarakat pecinta musik tanah air.
Sejak kesuksesan debut singel mereka itu, nama Kla Project mulai berkibar. Walaupun warna musik yang mereka usung kala itu terbilang cukup baru dan berbeda namun justru di situlah keunikan Kla. Kehadiran grup tersebut memberi warna bagi khazanah musik Indonesia, terlebih saat musik pop cengeng dan irama cadas khas musik rock tengah membahana di seantero jagad.
Seiring dengan ketenaran yang telah direngkuh KLa Project, tawaran manggung hingga ke luar kota mulai berdatangan. Hal tersebut tentu saja berimbas pada karirnya sebagai pramugara. Saat kesibukan bermusiknya sudah tak dapat dibendung lagi, Katon akhirnya memutuskan untuk memilih musik sebagai jalan hidupnya. Alasannya sederhana saja, ia lebih mencintai karir sebagai musisi, meskipun karirnya sebagai pramugara cukup menjanjikan untuk memenuhi segala kebutuhan materi. Pilihannya tak meleset, setelah mengundurkan diri dari Garuda, Katon semakin fokus berkarya dengan Kla Project, namanya pun semakin terkenal.
Sejak kesuksesan debut singel mereka itu, nama Kla Project mulai berkibar. Walaupun warna musik yang mereka usung kala itu terbilang cukup baru dan berbeda namun justru di situlah keunikan Kla. Kehadiran grup tersebut memberi warna bagi khazanah musik Indonesia, terlebih saat musik pop cengeng dan irama cadas khas musik rock tengah membahana di seantero jagad.
Popularitas Katon Bagaskara mulai dilirik orang-orang di luar industri musik, salah satunya produser sinetron yang kemudian menawarkan Katon untuk berperan dalam sebuah sinetron. Meski berakting merupakan hal yang belum pernah dijamah suami dari aktris Ira Wibowo itu sebelumnya, namun ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Selain ingin merasakan tantangan baru, Katon juga ingin mengetahui bagaimana para pekerja seni di bidang sinetron itu bekerja. Kendati dunia sinetron Indonesia juga tak kalah menjanjikan, Katon tetap menggeluti dunia musik yang sangat dicintainya.
Setelah berakting, ayah tiga anak ini kemudian melebarkan sayapnya di dunia musik dengan merambah ke belakang layar sebagai seorang produser. Penyanyi yang diproduserinya tak lain adalah Nugie, adik kandung Katon. Album-album Nugie yang diproduseri Katon masing-masing bertajuk Bumi, Air dan Udara. Selain menjadi produser bagi adik sendiri, Katon juga pernah menjadi penata vokal dan menciptakan lagu untuk dibawakan penyanyi lain.
Sepanjang karirnya bersama KLa Project, Katon telah menghasilkan sedikitnya sepuluh buah album. Jumlah itu belum termasuk dua buah album kompilasi lagu-lagu terbaik mereka. Album-album tersebut telah banyak melahirkan prestasi, mulai dari BASF Award, hingga Video Musik Indonesia. Di antara sekian banyak karya Kla Project, ada satu lagu yang paling dibanggakan Katon secara pribadi, yakni Yogyakarta. Pasalnya lagu tersebut mendapatkan penghargaan dari Sri Sultan Hamengkubowono X.
Selain proyek menyanyi dalam grup bersama Kla Project, Katon juga tampil secara solo. Kiprahnya sebagai solois kemudian berhasil menelurkan sepuluh buah album, serta dua singel.
Selain merekam suaranya dalam album, Katon juga pernah membukukan puisi-puisinya yang diberi judul Bulan dibuai Awan pada tahun 1996. Buku tersebut merupakan sebagian dari lirik-lirik puitisnya yang dikemas dalam bentuk sebuah buku seni dengan ilustrasi bernuansa artistik dan estetis. eti | muli, red