Meniti Karir dari Festival Menyanyi
Harvey Malaihollo
[SELEBRITI] Bernyanyi bagi Harvey Malaihollo tak sekadar profesi tapi bagian dari hidup. Ketika hati gembira atau sedih, ia akan tetap bernyanyi.
Pria berdarah Ambon kelahiran 3 Mei 1962 ini menyanyi sejak umur 8 tahun karena diajak oleh sang kakek Bram Titaley alias Bram Aceh, seorang penyanyi keroncong dan hawaiian yang cukup legendaris. Harvey sering menjadi penyanyi pengganti untuk Titaley Sisters, kelompok vokal yang terdiri dari anak-anak keluarga Titaley, termasuk ibu Harvey.
Anak-cucu Titaley memang bisa menyanyi, tapi hanya Harvey yang menjalaninya secara profesional. Bayaran pertama diterima Harvey saat bernyanyi di RRI tahun 1975. Honor perdana itu langsung ia gunakan untuk membeli sepatu Bally, sebuah barang mahal untuk orang kebanyakan saat itu.
Keandalan nyanyi Harvey mulai tampak saat mengikuti kontes BRTV Remaja Tingkat DKI Jakarta tahun 1975. Menang di tingkat Jakarta, Harvey melaju ke BRTV Remaja tingkat nasional 1976 dan menang lagi. Ia berhasil mengalahkan R Kusnadi, awak Elfa’s singer dan Hemy Pesolima, adik Broery Pesolima. Boleh dibilang, pada awal kemunculannya, Harvey bersaing dengan Broery Marantika, Mergie Segers, Trio Bimbo, Dedy Damhudi dan Anna Mantovani.
Nama Harvey makin berkibar tatkala ia berjaya di berbagai festival. Tiga tahun berturut-turut ia menjadi Penyanyi Terbaik dalam Festival Lagu Populer 1986 (tingkat Jakarta) serta tingkat nasional tahun 1987 dan 1988. Gelar Penyanyi Terbaik pada ajang yang sama diraih tahun 1991.
Kiprah Harvey di mancanegara antara lain, meraih gelar Best Singer pada Golden Kite World Song Festival di Kuala Lumpur, Malaysia (1984) dan Penyanyi Terbaik pada World Populer Song Festival di Tokyo, Jepang (1986).
Tiga tahun berturut-turut ia menjadi Penyanyi Terbaik dalam Festival Lagu Populer 1986 (tingkat Jakarta) serta tingkat nasional tahun 1987 dan 1988. Gelar Penyanyi Terbaik pada ajang yang sama diraih tahun 1991.
Kefasihannya menyanyi membawa Harvey masuk ke dunia rekaman diawali dengan Musica Studio. Bersama Rafika Duri, juara 1 perempuan BRTV Remaja, dan dipandu A Riyanto sebagai penata musik, duet ini melahirkan lagu populer “Bisikan Mesra. Sebanyak 20 album berhasil dibuat Harvey.
Namun, dunia festival dan dunia rekaman ternyata memiliki ‘hukum’ yang berbeda. Harvey yang malang melintang di dunia festival ternyata kurang mengena dengan selera pasar. Harvey menyadari hal ini lalu berusaha sedikit kompromi dengan memakai strategi pasar tanpa harus menurunkan standar. Komprominya pada penggarapan musik saja agar berkenan di telinga pendengar. Misalnya dalam album Selamat Datang Cinta (2000), ia menyanyi dengan standar festival tapi aransemen lagu dibuat easy listening.
Usaha penyanyi yang pernah melantunkan suaranya pada upacara penutupan Sea Games ke-17 di Singapore ini, membuahkan hasil. Albumnya mulai diterima di pasaran, penggemarnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan di akhir tahun 2012 lalu, Harvey berkesempatan menggelar konser tunggal bertajuk “35 Tahun Berkarya Harvey Malaihollo-Tetaplah Bersamaku”. Dalam konser tunggal itu, Harvey melantunkan lagu dari kumpulan Harvey Greatest Songs, antara lain Terimakasih Cinta, Dara, Kisah Kehidupan, Kekasih, Di Ujung Rindu, Pengertian, Mau Tak Mau, Permata Hatiku, Bisikan Mesra, Selamat Datang Cinta, Masih Ada Asmara, Kusadari, Jerat, Seandainya Selalu Satu, Sesal, Aku Sadari, Kurindu, Gempita Di Dalam Dada, dan Dia.
Tawaran untuk menyanyi pun masih berdatangan. Misalnya, ia diundang ke Belanda untuk menghibur masyarakat Indonesia dan Belanda dalam ajang Pasar Malam Indonesia yang diadakan di Malieveld, di Den Haag, 20-24 Maret 2013. Dalam event yang diselenggarakan oleh KBRI di Belanda itu, Harvey membawakan delapan judul lagu antara lain Dara, Pelangi, Katakan Saja, dan Jerat. Harvey juga membawakan lagu nostalgia seperti Widuri dan Layu Sebelum Berkembang. Bio TokohIndonesia.com | dhe, red