Pelantun Badai Pasti Berlalu

[ Berlian Hutauruk ]
 
0
630
Berlian Hutauruk
Berlian Hutauruk | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Berlian Hutauruk mencuri perhatian publik lewat suara soprannya yang berkarakter ketika membawakan lagu Badai Pasti Berlalu pada tahun 1977. Meski lagu itu sudah sering dibawakan kembali oleh penyanyi lain, kedahsyatan suara Berlian tetap tidak tersaingi.

Penyanyi wanita berdarah Batak yang terkenal dengan suara soprannya ini lahir pada 11 Oktober 1957. Sebagai anak keturunan Tapanuli yang memang dikenal pandai menyanyi, musikalitas Berlian memang terbilang luar biasa. Pelajaran musiknya diperoleh sejak kecil dari Anette Franbach. Ia pernah tampil di TVRI Stasiun Pusat Jakarta bersama group sekolahnya (SD) mengisi acara Ayo Menyanyi (1968). Bakatnya kemudian disalurkan dengan aktif di paduan suara gereja, kemudian berguru pada pemusik-pemusik Batak yang berada di Jakarta.

Saat berusia 18 tahun tepatnya tahun 1975, ia mulai mengumpulkan sejumlah prestasi. Di ajang Festival Penyanyi Pop tingkat DKI Jakarta, ia berhasil menduduki posisi runner up, satu tingkat di bawah Margie Segers yang menjadi juara pertama. Kemudian pada Festival Penyanyi Pop Tingkat Nasional, Berlian harus cukup puas berada di posisi keempat setelah Melky Goeslaw, Margie Segers, dan Eddy Silitonga.

Selanjutnya pada tahun 1977, suara soprannya yang tinggi melengking khas penyanyi seriosa membuatnya terpilih sebagai pengisi vokal untuk album Badai Pasti Berlalu. Album yang digarap pemusik, wartawan, sekaligus politikus, Eros Djarot itu dipersiapkan untuk soundtrack film dengan judul yang sama. Kebetulan, dari segi struktur melodi, lirik, serta 11 lagu yang ada di album tersebut memang berbau klasik sehingga dinilai amat tepat untuk dibawakan Berlian Hutahuruk.

Pilihan Eros memang tidak meleset. Kedahsyatan suara Berlian dibalut dengan totalitas ekspresinya saat bernyanyi mampu menggetarkan siapa pun yang mendengar lagu tersebut. Maka jadilah album yang juga diisi suara merdu milik penyanyi Chrisye itu menjadi album sepanjang masa di Indonesia. Selain Badai Pasti Berlalu, Berlian juga menyanyi dua lagu lainnya yakni Matahari, Semusim, dan sebuah lagu yang dibawakan duet dengan Chrisye, Khayalku. Sejak saat itu, nama Berlian Hutauruk pun mulai dikenal masyarakat Indonesia. “Puji Tuhan, saya diberi kesempatan untuk terlibat di Badai Pasti Berlalu,” ujar Berlian.

Pada tahun 1979, Berlian merilis album solo perdananya yang diberi judul Balada Nyanyian Cinta dengan iringan Orkes Isnorman pimpinan Idris Sardi. Violis ternama itu pula yang mengaransemen seluruh lagu di album tersebut. Selain Idris Sardi, ada juga sejumlah musisi ternama yang turut andil dalam mengerjakan album yang diproduksi di bawah label Musica ini, antara lain Yudianto Hinupurwadi (Oboe dan flute), Kiboud Maulana (gitar), Ian Antono (gitar), Uce F. Tekol (bas), Didi Chia (piano elektrik), Jimmy Manoppo (drum), dan Rudy (french horn).

Setahun kemudian, masih di bawah naungan Musica, Berlian merilis album kedua yang bertajuk ‘Halo…’. Kali ini Berlian menggandeng musisi A. Riyanto untuk mengerjakan aransemen dan iringan musiknya. Album yang berisi 12 lagu itu juga melibatkan Tarida P Hutauruk, MN Chani, Is Haryanto, Joubliq, B. Hariadi, dan Hary van Hove sebagai pencipta lagu.

Masih di tahun yang sama, yakni 1980, namun dengan label perusahaan yang berbeda, Sky Record, Berlian kembali menelurkan album yang diberi titel Runtuhnya Keangkuhan. Gitaris ternama Tanah Air, Ian Antono didaulat untuk menggarap aransemen musiknya. Sama seperti di album sebelumnya, di album ketiganya ini, Berlian masih membawakan lagu-lagu karya Tarida P. Hutauruk, di luar nama-nama baru seperti Titiek Hamzah, Rinto Harahap, dan Hanny Tuheteru.

Saat berusia 18 tahun tepatnya tahun 1975, ia mulai mengumpulkan sejumlah prestasi. Di ajang Festival Penyanyi Pop tingkat DKI Jakarta, ia berhasil menduduki posisi runner up, satu tingkat di bawah Margie Segers yang menjadi juara pertama.

Pada tahun 1983, setelah tiga tahun tidak merilis album, Berlian kembali menyapa para penggemarnya dengan merilis album Satu II dan Yang Tua Yang Muda. Jika empat album terdahulunya ia mengusung aliran pop klasik, kali ini ia membuat gebrakan baru dengan membawakan lagu-lagu bernuansa dangdut dengan iringan musik dari Orkes Melayu Tralala pimpinan Chairul D’Lloyd.

Namun, sadar dangdut bukanlah aliran musik yang cocok dengan karakter suaranya, Berlian kembali mengusung lagu pop dan merekam suaranya dalam album solo keempatnya, Billy. Salah satu lagu di album ini, Di Sana Rindu Tercipta, merupakan ciptaan hits maker era 80-an, Pance Pondaag.

Advertisement

Selanjutnya, di tahun 1986, Berlian kembali hadir dengan album solo berjudul Sisa-sisa Kemesraan. Ia kembali mempercayakan aransemen musiknya pada Ian Antono. Album yang didistribusikan perusahaan rekaman BillBoard ini berisi sejumlah lagu diantaranya Balada Panggung Sandiwara, Kubongkar Teraliku, Gelora Jiwa, Kehidupan dan masih banyak lagi. Lagu-lagu tersebut merupakan ciptaan musisi ternama seperti Ully Sigar Rusady, Dodo Zakaria, Arthur Kaunang, dan Jockie Suryoprayogo.

Memasuki tahun 90-an, nama Berlian seakan tenggelam dengan semakin banyak bermunculannya penyanyi pendatang baru. Apalagi saat itu bisa dibilang merupakan masa kejayaan lagu-lagu pop melankolis.

Namun setelah sepuluh tahun lebih absen dari panggung musik Indonesia, Berlian sempat muncul di tahun 2002, bertepatan dengan peluncuran album rohaninya yang berjudul Yesusku Juru Selamatku. Album solo rohani Berlian Hutauruk ini digarap oleh penata musik Yongki D. Ramlan, Johanes Purba, dan Utje F. Tekol dan diterbitkan oleh Soli Deo. Sementara untuk lagu-lagu yang terdapat di album ini, Berlian tak hanya membawakan lagu berbahasa Indonesia tapi juga Inggris (Power of Love) dan Jepang (Yeshua Hamashia).

Dengan merilis album rohani, Berlian ingin menggunakan bakat yang telah dianugerahkan padanya untuk memuji nama Tuhan serta mengajak orang untuk mencintai keindahan. Mencintai kesenian dan karya besar Tuhan. “Saya juga menyanyi untuk menyampaikan rasa syukur saya kepada Tuhan atas anugerah-Nya,” urai penyanyi yang juga dikenal sebagai sosok yang religius ini.

Masa keemasannya memang telah berlalu namun tak demikian dengan lagu fenomenal yang pernah dipopulerkannya, Badai Pasti Berlalu. Berkat lagu itu pula namanya hingga kini masih dikenang orang. Misalnya saat bencana tsunami melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara di penghujung tahun 2004, wajahnya kerap tampil menghias layar kaca.

Tentu saja, kemunculannya itu kembali membangkitkan kenangan lama para penggemarnya. “Luar biasa sekali tanggapannya setelah itu,” ungkap Berlian seperti dikutip dari majalah Gatra. Selain telepon dan SMS, dengan ungkapan macam: “Dahsyat!”, Maju terus!”, hingga “Ke mana aja selama ini?”, Berlian juga mendapat undangan tampil di hampir semua daerah di Indonesia.

Menurut Berlian, walau kini sudah jarang tampil on air di televisi, ia masih disibukkan dengan hobi menyanyinya. Hanya saja lebih dibatasi untuk gereja, pesta perusahaan, dan pernikahan.

Berlian yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tak lagi muda ini kembali muncul di hadapan publik pada 28 Maret 2007. Saat itu ia menjadi salah satu penyanyi dalam Konser Badai Pasti Berlalu dalam rangka promosi album Badai Pasti Berlalu versi 2007 yang digarap musisi Andi Rianto di Jakarta. “Saya menikmati hidup ini. Anugerah Tuhan, apa pun, harus kita syukuri. Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik…,” papar Berlian Hutauruk sambil mengutip salah satu ayat di Al Kitab, Mazmur 136. eti | muli, red

Data Singkat
Berlian Hutauruk, Penyanyi / Pelantun Badai Pasti Berlalu | Selebriti | Guru, Penyanyi, vokal, sopran

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here