Dirjen KA Pertama
Soemino Eko Saputro02 | Masa Jaya Kereta Api

Memulai karir dari bawah dengan berbagai prestasi, Soemino dipercaya menduduki jabatan puncak di Perumka, sebagai Direktur Utama (27011995 sd 03091998). Sewaktu menjabat Direktur Utama, Soemino mengukir prestasi yang terbilang terbaik setelah KA ditangani republik.
Pada masa kepemimpinannya Kereta Api Argo Bromo, Argo Lawu, Argo Muria, Argo Gede, Argo Dwipangga dan Argo Anggrek mulai beroperasi. Semula, waktu tempuh Jakarta-Surabaya 11 sampai 13 jam, dipersingkat menjadi hanya 9 jam. Selalu tepat waktu. Jakarta-Bandung yang tadinya 3 jam lebih atau 4 jam, jadi 2,5 jam. Jakarta-Solo yang biasanya 910 jam, dia tekan menjadi 7 jam. Semua bisa.
Kala itu, orangorang yang sering bepergian dari Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Solo dan sebaliknya, menjadi lebih suka naik kereta api Argo ketimbang naik pesawat. Bukan hanya karena faktor harga tiket, juga faktor kenyamanan dan faktor waktu yakni bisa bepergian waktu malam sehingga sekalian bisa dimanfaatkan istirahat mengirit biaya menginap di hotel.
Maka pantas saja Hermawan Kartajaya, marketing ikon of Indonesia, dalam bukunya Hermawan Kartajaya on Positioning, Seri 9 Elemen Marketing, secara lugas mengulas Perumka dalam kepemimpinan Soemino Eko Saputro, bertajuk: Repositioning Perumka Melalui Argo.
Hermawan menulis: “terus terang saja, saya sendiri termasuk yang gembira dengan prestasi yang diraih oleh Perumka. Soalnya, prestasi tersebut diraih karena Perumka menggunakan konsep marketing. Tidak hanya menyadari, tapi sudah menerapkan. Misalnya saja soal brand as the first ultimate value of marketing, itu mereka sadari benar. Lihat saja yang dilakukan Perumka dengan kereta Argo. Di situ, Perumka yang membidik target market yang value oriented benarbenar berhasil karena mereka tidak hanya memperbaiki value enabler, tetapi juga berusaha agar segitiga komunikasi bisnis Argo benarbenar berjalan solid. Diferensiasinya betul-betul diperhatikan sehingga positioningnya pun jadi clear. Dan pada akhirnya, konsumen pun mendapat value yang benar, yaitu brand.
Hasilnya? Perumka tidak hanya win the market share, tetapi juga mind share, dan heart share melalui Argo. Dan karena product brandnya bagus, maka corporate brand-nya pun ikut terangkat. Dengan demikian, citra negatif yang dulu menggayuti Perumka sebagai perusahaan yang old fashioned, undermanaged, birokratis, dan lamban mulai bergerak hilang dan digantikan oleh asosiasi positif sebagai perusahaan profesional yang profitabel. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika saya katakan bahwa Argo merupakan pembuka jalan repositioning Perumka.”
Oleh karena itu, tulis Hermawan Kartajaya dalam bagian lain bukunya bertajuk: Mengapa Perumka Sukses di Tengah Krisis, bahwa: “Perumka sungguh beruntung punya dirut seperti Soemino Eko Saputro, yang sense of businessnya tinggi. Melalui Soemino, Perumka terbukti bisa melawan arus. Bisnis KA ternyata bisa menguntungkan. Apa yang dilakukan? Perumka tidak mengurangi KA kelas ekonomi, malah sebaliknya. Namun, pada saat bersamaan, Perumka menambah KA untuk pelanggan berorientasi nilai (value oriented customer).”
Membidik pelanggan yang sebelumnya punya persepsi minor terhadap Perumka, tentu tidak gampang. Ternyata, kata Hermawan, ini disadari benar oleh Soemino. Oleh karena itu, untuk melayani segmen baru itu, dia tidak hanya mengusahakan produk yang memenuhi standar mereka, tapi juga memikirkan brandingnya. Bukan sekadar just a name, melainkan sudah memikirkannya sebagai indikator nilai.
Itu belum seberapa, kata Hermawan. “Perumka ternyata juga memikirkan kebutuhan orang-orang yang ingin tetap bisa menjalankan rutinitas bisnis. Di Argo Bromo Anggrek yang diluncurkan bulan September dan tiketnya lebih mahal daripada tiket pesawat termurah Jakarta-Surabaya, ada business centernya. Oleh karena itu, jika Anda ingin tetap bekerja sepanjang perjalanan, tidak usah khawatir.
Soalnya, di business center ini fasilitasnya cukup lengkap: telepon, komputer, laptop, faksimile, dan lain-lain. Bahkan jika ingin menghibur diri juga bisa, soalnya Argo Bromo Anggrek dilengkapi dengan bar mini yang ada karaokenya. Jadi, valuenya tinggi. Oleh karena itulah, saya tidak kaget jika occupancy ratenya tinggi, di atas 85% dalam waktu satu bulan sejak diluncurkan. Padahal, tiketnya lebih mahal ketimbang tarif pesawat.” Begitu apresiasi Hermawan atas kepemimpinan Soemino di Perumka.
Semua keunggulan itu bisa dipertahankan sampai Soemino keluar dari Kereta Api (kala itu Perumka). Soemino menduduki jabatan Dirut, kurang lebih empat tahun. Tetapi menjabat sebagai Direktur Teknik selama delapan tahun. Ketika menduduki jabatan itu, dia mengibaratkan dirinya memimpin kekalutan, apa yang harus dikerjakan untuk memperbaiki kereta api. Makanya, begitu dia menjadi direktur utama, keadaannya sudah berubah.
Semua jenis Argo dirintis menjelang 50 tahun kemerdekaan, Agustus 1995. Yang memulai Dirut Anwar. Tetapi Soemino tidak pernah mementahkan apa yang sudah dikerjakan pendahulunya dan selalu mengemban, meneruskan apa yang sudah dirintis dan selalu berkelanjutan. “Sebab kalau suatu program dipatahkan di jalan, bisa hancur,” kata Soemino.
Tahun-tahun itu, orangorang kereta api merasa bangga. Hampir semua orang mengatakan bangga jadi orang kereta api. Mengenai tunjangan juga begitu. Tunjangan hari raya, tahun pertama, dia keluarkan satu bulan gaji. Tahun kedua, dua bulan gaji, tahun ketiga, tiga bulan gaji. Tahun keempat dia punya program untuk empat kali gaji, belum sempat tunjangan itu diberikan, Soemino keburu diganti.
Setelah tidak menjadi Dirut, Soemino diundang oleh berbagai kalangan sebagai pembicara. Dia juga acapkali diundang oleh kepala-kepala daerah. Karenanya pantas dia punya kebanggaan tersendiri.
Bintang-bintang yang diperoleh Soemino dari Presiden selama menjalankan tugasnya di kereta api, di antaranya: Lancana Karya Satya 10 Tahun (1995), Satya Lancana Wirakarya (1996), Satya Lancana Pembangunan (1998), Satya Lancana Karya Satya 20 Tahun (1998) dan Satya Lancana Karya Satya 30 Tahun (1998). mti/crsshri