Janji Respon Tuntutan Rakyat
Setya Novanto
[DIREKTORI] Bendahara Umum DPP Partai Golkar, Setya Novanto, terpilih sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2019. Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 12 November 1955, yang juga seorang pengusaha itu berjanji dalam kepemimpinannya akan merespon tuntutan rakyat.
Setya Novanto sesaat setelah mengucapkan sumpah dan menerima palu Ketua DPR, Kamis dini hari (2/10/2014), berjanji akan membuka lebar-lebar Gedung DPR untuk rakyat menyampaikan aspirasinya sesuai mekanisme yang ada. “Dewan harus dapat merespons tuntutan rakyat, rapat-rapat dewan bersifat terbuka, mekanisme pembahasan RUU kiranya perlu dilakukan lebih efektif,” kata Setya.
Pemilihan dan penetapan Setya Novanto menjadi Ketua DPR berlangsung dalam sidang paripurna di Senayan, Jakarta, Kamis dini hari (2/10/2014), satu paket dengan empat Wakil Ketua yaitu Fadli Zon dari Fraksi Gerindra, Agus Hermanto dari Fraksi Demokrat, Taufik Kurniawan dari Fraksi Partai Amanat Nasional dan Fahri Hamzah dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera. Paket ini didukung oleh enam fraksi yakni lima fraksi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih pimpinan Prabowo Subianto, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, PKS, PAN, dan PPP, ditambah Fraksi Partai Demokrat.
Tatib pemilihan pimpinan DPR mempersyaratkan system pemilihan paket yang harus didukung oleh minimal lima fraksi. Jumlah fraksi di DPR adalah 10. Maka karena yang mendukung paket Setya sudah enam fraksi, maka empat fraksi lainnya yaitu PDI Perjuangan, PKB, Partai Hanura, dan Partai Nasdem, tidak berhak lagi mengajukan calon. Sehingga tidak dilakukan lagi pemilihan. Pimpinan DPR sementara yang memimpin siding langsung mengetuk palu penetapan pimpinan DPR periode 2014-2019.
Sebelum penetapan tersebut, rapat paripurna berlangsung alot dengan diselingi beberapa kali skors untuk lobi. Namun musyawarah dalam lobi tidak pernah berhasil. Tampaknya tidak pernah ada hikmat kebijaksanaan dalam musyawarah lobi dan rapat paripurna tersebut. Bahkan hak anggota untuk berbicara juga sangat dibatasi. Sehingga empat parpol yang merasa tidak diberi ruang untuk menampung suaranya memilih walk out, yakni PDI Perjuangan, PKB, Partai Hanura, dan Partai Nasdem.
Saat pengambilan sumpah Setya Novanto mengucap rasa syukurnya. Dia menilai hal itu adalah hasil dari perjuangan yang luar biasa. “Ini merupakan kebahagiaan sendiri bagi kami karena dengan perjuangan yang luar biasa kami bisa terpilih sebagai pimpinan DPR. Tentunya kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kami juga berdoa semoga bisa berbuat yang terbaik demi kepentingan bangsa dan negara,” kata Setya, didampingi oleh empat wakilnya, yang semuanya berasal dari Koalisi Merah Putih (Prabowo).
Setya Novanto terpilih secara paket bersama empat orang wakilnya, yaitu Fadli Zon dari Fraksi Gerindra, Agus Hermanto dari Fraksi Demokrat, Fahri Hamzah dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, dan Taufik Kurniawan dari Fraksi Partai Amanat Nasional.
Setya Novanto terpilih secara paket bersama empat orang wakilnya, yaitu Fadli Zon dari Fraksi Gerindra, Agus Hermanto dari Fraksi Demokrat, Fahri Hamzah dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, dan Taufik Kurniawan dari Fraksi Partai Amanat Nasional.
Setya berjanji akan tetap merangkul empat partai politik yang tergabung dalam koalisi Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Siapa Setya Novanto?
Setya Novanto terpilih kembali sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II. Sebelumnya, Bendahara Umum Partai Golkar sudah menjabat ketua Fraksi Golkar periode 2009-2014. Dia sudah terpilih menjadi Anggota DPR dan duduk di Komisi II dari Fraksi Partai Golkar pada 1999-2004. Terpilih kembali dan duduk di Komisi III periode 2004-2009.
Suami dari Luciana Lily Herliyanti, SE dan Deaisti Astriani Tagor, SH, serta ayah dari Rheza Herwindo (Luciana Lily), Dwina Michaella (Luciana Lily), Gavriel Putranto (Desti Astriani), dan Giovanno Farrel Novanto (Desti Astriani), ini mengecap pendidikan SD hingga SMA di Jakarta yakni SD Negeri 6, Jakarta (1967); SMP Negeri 73, Tebet, Jakarta (1967-1970); SMA Negeri IX, Jakarta (1970-1973).
Kemudian, dia kuliah di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandala, Surabaya (1979) dan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (Usakti), Jakarta (1983).
Sebelum terjun dalam dunia politik, dia dikenal sebagai seorang pengusaha. Kegiatan usaha sudah digelutinya saat kuliah di Surabaya. Dia bekerja sambilan sebagai pedagang beras dan madu di Pasar Keputren (dengan mendirikan CV Mandar Teguh) dan sales mobil PT Sinar Mas Galaxi. Dia Kepala Penjualan Mobil Wilayah Indonesia Timur. Dia juga pernah menjadi model dadakan. Dia sosok yang ulet sehingga mampu mengubah hidupnya hingga jadi seorang miliuner.
Saat kembali ke Jakarta dan melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, dia menjual diktat kuliah sambil mengumpulkan modal untuk membuka kantin. Dari kegiatan usaha itulah dia membiayai kuliahnya sendiri.
Selama berkuliah di Jakarta, dia tinggal menumpang di rumah sahabatnya, Hayono Isman di kawasan elit, Menteng. Di rumah itu dia giat mengurus kebun, menyapu, mengepel, hingga menyuci mobil. Kerja keras dan keuletannya itu membuat orang tua Hayono Isman memercayai Setya, setelah lulus fakultas Ekonomi Trisakti, mengelola sebuah SPBU di Cikokol, Tangerang. Atas kerja kerasnya, SPBU tersebut mengalami perkembangan pesat.
Kemudian, Setya membuka bisnis sendiri. Atas dukungan dari beberapa kawannya, Setya mendirikan PT Obor Swastika perusahaan dalam bidang perternakan. Usahanya berkembang hingga merambat ke berbegai bidang. Dia menjadi Direktur Utama PT Era Giat Prima; Pedagang Beras (1974-1974); Direktur PT Dwisetya Indolestari Batam (1987); Komisaris Utama PT Nagoya Plaza Hotel Batam (1987); Pemilik Tee Box Cafe & Resto Jakarta (1987); Komisaris Utama PT Bukit Ganit Mining Mandiri (1990); Direktur Umum PT Citra Permatasakti Persada (1991); Komisaris PT Multi Dwimakmur (1991); Komisaris PT Multi Dwisentosa (1991); Komisaris PT Bina Bayangkara (1991)
– Komisaris PT Solusindo Mitrasejati (1992); Komisaris Utama PT Orienta Sari Mahkota (1992); Managing Director PT Dwimarunda Makmur (1992); Direktur PT Menara Wenang Jakarta (1992-2004); Chairman Nova Group (1998); dan Presiden Direktur PT Mulia Intanlestari (1999).
Keberhasilannya dalam dunia bisnis semakin menguat setelah dia pun berada di sekitar kekuasaan setelah memasuki dunia politik. Dia bergabung di Partai Golkar dan berbagai organisasi. Dia pun terpilih menjadi anggota DPR dalam empat peridoe berturut-turut sejak tahun 1999, hingga menjabat Ketua DPR-RI perioden 2014-2019.
Namun keberhasilannya dalam bidang usaha dan politik, juga diwarnai beberapa hal berbau korupsi yang membuatnya dipanggil penegak hukum sebagai saksi. Sehingga beberapa LSM menyatakan penolakak atas terpilihnya dia menjadi Ketua DPR. Indonesia Corruption Watch (ICW) mempersoalkan integritas Setya karena diduga terlibat kasus korupsi sejak tahun 1999.
Anggota badan pekerja ICW, Emerson Yuntho, dalam konferensi pers di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2014) membeberkan data yang menduga Setya pernah menjadi tersangka dalam skandal cessie Bank Bali senilai Rp 546 miliar. Pada tahun 2010, Setya juga diberitakan diduga terlibat dalam penyelundupan beras impor dari Vietnam, sebanyak 60.000 ton.
Selain itu, mantan Wakil Bendahara Partai Demokrat M Nazaruddin, yang menjadi tersangka dalam kasus proyek pembuatan E-KTP, menyebutkan keterlibatan Setya dalam kasus itu. Setya juga disebut dalam perkara korupsi proyek pembangunan lapangan tembak PON Riau 2012, yang melibatkan Rusli Zainal, mantan Gubernur Riau. Namun, sejauh ini semua iiu masih hanya dugaan yang belum terbukti secara hukum. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com |