Partai Demokrat, Santun atau Sadis?

Anas Urbaningrum
 
0
304
Anas Urbaningrum
Anas Urbaningrum | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Anas Urbaningrum: “Hari-hari ini dan ke depan, sejarah akan menguji apakah Partai Demokrat etikanya bersih, cerdas dan santun. Partai yang bersih atau korup? Partai cerdas atau tidak cerdas? Partai yang santun atau sadis? Apakah yang akan terjadi kesantunan politik atau sadisme politik? Tentu ujian itu akan berjalan sesuai dengan perkembangan waktu dan keadaan.”

Anas Urbaningrum mengemukakan hal itu dalam pidato tanpa teks pernyataan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat di hadapan wartawan di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Sabtu (23/2/2013), setelah sehari sebelumnya ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.

Mantan Ketum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebelumnya merasa sangat yakin tidak akan punya status hukum di KPK, karena dia yakin KPK bekerja independen, mandiri dan profesional dan tidak bisa ditekan oleh opini dan kekuatan sebesar apapun itu. Namun, dia baru mulai berpikir akan punya status hukum di KPK, ketika ada semacam desakan agar KPK segera memperjelas status hukumnya yang diikuti rangkaian bocornya sprindik (surat perintah penyidikan), serta ketika dia dipersilakan untuk lebih fokus menghadapi masalah hukum di KPK, yang berarti dia sudah divonis punya status hukum tersangka.

Mantan Anggota Komisi Pemilihan Umum (2001-2005) ini menyebut dirinya ibarat bayi yang lahir tidak diharapkan dalam Kongres Partai Demokrat 2010, di mana dia terpilih sebagai Ketua Umum, mengalahkan Andy Mallarangeng yang didukung penuh oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Sehingga dia mengalami rangkaian peristiwa politik dan organisasi di Partai Demokrat yang pada waktunya akan dia ceritakan lebih panjang.

Berkaitan rangkaian peristiwa ini Anas menegaskan: “Di atas segalanya, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikir bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Barangkali ada yang meramalkan dan menyimpulkan ini adalah akhir dari segalanya. Hari ini, saya nyatakan ini baru permulaan. Hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah besar. Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama. Tentu untuk kebaikan kita bersama.”

ANAS URBANINGRUM: “Di atas segalanya, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikir bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Barangkali ada yang meramalkan dan menyimpulkan ini adalah akhir dari segalanya. Hari ini, saya nyatakan ini baru permulaan. Hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah besar. Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama. Tentu untuk kebaikan kita bersama.”

Setelah menyampaikan pernyataan tersebut, Anas Urbaningrum melepas jaket biru kebesaran Partai Demokrat. Politisi muda yang diapresiasi oleh TokohIndonesia.com seorang yang ‘Piawai Memilih Kata”, sebagai figur yang kalem, santun, cerdas dan terampil dalam komunikasi politik membuat namanya digadang-gadang sebagai salah satu sosok unggulan di teras perpolitikan nasional masa depan. Dia memang bukanlah politisi sembarangan. Dia politisi yang sudah terasah berorganisasi sejak kecil. Dia berpengalaman sejak menjadi Sekretaris OSIS MTsN Kunir (1983-1984), Ketua SKI OSIS SMAN Srengat (1986-1987), dan Kelompok Studi Dharmawangsa, Surabaya (1989-1992).

Lulusan terbaik FISIP Universitas Airlangga Universitas Airlangga (1992) itu lebih dulu menjabat Ketua Badko Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jawa Timur, sebelum terpilih menjadi Ketua Umum PB HMI (1997-1999). Kemudian dia aktif sebagai Anggota Tim Revisi UU Politik (Tim 7) (1998), Anggota Panitia Persiapan Pembentukan Komisi Pemilihan Umum (P3KPU) atau Tim Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu (1999), Direktur Komunitas untuk Transformasi Sosial (2000), dan Anggota Tim Revisi UU Politik Depdagri (2000).

Kemudian dia menjadi Anggota Komisi Pemilihan Umum (2001-2005) yang menyelenggarakan Pemlu saat SBY terpilih menjadi Presiden (2004-2009). Rangkaian selanjutnya, secara mengejutkan dia diberi penghargaan (kepercayaan) menjadi Ketua Bidang Politik dan Otda DPP Partai Demokrat. Kemudian, dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung (2010) dia berhasil memerankan kepiawian politiknya sehingga terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat (2010-2015). Tampaknya, keterpilihannya bagai anak yang lahir tanpa dikehendaki pemimpin tertinggi partainya. Jabatan Ketua Umum Partai Demokrat itu ditanggalkannya lebih dini pada Sabtu, 23 Februari 2013, setelah terseret pusaran korupsi yang melibatkan beberapa kader petinggi Partai Demokrat yang diwarnai berbagai peristiwa (permainan) politik di tubuh partai tersebut.

Pernyataan Lengkap Anas

Untuk mengetahui isi dan makna pernyataannya secara utuh, berikut ini transkrip pernyataan lengkap Anas Urbaningrum (lahir di Blitar, Jawa Timur, 15 Juli 1969; sarjana Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga, 1992 dan Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000), politisi muda potensial menjadi pemimpin nasional yang terseret dalam pusaran korupsi dan permainan ‘politik Sengkuni’ di partai penguasa (Partai Demokrat) selaku Ketua Umum:

Pertama saya sampaikan terima kasih dan selamat datang, khususnya rekan-rekan wartawan di Kantor DPP Partai Demokrat. Hari ini, saya akan menyampaikan sikap, pikiran dan pandangan, menyangkut status saya dan apa-apa yang akan saya lakukan ke depan.

Advertisement
{youtubejw width=”320″ height=”240″}_R1Yy150QaQ{/youtubejw}

Saudara-saudara sekalian. Seperti diketahui bersama, tanggal 22 Februari 2013 KPK sudah mengumumkan bahwa saya dinyatakan berstatus tersangka. Atas pengumuman KPK itu, saya menyatakan akan mengikuti proses hukum sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. Karena saya masih percaya bahwa lewat proses hukum yang adil dan obyektif dan transparan, kebenaran dan keadilan bisa saya dapatkan.

Saya garis bawahi, saya masih percaya lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan berdasarkan kriteria-kriteria dan tata laksana yang memenuhi standar, saya yakin kebenaran dan keadilan masih bisa ditegakkan. Karena saya percaya negeri kita ini berdasarkan hukum dan keadilan, bukan berdasarkan prinsip kekuasaan.

Yang kedua, saudara-saudara sekalian, lewat proses hukum yang obyektif dan transparan itu, saya akan melakukan pembelaan hukum sebaik-baiknya. Dan lewat proses hukum itu, berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang kredibel, saya meyakini betul sepenuh-penuhnya bahwa saya tidak terlibat di dalam proses pelanggaran hukum yang disebut sebagai proyek Hambalang itu. Ini saya tegaskan karena sekali lagi, sejak awal, saya punya keyakinan yang penuh tentang tuduhan-tuduhan yang tak berdasar itu.

Saya meyakini bahwa kebenaran dan keadilan pangkatnya lebih tinggi dari fitnah dan rekayasa. Kebenaran dan keadilan akan muncul mengalahkan fitnah dan rekayasa, sekuat apapun dibangun, sehebat apapun itu dibangun, serapi apapun itu dijalankan. Itu keyakinan saya.

Saudara-saudara sekalian. Saya ingin sampaikan, sejak awal, saya meyakini bahwa saya tidak akan punya status hukum di KPK. Mengapa? Karena saya yakin KPK bekerja independen, mandiri dan profesional. Karena saya yakin KPK tidak bisa ditekan oleh opini dan hal-hal lain di luar opini, termasuk tekanan dari kekuatan-kekuatan sebesar apapun itu.

Saya baru mulai berpikir saya akan punya status hukum di KPK, ketika ada semacam desakan agar KPK segera memperjelas status hukum saya: “Kalau benar katakan benar, kalau salah katakan salah.” Ketika ada desakan seperti itu, saya baru mulai berpikir, jangan-jangan, saya menjadi yakin, saya menjadi tersangka setelah saya dipersilakan untuk lebih fokus berkonsentrasi menghadapi masalah hukum di KPK. Ketika saya dipersilakan untuk lebih fokus menghadapi masalah hukum di KPK, berarti saya sudah divonis punya status hukum yang dimaksud, yaitu tersangka.

Apalagi saya tahu, beberapa petinggi Partai Demokrat yakin betul, hakkul yakin, pasti minggu ini Anas menjadi tersangka. Rangkaian ini pasti tidak bisa dipisahkan dengan bocornya apa yang disebut sebagai sprindik (surat perintah penyidikan). Ini satu rangkaian peristiwa yang pasti tidak bisa dipisahkan. Itu satu rangkaian peristiwa yang utuh. Sama sekali terkait dengan sangat erat. Itulah faktanya, itulah rangkaian kejadiannya. Dan tidak butuh pencermatan yang terlalu canggih untuk mengetahui rangkaian itu. Bahkan masyarakat umum dengan mudah membaca dan mencermati itu.

Saudara-saudara sekalian. Kalau mau ditarik agak jauh ke belakang, sesungguhnya ini pasti terkait dengan Kongres Partai Demokrat. Saya tidak ingin bercerita lebih panjang. Pada waktunya saya akan bercerita lebih panjang. Tetapi inti dari kongres itu ibarat bayi yang lahir. Anas adalah bayi yang lahir tidak diharapkan. Tentu rangkaiannya menjadi panjang. Dan rangkaian itu saya rasakan, saya alami dan menjadi rangkaian peristiwa politik dan organisasi di Partai Demokrat. Pada titik ini, saya belum akan menyampaikan secara rinci. Tapi ada konteks yang sangat jelas menyangkut rangkaian-rangkaian peristiwa politik itu.

Saudara-saudara sekalian. Ketika saya memutuskan terjun ke dunia politik dan saya masuk menjadi kader Partai Demokrat, saya sadar betul bahwa politik kadang-kadang keras dan kasar. Dalam dunia politik, tidak sulit untuk menemukan intrik, fitnah dan serangan-serangan. Itu saya sadari sejak awal.

Dan karena itu, saya tahu persis konsekuensi-konsekuensinya. Maka saya sampaikan, saya tidak akan pernah mengeluh dengan keadaan ini. Saya tidak akan pernah mengeluh tentang perkembangan situasi ini. Dan saya punya keyakinan kuat dan semangat untuk terus menghadapinya, termasuk dengan risiko dan konsekuensi. Itu hal yang lazim saja. Saya anggap sebagai sebuah kelaziman, tidak ganjil, tidak aneh. Apalagi di dalam sistem demokrasi kita yang masih muda, termasuk Partai Demokrat yang tradisinya masih muda.

Saudara-saudara sekalian. Karena saya sudah punya status hukum sebagai tersangka, meskipun saya yakin posisi tersangka itu lebih karena faktor nonhukum, tetapi saya punya standar etik pribadi. Standar itu mengatakan “kalau saya punya status hukum sebagai tersangka, maka saya akan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.” Ini bukan soal jabatan atau posisi, ini soal standar etik.

Standar etik pribadi saya itu, Alhamdulillah cocok dengan pakta integritas yang diterapkan di Partai Demokrat. Saya sendiri di tempat ini, seminggu lalu kurang lebih, sudah menandatangani pakta integritas. Dengan atau tanpa pakta integritas pun, standar etik pribadi saya mengatakan hal seperti itu: “Saya berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.”

Terkait dengan itu, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus pada kader-kader Partai Demokrat. Yang telah memberikan kepercayaan dan mandat politik kepada saya untuk memimpin Partai Demokrat sebagai Ketua Umum periode 2010-2015. Saya mohon maaf, kalau saya berhenti di awal 2013. Saya tidak merencanakan untuk berhenti di tahun 2013. Sejauh perjalanan yang saya tempuh, saya jalankan, saya tunaikan, sebagai ketua umum, sepenuhnya saya bersungguh-sungguh menjalankan mandat dan amanat politik partai itu.

Tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tentu ada capaian prestasi dan masih ada bolong-bolongnya, ada lubang-lubangnya. Tapi saya menegaskan, semua itu saya jalani dengan sungguh-sungguh, serius, penuh konsentrasi, karena itu bagian dari panggilan jiwa politik saya. Alhamdulillah, saya bersyukur di dalam proses menunaikan tugas kurang lebih hampir tiga tahun, dua setengah tahun lebih, semuanya saya jalankan dengan penuh kesungguhan dan konsentrasi.

Terimakasih pada kader-kader Demokrat yang selama ini sama-sama menjalankan dan menunaikan tugas sesuai dengan kewenangan, otoritas dan tugas masing-masing. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat, pengurus DPD, DPC, kader-kader di seluruh Indonesia, Dewan Pembina, Majelis Tinggi, Komisi Pengawas, saya sampaikan terimakasih yang selama ini bersama-sama menjalankan tugas.

Meskipun saya sudah berhenti menjadi Ketua Umum, saya akan tetap menjadi sahabat bagi kader-kader Partai Demokrat. Saya ketika melepas tentu tidak punya kewenangan organisatoris karena saya sudah lepas. Tetapi saya menjaminkan satu hal, yaitu ketulusan persahabatan dan persaudaraan. Saya jamin ketulusan itu kepada kader-kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia, apapun nanti tugas langkah yang akan saya tempuh, termasuk saya ada di dalam atau di luar, apakah saya menjalani proses hukum, apakah proses hukum itu berjalan adil, obyektif, transparan atau tidak, saya menyatakan, menegaskan, menggarisbawahi, saya menjamin ketulusan persahabatan dan persaudaraan.

Loyalitas sebagai sahabat merupakan bagian yang indah dan menyegarkan dalam dinamika politik partai yang kadang-kadang keras dan agak panas. Karena itulah, saya yakin betul, saya akan tetap berkomunikasi sebagai sahabat dengan kader-kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia. Tidak dalam posisi sebagai Ketua Umum, tetapi sebagai teman dan sahabat.

Saya juga berharap siapapun yang nanti menjadi Ketua Umum Partai Demokrat bisa menunaikan tugas, bahkan jauh lebih baik dari apa yang sudah saya tunaikan bersama teman-teman pengurus. Saya yakin pasti akan datang ketua umum yang lebih baik. Saya percaya itu, karena sejarah selalu melahirkan pemimpin pada waktunya.

Selanjutnya, saudara-saudara sekalian. Apa yang akan saya lakukan ke depan adalah tetap dalam kerangka memberikan kontribusi dan menjaga momentum bagi perbaikan peningkatan dan penyempurnaan kualitas demokrasi di Indonesia. Apapun kondisi dan keadaan saya. Kondisi dan keadaan saya itu bukan faktor. Faktornya yang penting adalah bahwa saya akan tetap bersama-sama dalam sebuah ikhtiar untuk membuat Indonesia ke depan makin baik dan makin bagus.

Hari-hari ini dan ke depan, akan diuji pula bagaimana etika Partai Demokrat. Partai yang etikanya bersih, cerdas dan santun. Akan diuji oleh sejarah apakah Demokrat partai yang bersih atau tidak bersih. Partai yang bersih atau korup. Akan diuji partai yang cerdas atau partai yang tidak cerdas. Partai yang solutif menawarkan gagasan cerdas dan bernas atau partai yang tidak seperti itu. Juga diuji, apakah Demokrat akan menjadi partai yang santun dan sadis. Apakah yang akan terjadi kesantunan politik atau sadisme politik? Tentu ujian itu akan berjalan sesuai dengan perkembangan waktu dan keadaan.

Tetapi yang paling penting saya garis bawahi, bahwa tidak ada kemarahan dan kebencian. Kemarahan dan kebencian itu jauh dari rumus politik yang saya anut. Dan mudah-mudahan juga dianut siapapun kader-kader Partai Demokrat.

Di atas segalanya, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikir bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Barangkali ada yang meramalkan dan menyimpulkan ini adalah akhir dari segalanya. Hari ini, saya nyatakan ini baru permulaan. Hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah besar. Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama. Tentu untuk kebaikan kita bersama.

Saya sekali lagi dalam kondisi apapun akan tetap berkomitmen berikhtiar memberikan sesuatu yang berharga bagi masa depan politik kita, demokrasi kita. Jadi, ini bukan tutup buku. Ini pembukaan buku halaman pertama. Saya yakin halaman-halaman berikutnya akan makin bermakna bagi kepentingan kita bersama.

Inilah saudara-saudara sekalian, beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada kesempatan siang hari ini. Saya akan terus menjadi sahabat-sahabat kalian. Karena banyak buku yang akan kita baca bersama. Buku-buku itu jangan dipahami dalam perspektif yang ngeres, tetapi positif dan konstruktif, kebaikan dan kemaslahatan yang lebiih besar. Itulah yang menjadi titik orientasi kita.

Saya akan melepas jaket biru kebesaran, dan saya akan menjadi manusia yang bebas dan merdeka. Bukan berarti selama ini tidak bebas dan merdeka. Tapi tentu ini ada maknanya secara etik dan organisatoris. Selamat berjuang kader-kader Demokrat di seluruh Indonesia, berjuang sesuai pilihan yang merdeka. Sekali lagi terimakasih. Penulis: CRS | Bio TokohIndonesia.com

Data Singkat
Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat (2010-2015) / Partai Demokrat, Santun atau Sadis? | Direktori | Politisi, Partai, politik, demokrat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini