Pelatih Marketing Sensasional
Tung Desem Waringin
[DIREKTORI] Majalah Marketing menobatkannya sebagai Pelatih Sukses No. 1 di Indonesia dan Majalah Swa memasukkan namanya dalam salah satu tokoh The Most Powerful People & Ideas in Business 2005. Berkat kemampuannya membakar semangat orang, ratusan ribu orang yang mengikuti seminarnya bangkit dan menemukan tujuan hidupnya.
Tung Desem Waringin (TDW) dilahirkan di Solo, 22 Desember 1967. Sejak kecil, anak pedagang emas ini dididik agar menjadi seorang pekerja keras, jujur dan disiplin. Selain membantu bisnis toko emas yang dijalankan ayahnya, ia dan saudara-saudaranya juga diajak berpikir bagaimana agar usaha yang mereka jalankan bisa lebih maju. Tanpa disadari, bakat marketing dalam dirinya mulai tumbuh.
Saat berkuliah di UNS (Universitas Nasional Sebelas Maret) Solo, TDW menjadi penjual emas. Emas itu ia ambil dari kakaknya dan dari seorang pengusaha emas di Jakarta. Dengan keberanian dan bakat marketing yang dia miliki, TDW menjual emas hingga ke luar kota seperti Semarang, Pati, Tayu, Ambarawa dan Pekalongan. Untuk ukuran mahasiswa saat itu, penghasilan yang ia peroleh tergolong lumayan.
Meski disibukkan dengan kegiatannya sebagai penjual emas yang sering bepergian ke luar kota, TDW tidak menelantarkan kuliahnya. Di kampusnya, ia termasuk mahasiswa berprestasi dan pernah dinobatkan sebagai mahasiswa teladan. Setelah lulus kuliah pada tahun 1992, ia mencari pekerjaan dan diterima di BCA Cabang Surabaya. Saat ia diterima, bank tersebut sedang bermasalah dan dinyatakan sebagai bank yang operasionalnya terburuk se-Indonesia.
Di sinilah kapasitasnya sebagai pekerja keras, jujur dan disiplin mulai diuji. Berkat tangan dinginnya, TDW berhasil membawa bank tersebut ke luar dari zona tidak berprestasi menjadi cabang bank dengan hasil audit terbaik se-Indonesia, dari sebelumnya menempati nomor urut 20. Keberhasilannya itu membuat TDW dikirim ke cabang-cabang bank lainnya. Lagi-lagi ia membawa kemajuan yang berarti di setiap bank yang disentuhnya, seperti di Kupang dan Malang.
Saat di kota Malang, TDW dipercaya memimpin BCA Cabang utama Malang. Di kota apel ini, ayah tiga anak ini kembali membuat prestasi yang gemilang. Pria yang dinobatkan sebagai The Most Powerful People In Business 2005 versi Majalah SWA ini mencatatkan pertumbuhan kartu ATM terbesar di seluruh Indonesia. Pada saat krisis keuangan mulai melanda Indonesia pada tahun 1998, orang-orang melakukan penarikan uang secara besar-besaran sehingga banyak cabang bank kehabisan uang. Namun sebaliknya, di bank yang TDW pimpin, malah kelebihan uang. Dengan kemampuan yang fenomenal itu, beberapa perusahaan mencoba mendekatinya dengan iming-iming gaji beberapa kali lipat dari gaji yang diterimanya di BCA, namun ia tetap menolaknya.
Hingga pada sebuah titik dimana ia mulai berpikir untuk merubah jalan hidupnya. Awal dari perubahan itu terjadi kala ayahnya jatuh sakit pada tahun 2000. Ayahnya harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura. Di sini dirinya mulai tersadar, ternyata gaji yang diperolehnya dalam sebulan tidak cukup untuk membayar biaya satu malam berobat di rumah sakit itu. Ketika ayahnya sedang menjalani perawatan di Singapura, TDW membeli satu set buku dan kaset Anthony Robbins, seorang tokoh marketing dunia.
Setelah mendapat lisensi Exclusive Indonesia Anthony Robbins Authorized Consultant, TDW membuat seminar pertama tanpa dipungut biaya. Dalam perkembangan selanjutnya, seminar-seminar yang ia bawakan dikemas dengan topik yang segar dan inspiratif sehingga mendorong orang untuk mengikuti seminarnya.
Sejak membeli buku dan kaset tersebut, ia mendapat semacam pencerahan dan semakin termotivasi untuk melakukan perubahan dalam hidupnya. Salah satu pertanyaan penting dari Anthony Robbins dalam kaset tersebut, “Apa dua hal kecil yang selama ini ingin kamu lakukan tapi kamu tunda-tunda?” Pertanyaan yang sungguh menyentuh hatinya. Dalam dirinya mulai timbul keberanian untuk merealisasikan jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertama, ia memutuskan untuk memeluk ayahnya. Ia sadar kalau selama ini tidak pernah memeluk ayahnya. Kedua, setelah delapan tahun bekerja di BCA, ia memutuskan keluar dan menerima tawaran pekerjaan di sebuah perusahaan multinasional yang gajinya tiga kali lipat. Namun tidak sampai satu tahun, TDW mundur dari perusahaan itu karena ingin belajar lebih banyak lagi dari Anthony Robbins.
Suatu ketika ia harus mengantarkan ayahnya kembali berobat ke Singapura. Di sebuah surat kabar, ia membaca bahwa Anthony Robbins, motivator sukses yang dikaguminya akan mengadakan seminar. TDW yang dalam posisi tidak bekerja lagi, orangtua sakit, isteri baru melahirkan, belum memiliki rumah, terbatas dalam penguasaan bahasa Inggris, mengambil langkah besar tanpa menghiraukan keterbatasan dan kondisi yang sedang dihadapinya. Ia memutuskan untuk mengikuti training walau biayanya tergolong mahal.
Setelah mengikuti seminar tersebut, TDW semakin penasaran dan ingin terus belajar. Ia kemudian mengikuti seminar di Hawaii yang berbiaya US$ 10.000. Untuk menutupi biaya tersebut, ia menjual sebidang tanah miliknya satu-satunya di kota Malang.
Perjuangan dan pengorbanan yang dilakukannya rupanya tidak sia-sia. Setelah mengikuti pelatihan, TDW menjadi salah satu murid terbaik Anthony Robbins sekaligus terpilih sebagai Exclusive Indonesia Anthony Robbins Authorized Consultant. Ia juga menjadi murid Robert G. Allen, pakar marketing terkemuka dunia. Bahkan menjadi Exclusive Indonesia Robert T. Kiyosaki Authorized Consultant.
Setelah mendapat lisensi Exclusive Indonesia Anthony Robbins Authorized Consultant, TDW membuat seminar pertama tanpa dipungut biaya. Dalam perkembangan selanjutnya, seminar-seminar yang ia bawakan dikemas dengan topik yang segar dan inspiratif sehingga mendorong orang untuk mengikuti seminarnya.
Saat meluncurkan bukunya yang berjudul Financial Revolution pada tahun 2005, TDW membuat aksi sensasional dengan menunggang kuda di sepanjang jalan Sudirman dengan berpakaian ala Panglima Besar Jenderal Soedirman sambil membawa poster bergambar buku yang sedang diluncurkannya. Aksinya yang tergolong langka ini mendapat sorotan dari media cetak dan elektronik. Alhasil dari aksinya ini, bukunya langsung habis terjual sejak hari pertama diluncurkan. Bahkan permintaan melebihi jumlah cetakan pertama yang sebanyak 10.000 yakni 10.115 eksemplar. Atas prestasi penjualan bukunya yang fenomenal itu, ia mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Penulis Buku Inspirasional Pertama ‘Financial Revolution’ di Indonesia yang penjualannya melebihi 10.511 eksemplar pada hari pertama peredarannya.
Setelah sukses memasarkan buku Financial Revolution, ia kembali membuat aksi sensasional di tahun 2008. Aksinya itu sempat menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat sebab ia menyebarkan uang seratus juta rupiah dari atas helikopter di daerah Serang, Banten sebagai kelanjutan promosi peluncuran buku fenomenalnya yang berjudul Marketing Revolution. Terbukti di hari pertama, bukunya habis terjual sebanyak 38.878 eksemplar. Angka ini cukup fantastis bahkan melebihi penjualan hari pertama buku Harry Potter dan buku-buku laris lainnya di Indonesia.
Ia sendiri mengakui bahwa cara unik yang dilakukannya dalam memasarkan dua bukunya membuahkan sensasi yang luar biasa. Namun ia menyangkal kalau hanya sekadar sensasi saja yang membuat dua bukunya itu laris di pasaran melainkan juga ada nilai tambah yang melekat dalam setiap penjualan bukunya. Untuk buku Financial Revolution misalnya, ia jual dengan bonus 2 CD audio dan satu tiket seminar keliling Indonesia seharga Rp 800.000. Begitu juga dengan strategi menyebarkan uang dari udara. Menurutnya hujan uang tidak meningkatkan penjualan. Usaha itu hanya untuk memperkenalkan dirinya sendiri agar lebih dikenal. Pada buku Marketing Revolution, cara yang sama juga dilakukannya dengan memberi pembeli buku bonus 5 CD audio dengan topik menarik, 2 tiket seminar tiga hari secara gratis yang biasanya per tiket dijualnya seharga 5 juta rupiah. e-ti | hs, mlp