
https://tokoh.id/bobby-sangka/
Sebagai pemimpin, Bobby Sangka berusaha mengayomi anak buah sesuai dengan karakter mereka masing-masing. Ada yang perlu dimarahi dan ada perlu lembut agar mereka bisa bekerja dengan optimal. Dia selalu mendorong para manajer untuk berani mengambil keputusan sendiri dan selalu memberi kesempatan kepada mereka yang gagal untuk mencoba lagi.
Bobby menyebutkan bahwa dia sudah menjalani dua dunia di tempat kerja, dia pernah menjadi karyawan dan sekarang menjadi pengusaha. Dia merasa dirinya lebih cocok menjadi pengusaha dan tidak cocok menjadi karyawan yang harus taat dengan aturan jam kantor. Karena sebagai orang IT, terkadang dia bekerja hingga larut malam. Meski demikian, Bobby selalu komit masuk kerja sesuai jam kantor dan kalau diberi target pasti dipenuhi.
Di sisi lain, saat ia menjadi pengusaha, sosok yang rajin dan pekerja keras ini jadi lebih memahami kondisi karyawannya. Dia berusaha melakukan pendekatan-pendekatan agar karyawan betah bekerja karena merasa didukung dan diperhatikan kesejahteraannya.
Misalnya dengan memberikan fasilitas kasbon, membantu karyawan untuk cicil rumah, juga ada semacam CSR yang disiapkan untuk internal. “Artinya buat karyawan itu ada penghargaan semacam kepuasan, reward-nya juga selalu diberikan. Seperti sebelum Covid itu, selama tiga tahun berturut-turut diberikan tur jalan-jalan gratis, ada yang ke Jepang dan negara lainnya,” kata Bobby.
Ketika pandemi Covid terjadi, seluruh pegawai tetap bekerja seperti biasa dari rumah (WFH), seluruh hak-hak karyawan tetap dibayarkan secara full, tidak ada pemotongan. Yang mengejutkan menurut Bobby, karena karyawan WFH, biaya operasional menjadi berkurang seperti biaya perjalanan, biaya kantor, listrik, AC dan sebagainya. Bahkan proyek MGS tetap bagus, berjalan dengan baik. “Kita gak terpengaruh sama sekali, dan untungnya juga lumayan. Jadi kita ya bersyukur puji Tuhan. Memang ada cutting cost di operation karena mereka kerja dari rumah (WFH). Memang tidak ada penambahan karyawan, tidak ada investasi. Tapi hak-hak pegawai semua dibayarkan penuh. Semua tetap berjalan normal. Dan tiap tahun itu ada ada kick offnya,” papar Bobby.
Tak dipungkiri kalau dalam masa pandemi Covid, banyak usaha terkena dampaknya terutama yang bergerak di bidang makanan dan pariwisata. Oleh karena itu, Bobby merasa bersyukur kalau perusahaannya bisa survive dan berkembang di tengah persaingan yang semakin ketat. “Bersyukur kami sampai saat ini masih masuk di sepuluh besar di Indonesia,” kata Bobby.
Beberapa proyek prestisius yang berhubungan dengan pemerintah yang dikerjakan oleh MGS adalah Bank Indonesia. “Sistem Bankingnya yang utama, itu yang dikerjakan oleh MGS,” katanya. Selain beberapa proyek di bank, MGS juga menggarap proyek di KPK dan Telkomsel.
Bobby menuturkan bagaimana perusahaannya bisa dipercaya menggarap proyek-proyek besar. Pada saat mereka memasukkan proposal, mereka sudah yakin akan mampu mengerjakan proyek tersebut karena didukung dengan karyawan-karyawan yang hebat. Mereka sudah menyiapkan berbagai skenario (plan A, plan B, dst) dan sudah mengukur semua mitigasi risiko. Para anggota tim juga sudah paham dengan tugasnya masing-masing dan proyek harus selesai 100%.
“Walaupun keputusan manajer salah, dia akan tetap saya dukung di depan anak buah mereka, tetapi saya akan tegur pada saat berduaan supaya next time tidak buat keputusan yang salah lagi,” jelas Bobby.
Bobby mengakui bahwa proses bekerja sama dalam tim tidak selalu mulus. Selalu ada tantangan terutama di antara anggota tim itu sendiri. Salah satu tantangannya adalah, tatkala Bobby mendapati (bisa membaca) ada anggota tim yang tidak jujur dalam melaporkan progress pekerjaan. Mereka yang tidak jujur ini mesti ditegur bahkan dimarahi agar bisa mengerjakan tugasnya dengan benar. Bobby selalu mengingatkan untuk melaporkan tugas dengan jujur, apa adanya. “Jangan asal bapak senang saja lalu laporkan yang berbeda,” kata Bobby.
Selain kejujuran dan sportivitas dalam memberikan laporan progress pekerjaan, Bobby juga memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada para manager untuk berani mengambil keputusan sendiri (full authority). Bobby menyadari bahwa dirinya tidak bisa mengerjakan semua tugas sendiri dan perlu didelegasikan (delegating responsibility) agar dia bisa mengerjakan hal-hal lain yang lebih strategis.
Bobby percaya pada filosofi “Lebih baik kamu melakukan sesuatu dan menyesal daripada menyesal karena tidak melakukan sesuatu”. Oleh sebab itu, Bobby tak bosan-bosan mendorong para manajernya agar tidak takut mengambil keputusan (independent thinking). “Walaupun keputusan manajer salah, dia akan tetap saya dukung di depan anak buah mereka, tetapi saya akan tegur pada saat berduaan supaya next time tidak buat keputusan yang salah lagi,” jelas Bobby.
Bobby selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik, mengayomi dan selalu melihat yang terbaik di dalam diri orang lain. Misalnya, saat dia memberikan proyek kepada seseorang, namun orang tersebut tidak tuntas melakukan kewajibannya kepada pemberi proyek. “Ujungnya sayalah yang harus menyelesaikan. Berikutnya saya masih kasih lagi, dengan harapan mudah-mudahan dia berubah. Dan ternyata dia berubah. Jadi menurut saya sih, orang pasti berubah. Cara kita merubah itu berbeda-beda, ada yang harus dikerasin, ada yang harus dilembutkan,” kata Bobby yang percaya untuk selalu berbuat baik dan membantu orang lain. “Walaupun mungkin diri kita dirugikan oleh orang lain, sikap membantu itu harus tetap ada,” kata Bobby lagi.
Apa yang disampaikan oleh Bobby itu tidak lepas dari nasihat dari sang ayah yang membekas di sanubarinya. Ayahnya mengajarkan, jika membantu seseorang, bersyukurlah kalau kamu tidak ditusuk dari belakang. Artinya, kalau mau menolong orang lain, jangan kita mengingat-ingatnya. Sebab kalau dia tidak menusuk (tidak berbuat jahat) kepada diri kita, hal itu harus disyukuri.
Bobby mengakui bahwa prinsip-prinsip hidupnya juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Kristus. Itulah sebabnya dia berusaha untuk tetap rendah hati dan menjauhkan diri dari sikap arogan. “Seperti yang dituliskan di sana bahwa kalau berbuat baik, tetapi yang terutama adalah mengasihi seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa (1 Ptr 4: 8, red),” kata Bobby.
Melihat pentingnya kekuatan iman/spiritual, selain memperkuat keterampilan dan keahlian karyawan, Bobby juga kerap mengadakan acara siraman rohani kepada seluruh pegawainya, sesuai ajaran agama masing-masing. “Kita bukan hanya mengandalkan diri sendiri saja, tapi tetap harus mengandalkan Tuhan pencipta,” kata Bobby.
Berkat kepemimpinan dan keterlibatannya di beberapa organisasi sosial keagamaan, dia makin sering digadang-gadang berbagai pihak untuk maju dalam kontestasi pemilihan kepala daerah di Toraja Utara Sulawesi Selatan. Meski namanya makin sering disebut, pria yang luwes ini tetap low profile dan tidak memberikan komentar apapun.
Penulis: Yenita. Foto: Rigson (dokpri). Editor: ML Paniroy.