
VISI BERITA (Balada Banjir Jakarta, 1 Maret 2007) – Senja jatuh di batas cakrawala, mendung sedikit demi sedikit memekat di langit Jakarta bersamaan merambatnya Kamis sampai lewat tengah malam. Hujan deras tumpah ruah dari sekujur langit Jakarta sampai dini hari Jumat (2/2). Agaknya hujan deras tidak hanya tumpah di Jakarta, tetapi juga di Puncak dan Bogor. Kali Ciliwung yang melewati kedua kawasan tersebut, tak pelak lagi mengirim kado air bah untuk Jakarta.
Baca Online: Majalah Berita Indonesia Edisi 32 | Basic HTML
Air Kali Ciliwung dan tumpahan hujan menyatu di tempat-tempat rendah, mengepung dan merendam permukiman kumuh dan mewah, jalan, sekolah, rumah sakit, serta pabrik di Jakarta. Air bah itu seakan mencibir para petinggi dan warga terhormat ibu kota. Banjir dahsyat yang muncul mendadak seolah menguji janji dan kepedulian mereka terhadap rakyat yang menderita bertahun-tahun karena menanggung beban ekonomi.
Ternyata ketika banjir pertama dan kedua terjadi, mereka tidak peka, acuh, dan lalai terhadap penderitaan puluhan ribu pengungsi yang panik mencari perlindungan. Saat itu tak terlihat para petinggi negara, politisi, dan legislator yang mengunjungi para korban banjir untuk berempati atau mengulurkan bantuan. Tak juga tampak para anggota DPRD Jakarta yang getol mempersoalkan tunjangan komunikasi intensif.
Namun Kamis sore itu (1/2), muncul balada banjir yang memilukan di sepanjang pinggir jalan Jatinegara, di bibir Kali Ciliwung. Segerombol penghuni bantaran Kali Ciliwung berdiri atau duduk berderet di emper-emper toko. Mereka masih duduk atau berdiri di situ sampai dini hari Jumat. Meskipun langit Jakarta sore itu cerah, ratusan warga mulai mengungsi lantaran rumah mereka tergenang banjir kiriman dari Puncak, Bogor, dan Depok. Mereka memang salah, karena membikin rumah di bibir, bantaran, dan kolong jembatan Kali Ciliwung.
Namun kita berbicara soal rasa kemanusiaan. Kesampingkan dulu ketidakberdayaan dan kesalahan mereka. Pada wajah-wajah mereka yang lesu dan lelah, terpancar gumpalan murung. Soalnya, mereka tidak bisa kembali ke gubuk mereka atau mengungsi ke rumah keluarga dan ke tempat pengungsian.
Pada hari ketiga, baru berdiri tenda tidak seberapa besar di halaman Sekolah Santa Maria dan bioskop Nusantara, Jatinegara, yang sudah bangkrut. Saat itu, tak ada petinggi, politisi, legislator, atau anggota DPRD Jakarta yang mendatangi mereka. Padahal di musim kampanye pemilihan, mereka mengumbar janji muluk untuk memperbaiki nasib dan harkat rakyat kecil.
Berikutnya balada pilu sekelompok warga permukiman elit Kelapa Gading yang bermata sipit. Mereka juga sengsara dan terlantar lantaran amukan banjir. Di atas truk bak terbuka, sekitar 20 penumpang duduk berdesakan. Mereka datang dari arah Kelapa Gading, menerjang banjir yang merendam Pulo Gadung. Dari wajah-wajah yang memerah karena kelelahan dan kegerahan, terpancar sendu yang bisu. Hanya seorang pimpinan rombongan, pria kekar usia setengah baya, melakukan kontak telepon dengan personil sebuah hotel berbintang di jantung kota Jakarta. Namun hari itu, Minggu (3/2), sejumlah ruas jalan yang menuju sederet hotel berbintang di kawasan elit MH Thamrin, air menggenang setinggi satu meter lebih. Jalan MH Thamrin sendiri tergenang air dengan ketinggian yang sama.
Selanjutnya balada angkutan darurat dan kemacetan lalu lintas di banyak ruas jalan yang tergenang banjir, dan di jalan tol Jagorawi. Ketika melintasi ruas jalan yang tergenang sampai sebatas dada, semua mobil harus bergerak lambat atau ngebut agar tidak mogok di tengah benaman air. Namun pengendara yang ngebut akan dicaci-maki oleh para tukang gerobak karena menyibakkan air laksana gelombang laut. Mereka menawarkan jasa angkutan banjir dengan ongkos yang aduhai mahalnya. Para pejalan kaki yang terjebak genangan banjir terpaksa naik gerobak untuk melintasi jarak 50 sampai 100 meter, bisa dipungut tarif Rp 100.000 sampai Rp 150.000.
Gerak mobil yang melambat menimbulkan kemacetan beruntun. Di tengah kemacetan itu, banyak pengendara yang panik dan stres karena takut mobil mereka mogok terbenam air. Mereka bisa menjadi mangsa empuk anak-anak remaja pria yang menunggu mobil mogok sembari bermain-main di genangan air. Untuk mendorong mobil mogok, mereka bisa mengompas sang pengendara dengan imbalan ratusan ribu rupiah.
Kepanikan para pengendara juga terjadi di Pintu Tol TMII, Jakarta Timur. Baru memasuki pintu tol, banyak pengendara berbalik arah karena melihat kemacetan di badan jalan tol menuju Grogol dan Tanjung Priok. Jalan tol Jagorawi—Sabtu dan Minggu—benar-benar mengalami kemacetan paling parah sepanjang sejarahnya.
Balada banjir paling menarik, munculnya polemik antara Gubernur Sutiyoso dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Sabtu malam (3/2). Sutiyoso, katanya, menginformasikan kepada Presiden via HP ke Sekkab Sudi Silalahi, akan membuka Pintu Air Manggarai (PAM). Namun dengan risiko, bangunan-bangunan penting dan strategis yang terentang dari Menteng sampai ke Harmoni bisa terendam banjir. Sehari kemudian, Minggu (4/2), Presiden SBY mengeluarkan unek-uneknya di Bekasi. SBY mengatakan bahwa dia merasa tidak berwenang memberi izin untuk membuka PAM. Mengelak menyebut nama gubernur atau nama pejabatnya (Sutiyoso), SBY mengatakan wewenang itu ada di tangan pemerintah daerah.
Semua balada tersebut mungkin tak akan terjadi, andaikan Daerah Aliran Sungai di Puncak dan Bogor yang dilalui Kali Ciliwung dihijaukan kembali, atau rencana membangun waduk yang menampung amukan air Kali Ciliwung di kawasan Margonda, Kota Depok, bisa terwujud. Dengan demikian, beban berat PAM ratusan tahun untuk melindungi kawasan strategis tersebut dari ancaman banjir kiriman bisa sangat berkurang. (red/BeritaIndonesia)
Daftar Isi Majalah Berita Indonesia Edisi 32
Dari Redaksi
- Dari Redaksi – Hal. 4
Surat Komentar
- Surat Komentar – Hal. 5
Highlight/Karikatur Berita
- Highlight/Karikatur Berita – Hal. 7
Berita Terdepan
- Amandemen Matang di Luar Mentah di Dalam – Hal. 12
Visi Berita
- Balada Banjir Jakarta – Hal. 14
Lintas Tajuk
- Pemerintah Tak Mau Didikte – Hal. 15
Berita Utama
- Simalakama Pintu Air Manggarai – Hal. 16
- Konsep Megapolitan Jakarta – Hal. 21
- Situ Raksasa Bernama Jakarta – Hal. 22
- Galeri Banjir – Hal. 24
- Dari Kumpeni hingga Bang Yos – Hal. 26
- Jakarta Banjirpolitan – Hal. 28
- Warga Berbudaya Sampah – Hal. 30
- Kemana Aparat Pemprov DKI? – Hal. 31
Berita Politik
- Surya Pimpin PPP – Hal. 32
- Golkar Tak Seperti Dulu – Hal. 33
Lentera
- Al-Zaytun: Pendidikan Terpadu Berskala Global – Hal. 34
- Pidato Syaykh AS Panji Gumilang: Kilas Balik Catatan Sejarah Al-Zaytun – Hal. 36
- Wapres Jusuf Kalla: Al-Zaytun Pelopori Perubahan – Hal. 39
Berita Ekonomi
- Menghindari BI Kembali Jadi Sarang Penyamun – Hal. 42
- Aide Memoire Pembubaran CGI – Hal. 44
Berita Khas
- Rapel DPRD Batal, Protes Jalan Terus – Hal. 46
Berita Feature
- Pesona Seorang Akie Abe – Hal. 48
Berita Mancanegara
- Maksud di Balik Uji Rudal Antisatelit Cina – Hal. 50
- Joan of Arc Versus Napoleon – Hal. 50
- Jalan Bush Tidak Lagi Mulus – Hal. 51
Berita Hukum
- Perjuangan Suci Belum Berakhir – Hal. 52
- Menggugat Raja Tua – Hal. 53
Berita Iptek
- Game Gratis Asli Indonesia – Hal. 54
- Software Lokal Tak Kalah Mutu – Hal. 55
Berita Daerah
- Menjaga Wibawa Birokrasi – Hal. 56
- Disnaker Menata Harmoni – Hal. 56
- Kukar Bentuk Task Force SDM – Hal. 57
- Apel Siaga SAR – Hal. 57
Berita Olahraga
- Awal Petualangan Platini Bersama UEFA – Hal. 58
- Kolev Kembali Lagi – Hal. 58
- Dana APBD Bagi Si Anak Emas – Hal. 59
Berita Nasional
- Merajut Kebersamaan di Serambi Mekkah – Hal. 60
Berita Tokoh
- H. Achmad Zaini, MA – Hal. 61
Berita Hankam
- Armabar Tangkap Empat Kapal – Hal. 62
- Pindad Produksi 3.000 Senapan SS-2 – Hal. 62
Berita Kesehatan
- Gigitan Maut Masih Berlanjut – Hal. 63
Berita Lingkungan
- Bila Gajah Harus Mengungsi – Hal. 64
- Air Untuk Tiga Waduk – Hal. 64
- Limbah Ulah Siapa – Hal. 64
Berita Budaya
- Spesies Baru dari Flores – Hal. 65
- Hajatan Buat Penggemar Jazz – Hal. 65
Berita Media
- Wewenang KPI Dikup Menkominfo – Hal. 66