
[DIREKTORI] Menjadi orang nomor satu di Kementerian Pertanian bukanlah hal yang kebetulan bagi politisi Partai Keadilan Sejahtera ini. Ia besar di tengah keluarga petani, kuliah hingga tingkat doktoral di Institut Pertanian Bogor, dan pernah menjadi anggota DPR yang membidangi masalah pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, kelautan, dan pangan.
Sebelum menjabat sebagai Menteri Pertanian Indonesia, pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 20 April 1959 ini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI untuk periode 2004-2009 dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Suswono menjadi anggota DPR-RI di Komisi IV melalui Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah IX (Kab. Tegal, Kota Tegal, Kab. Brebes).
Dalam penilaian orang terdekat, Ir. H. Suswono, MMA dikenal sebagai sosok yang sederhana, pekerja keras, disiplin, dan memberikan perhatian kepada sesama. Perihal sosok pekerja keras itu, dikuatkan juga oleh Hj Mieke Wahyuni, sang istri. “Sejak muda, bapak sudah terbiasa dengan kesibukan dan mobilitas tinggi. Sebagai seorang isteri saya selalu mendukung penuh langkah suami. Sebagai bentuk dukungan penuh, berbagai urusan keluarga di rumah, semua saya pegang kendali,” katanya.
Gambaran nyata wujud kesederhanaan Suswono juga dapat terlihat dalam urusan makan. Dalam hal ini Suswono bukanlah orang yang pilih-pilih. Sebagian besar makanan kesukaannya adalah makanan sederhana termasuk sayur asam. Maka tak aneh bila pulang kampung, hidangan tersebut selalu tidak pernah ketinggalan.
Semasa kecil Suswono dibesarkan dalam keluarga desa yang kental tradisi organisasi dan agama. Keluarga dari ayahnya berlatar belakang NU dan sebagian besar berprofesi sebagai petani. Sementara keluarga ibunya adalah pedagang dan aktif di organisasi Muhammadiyah. Dari SD hingga SMA, Suswono lebih banyak menghabiskan waktunya di daerah asal Slawi, Tegal. Diantara teman sekolahnya, Suswono memang dikenal memiliki kecerdasan yang lebih. Bahkan ketika SMA, ia sempat menjadi pelajar teladan se-Kabupaten Tegal.
Selepas SMA, Suswono merantau ke Bogor karena melanjutkan sekolah di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur tanpa tes. Setelah lulus Program S1 Sosial Ekonomi Peternakan IPB tahun 1984, Suswono melanjutkan Program S2 Magister Manajemen Agribisnis IPB pada 2004 sekaligus berhasil menyelesaikan Program S3 Doktor Manajemen Bisnis, juga di IPB.
Bakat berorganisasi dari kedua orangtua rupanya juga turun ke Suswono. Sejak duduk di bangku SMA di Kabupaten Tegal, Jateng, Suswono telah aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) dan menjadi Ketua PII Komisariat Slawi. Saat berstatus mahasiswa di IPB, suami dari Hj Mieke Wahyuni ini dipercaya sebagai Ketua Senat (BEM Fakultas) Mahasiswa Peternakan, 1980-1981 dan Ketua HMI Cabang Bogor 1982-1983.
Bahkan ketika sudah berkeluarga, hobi berorganisasi Suswono tidak lantas padam namun semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkannya dengan menjadi salah satu pendiri Partai Keadilan (PK) tahun 1998 dan kemudian Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tahun 2002.
Bekal pengalaman berorganisasi itu kemudian mengantar ayah 4 orang anak ini duduk menjadi wakil rakyat di DPR. Ketika itu, doktor IPB ini diberi amanah dari partai yang mengusungnya (PKS), untuk duduk sebagai anggota dan Wakil Ketua di komisi IV. Di komisi itu, Suswono menangani masalah pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, kelautan, dan pangan. Posisi tersebut dijabatnya selama lima tahun sejak tahun 2004. Selain itu, Suswono pernah menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Kehutanan di tahun 1999 – 2001.
Saat duduk sebagai wakil rakyat, ia berhasil memperjuangkan diantaranya, peningkatan subsidi pupuk bagi petani, pengadaan sarana pertanian (pompa, traktor, pengering padi), bantuan benih unggul gratis (padi, jagung, kedelai, ikan, hewan ternak), bantuan modal petani (PUAP, SP3, KKP), serta bantuan untuk pengembangan agribisnis di kalangan Pesantren (LM3). Kemudian, peningkatan anggaran reboisasi, bantuan alat tangkap perikanan, serta peningkatan anggaran untuk revitalisasi penyuluhan.
Selain itu, putra Slawi ini juga terkenal keras menentang impor beras dan pembalakan liar. Semua yang diperjuangkan tersebut semata-mata bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dan nelayan agar mereka bisa lebih menikmati jerih payahnya.
Saat duduk sebagai wakil rakyat, putra Slawi ini terkenal keras menentang impor beras dan pembalakan liar.
Kiprahnya sebagai politisi dan prestasi yang dicapainya akhirnya sampai ke telinga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Maka, tak ayal SBY memilihnya untuk menempati posisi sebagai Menteri Pertanian menggantikan Anton Apriyantono pada 22 Oktober 2009.
Menurut Suswono, bidang pertanian bukanlah hal yang baru baginya karena ia berasal dari keluarga yang memang hidup dari bertani. Selain itu, mengenai dipilihnya ia menjadi pembantu SBY dalam Kabinet Indonesia Bersatu II (KIB), Suswono berujar, jabatan bukanlah kehormatan yang harus dikejar-kejar. Jabatan adalah amanah yang didalamnya terkandung beban dan pekerjaan yang harus dipertanggung-jawabkan. Tak hanya kepada Presiden dan rakyat di dunia tapi juga kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.
Suswono mengakui, Deptan di bawah kepemimpinan Anton Apriyantono telah membuat banyak prestasi membanggakan. Mulai dari capaian swasembada beras, jagung, gula konsumsi, telur, daging, kinerja ekspor, kontribusi pertanian terhadap PDB dan lainnya. Untuk itu, dia menyampaikan terima kasih kepada Anton dan jajaran pejabat Deptan 2004-2009 yang telah bekerja dan membuat prestasi.
Lebih jauh ia menyatakan, meski berlatar belakang politik, sebagai pejabat publik dia akan bekerja profesional; melahirkan kebijakan dan program pro-rakyat, dan loyalitasnya ditujukan kepada presiden dan seluruh rakyat Indonesia. Jadi pada prinsipnya, ia akan melanjutkan keberhasilan program-program yang telah dilaksanakan pendahulunya, Anton Apriyantono. Selain itu, ia juga akan melakukan evaluasi dari kendala yang dihadapi dan segera melakukan perbaikan.
Sebagai langkah awal setelah dirinya memimpin, Deptan telah meluncurkan satu program pengembangan usaha agrobisnis pedesaan (PUAP). Program tersebut didukung anggaran senilai Rp 1 triliun dengan cakupan meliputi 10.000 desa. Rinciannya adalah per Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) akan memperoleh bantuan dana Rp 100 juta untuk keperluan pembelian sarana produksi. Untuk pengawasannya akan dilakukan oleh tim penyelia yang terdiri atas kaum muda dari beberapa kalangan. Sedangkan untuk start, program ini akan diterapkan di Cirebon dan Kabupaten Tegal.
Di samping itu, Suswono juga telah mencanangkan tahun 2010 sebagai tahun kebangkitan petani. Pencanangannya dilakukan pada kegiatan Forum Nasional (FORNAS) Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) II – 2010 di Kabupaten Takalar yang dihadiri sekitar 1.000 peserta. Dari kegiatan tersebut, Suswono berharap P4S dapat memberikan kontribusi yang sangat nyata dalam peningkatan profesionalisme petani dan kegiatan agribisnis di perdesaan.
Untuk mempercepat pencapaian target dari program itu, Kementerian Pertanian juga terus mendorong berkembangnya P4S di seluruh wilayah Indonesia. Targetnya, minimal dua unit P4S per kabupaten/kota, jadi total P4S yang perlu ditumbuhkembangkan di Indonesia paling sedikit 900 unit P4S. Dari data Kementerian Pertanian tercatat, sebanyak 748 unit P4S sudah berdiri, namun penyebarannya masih belum merata di setiap kabupaten/kota.
Menyinggung program pertanian ke depan, Suswono menyatakan telah menetapkan visinya. Ia telah merumuskan satu konsep pemikiran sebagai visi pertanian lima tahun ke depan yaitu, Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Nilai Tambah, Daya Saing Ekspor dan Kesejahteraan Petani. Melalui visi tersebut, anak pasangan H. Asyraf (pensiunan PNS) dan Hj. Suratni ini bertekad menjadikan pertanian lebih menggeliat lagi.
“Pertanian diharapkan tidak hanya menjadi tulang punggung kehidupan bagi warga yang menggantungkan hidup secara langsung dari sektor ini saja, namun juga diharapkan menjadi salah satu sumber devisa negara,” ujar bapak empat anak ini.
Ia mencontohkan, bersama Malaysia, Indonesia menguasai sekitar 80 persen pasar dunia minyak sawit sehingga faktor ini diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Sebagai sektor penyumbang tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya, sektor pertanian menjadi penyedia bagi 41 juta pekerja yang terlibat secara langsung. Jadi sektor ini menjadi tumpuan bagi separuh tenaga kerja secara nasional.
Visi Suswono tersebut selaras dengan harapan Presiden SBY ketika memanggilnya untuk uji kelayakan di Cikeas. SBY berharap Departemen Pertanian mampu mewujudkan kemandirian pangan dengan meningkatkan produksi beras dan kesejahteraan petani.
Selain itu seperti dikatakan Suswono, SBY juga memberikan 10 arahan terkait pertanian. Arahan itu seperti: 1) Ketahanan Pangan; 2) Kemandirian Pangan di tiap daerah; 3) Produktivitas Hasil Pertanian; 4) Keterpaduan Antar Sektor; 5) Kesejahteraan Petani; 6) Subsidi Tepat dan Ideal; 7) Ekspor Impor yang Adil; 8) Peningkatan Produksi Peternakan; 9) Peningkatan Kerjasama Negara-negara Sahabat; dan 10) Pemberantasan KKN. Namun hingga memasuki tahun ketiga masa jabatannya sebagai menteri, publik masih menunggu realisasi janji-janji tersebut. guh, red