Letjen TNI Hadi Waluyo menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ke-28. Dia menggantikan Letjen (pur) Bibit Waluyo yang pensiun sejak 28 September 2004. Upacara sertijab digelar di lapangan terbuka Markas Kostrad, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, pukul 16.00 Rabu 3 November 2004.
Drs. Imran, Ak, anggota Badan Pemeriksa Keuangan, kelahiran Teluk Bayur Padang, 5 Mei 1944. Dia seorang akuntan dengan register nomor D 417, lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Indonesia, tahun 1969. Sebelum diangkat menjadi anggota BPK, Imran menjabat Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP di Jakarta (2001 – 2004).
Nama Oetarjo Diran makin dikenal publik saat dipercaya sebagai Ketua Komite Kecelakaan Transportasi Nasional (KNKT) pada tahun 1997. Guru besar ITB yang pernah terlibat dalam pembuatan pesawat CN-235 di IPTN, merintis jurusan teknik penerbangan di ITB dan sering menjadi narasumber di seputar dunia dirgantara ini meninggal di usia 79 tahun pada 17 September 2013.
Seniman musik dan dalang wayang kulit kesayangan Bung Karno ini melegenda karena karya-karyanya yang inovatif dan menghibur turut mewarnai sejarah budaya Jawa. Salah seorang muridnya, Ki Manteb Soedharsono, mengakui bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang wayang kulit terbaik yang pernah dimiliki Indonesia dan belum tergantikan sampai saat ini.
Pakar kelautan khususnya bidang teknik perkapalan ini meniti karirnya sebagai akademisi, pendidik dan peneliti di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Ia termasuk salah seorang perintis dan pendiri program Magister Teknik Kelautan ITS dan program doktor teknologi kelautan ITS yang pertama di Indonesia.
Maruli Sitompul seorang aktor film senior berdarah Batak kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 21 Desember 1937. Aktor bernama lengkap Hisar Sahat Maruli Sitompul, ini telah membintangi puluhan film selama kurun waktu 1963 -1984 di antaranya film 'Si Buta dari Gua Hantu' dan 'Laki-laki dari Nusakambangan' yang memberinya penghargaan sebagai Aktor Terbaik FFI 1981.
Nurcholish Madjid, yang populer dipanggil Cak Nur, itu merupakan ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Ia cendekiawan muslim milik bangsa. Gagasan tentang pluralisme telah menempatkannya sebagai intelektual muslim terdepan. Dia adalah guru pluralisme Indonesia. Terlebih di saat Indonesia sedang terjerumus dalam berbagai kemorosotan dan ancaman disintegrasi bangsa.
Mantan Wakil Ketua DPR/MPR dan mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (DPP PPP) Ismail Hasan Metareum meninggal di Rumah Sakit (RS) Pelni, Petamburan, Jakarta Barat, Sabtu 2 April 2005 dini hari pukul 02.00 wib. Jenazah politisi mumpuni dan bertangan dingin kelahiran Sigli, Aceh 4 April 1929, ini dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta, sore harinya.
Bekerja keras dengan tulus, kreatif dan inovatif. Itulah salah satu yang patut diteladani dari mantan Menteri Negara Kependudukan ini. Dia seperti tidak kenal lelah, sepanjang hari bekerja keras dengan kreatif bahkan sampai melebihi panggilan tugasnya. Dia juga seorang tokoh yang terbuka, bersahaja dan teguh pada prinsip. Dia pejabat Orde Baru yang karya pengabdiannya belum tertandingi hingga saat ini, di bidang kependudukan dan keluarga sejahtera.
Ini dia Presiden Republik Indonesia pertama hasil pilihan rakyat secara langsung. Lulusan terbaik Akabri (1973) yang akrab disapa SBY dan dijuluki 'Jenderal yang Berpikir', ini berpenampilan tenang, berwibawa serta bertutur kata bermakna dan sistematis. Dia menyerap aspirasi dan suara hati nurani rakyat yang menginginkan perubahan yang menjadi kunci kemenangannya dalam Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004.
Yap Thiam Hien seorang pengabdi hukum sejati. Ia mengabdikan seluruh hidupnya berjuang demi menegakkan keadilan dan hak asasi manusia (HAM). Namanya telah menjadi sumber inspirasi dan obor api semangat bagi segenap pejuang keadilan dan HAM di negeri ini. Pria Tionghoa ini seorang advokat teladan yang berani dan tanpa pamrih selalu hadir paling depan membela orang-orang tertindas. Patutlah namanya diabadikan sebagai nama penghargaan penegakan HAM: Yap Thiam Hien Award.
Chaerul Saleh lahir di Sawah Lunto, Sumatera Barat, 13 September 1916. Dia salah seorang tokoh perumus naskah proklamasi. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (1960-1965) itu pernah juga menjabat Wakil Perdana Menteri III, Kabinet Kerja IV dan Kabinet Dwikora I (13 November 1963-1966). Politisi yang dianugerahi pangkat Jenderal Kehormatan TNI AD, itu meninggal dalam status tahanan di Jakarta, 8 Februari 1967.
Ibarat kaca, mantan hakim agung Bismar Siregar SH, menjadi cermin kebeningan hati nurani bagi para hakim. Mantan Ketua Pengadilan Tinggi Sumatra Utara (1984), ini selalu mengandalkan hati nurani setiap kali mengambil keputusan. Sebab baginya, hati nurani tidak bisa diajak berbohong. Pria kelahiran Sipirok Sumatera Utara, 15 September 1928, ini meninggal di Jakarta, Kamis 19 April 2012.
Laksamana TNI (Purn) Sudomo seorang pemimpin kontroversial. Dia Pangkopkamtib paling tegas dan berwibawa. Dia tidak ragu mengambil tindakan keras, namun dia secara pribadi juga bersahabat dengan siapa pun. Dia pejabat penting masa Orde Baru yang tidak pernah diragukan kesetiaannya oleh Presiden Soeharto.
Peraih Satya Lencana Kebudayaan tahun 1969 ini banyak menerjemahkan karya dramawan ternama Inggris, William Shakespeare, sehingga julukan “Spesialis Shakespeare” pun melekat pada namanya. Semasa hidupnya, salah satu perintis berdirinya Taman Ismail Marzuki ini dikenal bersahaja dan tekun bekerja.
Meski sering digolongkan sebagai pelukis beraliran ekspresionis, seniman lukis dan budayawan Indonesia ini mengaku bahwa ia melukis hanya mengikuti kata hati, tanpa ada konsep yang bersifat baku. Karena mengikuti kata hati pula, Ketua Umum Seniman Indonesia Antinarkoba ini tak segan-segan mengkritik keras tingkah polah sesama seniman termasuk para pejabat pemerintah.
Beberapa karya patung monumental telah terlahir dari tangan kreatif pematung lulusan ITB ini. Diantaranya, Patung Garuda Wisnu Kencana (Bali), Monumen Jalesveva Jayamahe (Surabaya), dan Monumen Proklamasi Indonesia (Jakarta). Dalam berkarya, peraih penghargaan Jasa Adiutama dari ITB tahun 2009 ini lebih memilih menggunakan bahan kuningan dan tembaga.
Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Pedesaan Indonesia karena berjasa meletakkan dasar-dasar studi sosial-ekonomi pedesaan di Tanah Air. Pemikirannya yang terkenal yakni “Garis Kemiskinan Sajogyo” sudah diadopsi oleh berbagai kalangan. Peraih Habibie Award 2011 ini juga menjadi salah seorang yang mempengaruhi keputusan pemerintah dalam menjalankan kebijakan Inpres Desa Tertinggal (IDT).
A Kasoem merupakan orang pribumi pertama yang merintis usaha toko kacamata di Indonesia. Usaha yang dirintisnya sejak tahun 1930-an itu kemudian berkembang dengan berbagai merk, seperti A Kasoem, Lily Kasoem, dan Cobra.
Mr. Assaat. lahir di Dusun Pincuran Landai, Kanagarian Kubang Putih, Banuhampu, Agam, Sumatera Barat, 18 September 1904 dan meninggal di Jakarta, 16 Juni 1976. Dia adalah tokoh pejuang Indonesia, yang pernah menjabat Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Badan Pekerja (1946-1949), Pejabat Presiden Republik Indonesia yang merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS) di Yogyakarta (Desember 1949 - Agustus 1950), Anggota Parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat) dan Menteri Dalam Negeri Kabinet Natsir (September 1950 - Maret 1951).[1]
Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo lahir di Kalirejo, Purworedjo, Jawa Tengah, 25 Februari 1904 dan meninggal di Jakarta, 25 Oktober 1982 pada usia 78 tahun. Tokoh Muhammadiyah ini adalah Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang menjadi cikal bakal dari DPR/MPR pertama periode 1945-1946.
Pahlawan Nasional Mr. Koesoemah Atmadja bernama lengkap Prof. Dr. Mr. Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja adalah Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia pertama. Anggota BPUPKI dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada itu lahir di Purwakarta, Jawa Barat, 8 September 1898 dan meninggal di Jakarta, 11 Agustus 1952.
Soerjadi, SH adalah pejuang independensi Mahkamah Agung. Ketua Mahkamah Agung RI Ketiga periode Juni 1966 sampai Agustus 1968 itu sangat teguh pada prinsip independensi MA. Dia menabukan hakim agung berasal dari TNI (ABRI) dan nonhakim serta melarang hakim berpolitik. Ketika prinsip ini didobrak kekuasaan, dia pun memilih mundur. Dia yang menggantikan Wirjono Prodjodikoro (1952-1966) kemudian digantikan Prof. R. Soebekti (1968-1974).