Rela Mundur Hindari Pertumpahan Darah

Soeharto
 
0
6543

03 | Serangan Umum 1 Maret 1949

Pengalaman Pak Harto sebagai militer dimulai ketika diterima menjadi tentara Kerajaan Belanda (KNIL). Dari sini, ia terlibat di dalam berbagai perjuangan bersenjata, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Pak Harto memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 ke kota Yogyakarta yang diduduki tentara Belanda, untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia merdeka masih eksis. Dia seorang jenderal lapangan (field general).

Belanda melancarkan agresi militer kedua, 19 Desember 1948 setelah melakukan agresi pertama 27 Juli 1947. Pasukan NICA menduduki Yogya, masuk lewat Maguwo. Mereka tak terbendung karena sebagian besar pasukan TNI, termasuk Komando Wherkreise III pimpinan Letkol Soeharto, sudah ditarik keluar kota. Yang ada di kota tinggal satu kompi Pengawal Brigade dan Pengawal Presiden di bawah Komando Militer Kota (KMK) pimpinan Kapten Latief Hendraningrat.

Para petinggi, termasuk Panglima Soedirman, dalam keadaan sakit, mengungsi dan meneruskan perang gerilya. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden M. Hatta memutuskan tetap berada di tempat. Kemudian mereka ditawan dan dikirim ke Prapat, Sumatera Utara, lantas dipindahkan ke Bangka. Bung Karno memerintahkan Sjafruddin Prawiranegara memimpin pemerintahan darurat dari Sumatra Barat.

Dalam kondisi pemerintahan yang terpuruk, Letkol Soeharto merancang dan melancarkan serangan umum ke sejumlah markas dan pos pertahanan tentara Belanda di dalam kota Yogya, tanggal 1 Maret 1949. Dihantam dalam serangan dadakan, pasukan Belanda pimpinan Kolonel Van Langen, kocar-kacir. Mereka hanya bisa bertahan, meminta bala bantuan ke Magelang dan Semarang.

Dalam pertempuran enam jam, Ibukota Yogyakarta, dikuasai pasukan gerilya. Para pejuang mengibarkan bendera Merah Putih di Jalan Malioboro, di jantung kota Yogya dan di beberapa tempat lainnya. Kemenangan ini disambut warga kota dengan sukacita. Mereka tak lupa menyediakan makanan dan minuman seadanya.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang memegang pemerintahan sipil di Yogyakarta, memberi dukungan penuh. Letkol Soeharto banyak memperoleh informasi penting dari Sri Sultan. Juga memberi perlindungan bagi para pejuang yang memasuki Kraton, baik ketika menyiapkan penyerangan maupun ketika akan mengundurkan diri ke luar kota.

Belakangan setelah Pak Harto mengundurkan diri sebagai presiden, muncul pernyataan bahwa pengambil inisyatif Serangan Umum 1 Maret 149 adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sayang sekali Sri Sultan sudah tiada saat pernyataan ini muncul. Namun, menurut Probosutedjo, yang kala masa perjuangan itu tinggal serumah dengan Pak Harto, kalau pun misalnya inisiatif itu dari siapa pun, tapi yang memimpin pertempuran, mempertaruhkan nyawa adalah Pak Harto. Probo menyebut Pak Harto, seorang militer lapangan, jenderal lapangan (field general). Tidak sekadar kaya inisyatif dan wacana, tetapi lebih lagi bertindak sigap dan tegas di lapangan tempur.

Dikenal sebagai serangan fajar, kemenangan pasukan Letkol Soeharto memberi dukungan sangat berarti bagi perjuangan diplomasi pemerintah RI di forum PBB. Juga membongkar kebohongan propaganda Belanda bahwa perlawanan TNI telah dipatahkan. Letkol Soeharto berpikir keras untuk membongkar kebohongan tersebut kepada masyarakat internasional.

Berita kemenangan tersebut lantas disiarkan ke luar negeri melalui radio AURI di Playen, Wonosari. Siaran berita radio AURI ditangkap oleh PBB dan masyarakat dunia. Mereka akhirnya mengetahui bahwa rakyat bersama tentara terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaaan Indonesia.

Adalah India yang memprotes DK PBB menyatakan bahwa ternyata klaim Belanda telah menguasai kembali sepenuhnya Indonesia tidak benar. Walhasil, serangan umum itu memaksa Belanda mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB, dan kembali ke meja perundingan. Resolusi yang dikeluarkan 28 Januari 1949 itu, antara lain, menghendaki dihentikannya segera pertempuran (ceasefire), pemimpin-pemimpin republik yang ditawan Belanda dibebaskan tanpa syarat, dan dikembalikannya kekuasaan RI di Yogyakarta. sahbuddin hamzah, wawancara TokohIndonesia.com, dan berbagai sumber. (Majalah Tokoh Indonesia No.24)

***TokohIndonesia.com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Advertisement

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini