‘Duta Besar’ Jasa Logistik
Harsha E Joesoef
[WIKI-TOKOH] Sekitar 25 tahun sudah dia membesarkan usaha di bidang jasa logistik. Harsha E Joesoef relatif berhasil membawa Republic Express atau RPX menjadi salah satu usaha jasa logistik yang diperhitungkan. Dia melengkapinya dengan menggandeng FedEx untuk “bermain” di kawasan internasional.
Usaha yang berawal dari garasi rumah itu belakangan ini mampu menjadi lapangan pekerjaan bagi lebih dari 1.500 orang. Mereka bekerja pada sekitar 100 kantor RPX yang tersebar di lebih dari 50 kota se-Indonesia. Mengguritanya usaha RPX Group membuat Harsha kemudian membaginya dalam tujuh unit usaha sesuai dengan bidang yang semakin spesifik.
Rinciannya, pertama, PT Repex Perdana Internasional sebagai pemegang lisensi FedEx di Indonesia yang melayani jasa logistik internasional. Kedua, PT Antareja Prima Antara atau RPX Domestic Express yang menawarkan jasa distribusi ekspres domestik untuk seluruh kota di Indonesia. Ketiga, PT Republic Express atau RPX Airlines yang memberikan layanan pesawat kargo domestik berjadwal.
Keempat, PT Wahana Dirgantara atau RPX Warehouse untuk jasa pergudangan. Kelima, PT Sena Satwika atau RPX Clearance yang bergerak di bidang pelayanan administrasi ekspor-impor.
Keenam, PT Senatrans Utama atau RPX Air Fortwarding untuk layanan pengiriman international freight ke Jepang bekerja sama dengan Sumitomo. Ketujuh, PT Pelangi Semesta atau RPX Sea Forwarding & Moving yang menawarkan pengiriman kargo internasional lewat angkutan udara maupun laut serta jasa pengepakan. Usaha ini bekerja sama dengan Eagle Global Logistic.
Usaha bidang jasa logistik untuk kawasan domestik dan internasional yang digenggam Harsha itu sekarang bisa dikatakan sudah menggurita. Padahal, usaha ini dimulai hanya dari sebuah garasi di rumah orangtuanya, pasangan Eddy Joesoef dan Saraswati, di Jalan Brawijaya V, Jakarta Selatan, pada 1985.
Sejak awal berusaha, Harsha sudah menggunakan bendera PT RPX. Ketika itu, ceritanya, dia baru kembali dari sekolah di Negeri Paman Sam. Harsha memberanikan diri menjadi mitra atau pemegang lisensi FedEx, sebuah perusahaan jasa pengiriman kargo dengan penerbangan berjadwal di Amerika Serikat (AS), untuk Indonesia.
“Sebenarnya niat itu sudah ada di hati sejak saya masih bekerja sebagai International Marketing Representative Asia Tenggara di perusahaan Oilfield Industrial Lines Inc,” kata Harsha tentang perusahaan yang bermarkas di Big Spring, Texas, AS, itu.
Di perusahaan tempatnya bekerja sejak tahun 1982 tersebut, Harsha bertanggung jawab untuk mengoordinasikan penjualan dan pemasaran heli-lift land drilling rig untuk kawasan Asia Tenggara. Suatu ketika pada 1985, sebuah rig berhasil dijualnya kepada sebuah perusahaan yang tengah melakukan pengeboran minyak di Irian Jaya (sekarang Papua).
Masalah muncul karena tak mudah mengangkut peralatan pengeboran yang berukuran besar dengan semua perlengkapannya itu ke tempat pengeboran. Harsha memerlukan jasa pengiriman kargo yang bisa dengan cepat menyampaikan semua barang pesanan tersebut ke Papua.
“Ini harus cepat karena sebuah proses pengeboran minyak itu tidak boleh berhenti atau terganggu hanya karena tak ada suku cadang. Jadilah saya kemudian harus menggandeng FedEx,” kata Harsha menceritakan awal perkenalannya dengan FedEx.
Mendua
Sambil tetap bekerja di Oilfield Industrial Lines Inc, Harsha tetap menjalankan usaha pengiriman yang lingkupnya domestik tersebut, PT RPX. Dia mengembangkannya dengan modal awal berupa tiga kendaraan L300, delapan sepeda motor, dan beberapa karyawan saja.
“Kami membuka jasa mengantar paket kiriman yang ketika itu jumlahnya rata-rata tidak sampai 10 paket dalam sehari,” cerita Harsha yang mengaku tak mudah mengembangkan PT RPX karena ia tak mempunyai pengalaman di bidang jasa logistik.
Namun, Harsha justru merasa tertantang. Meski tidak “berlari”, dari tahun ke tahun usahanya semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kepercayaan konsumen pada jasa pelayanan pengiriman yang diawali dari “keterpaksaan” untuk memenuhi kebutuhan pengiriman barang dalam skala besar itu.
Dia sebenarnya berlatar belakang pendidikan teknik. Selulus SMA tahun 1976, Harsha meneruskan pendidikannya ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Ketika masih kuliah, dia mendapatkan beasiswa dari perusahaan Mobil Oil untuk melanjutkan kuliah di University of Texas di El Paso, bahkan sampai meraih gelar master pada 1982.
Meski berlatar belakang pendidikan teknik, sesungguhnya naluri bisnis Harsha sudah terasah sejak dia berusia 15 tahun. Ketika itu, sang ayah yang berprofesi sebagai dokter meminta dia untuk mengurusi beberapa rumah ayahnya yang disewakan kepada orang-orang asing. Maka, sejak itu dia mulai belajar mengelola sebuah usaha.
Jadilah, ketika mendirikan PT RPX pun Harsha dengan sabar berupaya membuat usaha ini bisa berkembang. Bisnisnya mulai menunjukkan kemajuan signifikan saat pesawat FedEx diizinkan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada April 1998.
“Sebelumnya kami harus mengambil barang kiriman itu di Singapura, tempat pesawat FedEx bisa mendarat. Kemudian dari Singapura barang kiriman itu diangkut lagi menggunakan jasa perusahaan kargo milik pemerintah ke Jakarta. Proses itu jelas memerlukan waktu lebih lama dan biaya yang juga lebih mahal,” katanya.
Dari pengalamannya berbisnis jasa pengiriman, Harsha tahu betul rumitnya perjalanan kiriman barang itu. Saat barang turun dari pesawat diperlukan jasa pergudangan untuk menyimpan dan dokumen kepabeanan sebagai pelengkap. Setelah itu masih ada kebutuhan pengantaran ke kota tujuan dengan jasa transportasi darat, laut, atau udara. Di sini terlibat tak hanya satu bidang usaha.
“Saya lalu berpikir, pasti lebih efisien bila semua proses itu bisa ditangani satu pihak saja,” katanya. Maka, berdirilah RPX Group dengan anak-anak perusahaan yang saling mendukung. Harsha lalu membeli pesawat Boeing 737-200 yang dioperasikan sebagai pesawat kargo berjadwal pada 17 Oktober 2001.
Sebagai tahap awal, RPX Airlines melayani kiriman kargo untuk Jakarta, Singapura, Balikpapan, dan Surabaya dengan jadwal penerbangan lima kali seminggu.
Menggandeng UKM
Tahun 2006 RPX menggandeng pengusaha kecil dan menengah (UKM) dengan membuka jejaring authorized ship center (ASC) sebagai tempat penerimaan bagi konsumen yang menggunakan jasa RPX. “Modal ASC sekitar Rp 17 juta untuk komputer dan keperluan kantor sesuai standar kami,” katanya tentang ASC yang jumlahnya lebih dari 90 gerai itu.
Menurut Harsha, investasi pengusaha ASC tersebut bisa kembali dalam waktu satu-dua tahun. Dengan perhitungan, pengusaha ASC bisa meraih keuntungan sekitar 30 persen.
Setelah “malang melintang” di bidang perkagoan, Harsha pada 30 Januari bersama 15 orang lainnya dilantik sebagai Duta Besar. Sebulan kemudian ia berangkat menuju negara penugasan, Slowakia. Harsha juga dikenal selaku anggota Dewan Pakar Partai Amanat Nasional. e-ti
Sumber: Kompas, Senin, 13 Juli 2009 dengan judul ” Harsha E Joesoef, “Duta Besar” Jasa Logistik” | Johnny TG