Kapolri Brilian dan Terpercaya
Tito Karnavian02. Fokus Atasi Teroris
Terorisme adalah extraordinary crime (kejahatan luar biasa) yang amat berpotensi mengancam keamanan nasional. Jenderal Tito Karnavian memiliki kemampuan dan pengalaman mumpuni dalam upaya memberantasnya. Mantan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu seorang perwira kepolisian yang amat ditakuti para teroris. Jejak rekam Tito dalam memburu para teroris telah menjadi bagian dari prestasi gemilang Polri.
Maka pengangkatannya menjabat Kapolri telah disambut dengan ekspektasi tinggi untuk pemberantasan teroris di Indonesia. Apalagi, hanya berselang empat hari setelah menjabat Kapolri, Jenderal Tito Karnavian pun menorehkan catatan kinerja gemilang dengan keberhasilan pasukan Satgas Tinombala yang merupakan gabungan personil TNI-Polri menembak tewas buron pentolan teroris Santoso, Selasa (19/7/2016). Walaupun Jenderal Tito Karnavian mengingatkan tewasnya Santoso bukan berarti jaringan terorisme berakhir, masih ada jaringan di daerah lain.
Dalam tahun pertama kepemimpinannya sebagai Kapolri, Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah berhasil mencegah aksi teror bom di beberapa tempat. Sebab Polri telah membekuk para teroris itu sebelum melakukan aksinya. Salah satu di antaranya, keberhasilan Densus 88 Polri menggagalkan rencana peledakan bom panci di Istana Merdeka.
Bagaimana Densus 88 bisa mendeteksi dini sehingga berhasil menggagalkan rencana teroris meledakkan bom saat pergantian jaga di Istana Negara, Minggu (11/12/2016) tersebut?
Alkisah[2], Tim Densus 88 telah membuntuti M Nur Solihin (MNS) dan Agus Supriadi (AS) dari Solo ke Jakarta menggunakan kendaraan roda empat Nopol B 1578. Mereka masuk ke Jakarta pada Sabtu 10/12/2016 sekitar pukul 14.00 WIB. Setibanya di Jakarta, MNS dan AS menjemput Dian Yulia Novi (DYN) di daerah Pondok Kopi. DYN membawa kardus yang akan dikirimkan ke rumah orangtuanya melalui kantor pos di kawasan Bintara. DYN seorang perempuan yang direncanakan menjadi ‘penganten’ untuk meledakkan bom di Istana Negara. Kardus itu berisi pakaian dan surat wasiat untuk orangtua DYN.
Setelah dari kantor Pos, DYN diantarkan ke kontrakan kamar nomor 104 di Jalan Bintara Jaya VIII, Bekasi. Saat turun, DYN membawa ransel berwarna hitam, masuk ke kamar 104. Setelah mengantar DYN, MNS dan AS pun pergi. Saat sampai di flyover Kalimalang, Tim Densus 88 menangkap MNS dan AS.
Setelah itu, sekitar pukul 15.50 WIB, kamar nomor 104 di Jalan Bintara Jaya VIII, Bekasi, itu digerebek. DYN pun ditangkap. Dalam ransel hitam ditemukan bom yang didesain dalam panci. Panci itu berbahan stainless steel. Ada juga sebuah kabel berwarna putih di panci itu. Rencananya, bom model rice cooker, atau model panci itu akan diledakkan di seputar Istana Merdeka, besoknya.
Rencananya MNS dan AS akan mengantar DYN ke Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu pagi (11/12/2016). Setelah itu, dari Masjid Istiqlal, DYN akan berjalan ke arah Istana Negara dan meledakkan bom panci itu di sana. Namun, rencana tersebut berhasil digagalkan karena Densus 88 telah menangkap para pelaku pada Sabtu (10/12/2016). Terkait bom pancil itu, Densus 88 menangkap lebih 10 orang dan tujuh di antaranya ditetapkan sebagai tersangka.
Upaya penegakan hukum terhadap tersangka teroris terlihat semakin intens sejak Januari 2017. Selain berhasil membekuk tersangka teroris bom panci yang akan diledakkan di Istana Merdeka, Tim Densus 88 AT Polri juga menangkap dan menembak para teroris di beberapa tempat. Diantaranya, menangkap teroris yang menerobos dan membacok polisi di Polres Banyumas, Senin (11/4/2017);
Tim Gabungan TNI-Polri menewaskan enam orang teroris dalam baku tembak di ladang jagung, Desa Suwalan, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4/2017), setelah sebelumnya para teroris itu dengan mengenderai mobil mencoba menembaki dua orang anggota Polantas Polres Tuban yang tengah berjaga di pos lalu lintas. Mereka merupakan teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi kepada ISIS.
Sebelumnya, Kamis (23/3/2017), Tim Densus 88 Antiteror menyergap empat teroris yang menumpangi dua mobil di jalan depan pabrik semen Merah Putih, Ciwandan, Kota Cilegon, Banten. Sempat terjadi baku tembak yang menewaskan satu orang terduga teroris bernama Nanang Kosim, setelah si terduga teroris mencoba melarikan diri dengan menabrak mobil tim Densus 88. Ditemukan pistol jenis FN milik teroris itu. Nanang Kosim diduga terlibat sejumlah aksi teror di Tanah Air, di antaranya diduga terlibat anggota kelompok pengeboman di Jalan MH Thamrin awal 2016, serta menjadi pengajar teknik persenjataan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Pada hari yang sama, tim Densus 88 Antiteror Polri juga menangkap delapan terduga teroris di lima lokasi di Bekasi dan Ciputat. Delapan terduga teroris yang ditangkap tersebut, dipimpin Suryadi Mas’ud alias SM alias Abu Ridho dan Nanang Kosim alias NK.
Polri melansir kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) melalui Suryadi Mas’ud alias SM alias Abu Ridho dan Nanang Kosim alias NK, berencana mendirikan basis pelatihan militer di Halmahera, Maluku Utara. Basis pelatihan militer ini rencananya menggantikan basis di Poso, Sulawesi Tengah.
Jumat, 10 Maret 2017, Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap sembilan orang teroris (Syamsuardi dkk) di Tolitoli dan Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Syamsuardi dkk terdeteksi berencana melakukan penyerangan teror ke markas polisi dan TNI, seperti polres dan kodim setempat. Mereka diduga kelompok baru yang berafiliasi ke ISIS.
Rabu (1/2/2017), Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tiga terduga teroris di tiga tempat terpisah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ketiganya yakni Sugiyono, Jumali alias Andi Skok dan Sugiyanto. Ketiganya ditangkap karena diduga terlibat dengan perakitan bom yang meledak di toko vulkanisir ban bekas milik Sugiyono di Sragen, 18 Desember 2016.
Dari hasil evaluasi Mabes Polri akhir 2016, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri telah menangkap 170 orang yang diduga sebagai teroris, selama tahun 2016. Jumlah ini meningkat 107 persen dibanding penangkapan pada tahun sebelumnya (2015), yaitu 82 orang.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (28/12/2016) menjabarkan, dari 170 orang tersangka kasus terorisme yang ditangkap, sebanyak 40 orang di antaranya telah divonis di pengadilan, 130 tersangka lainnya ada yang dikembalikan ke pihak keluarga, ada yang sedang menjalani proses sidang, di tahap penyidikan, dan meninggal dunia.
Tito menjelaskan, kenaikan angka tersebut disebabkan oleh adanya gejolak di negara Suriah dan Irak yang kondisi politiknya tidak stabil karena adanya gangguan dari pemberontak ISIS. Tito menyebutkan, penegakan hukum terhadap para pelaku teroris tersebut juga berimplikasi pada jatuhnya korban anggota kepolisian, yakni 11 luka-luka dan satu orang meninggal.
Atas kinerja dan dedikasinya yang dinilai cemerlang melawan terorisme dan menegakkan hukum, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menerima Nanyang Alumni University Award 2016. Penghargaan tersebut diberikan kepada pada alumni Nanyang yang dinilai berprestasi di spesialisasi bidangnya masing-masing, baik di dalam negerinya maupun internasional.
Tito dinilai sebagai sosok yang berkomitmen dalam memerangi terorisme. Tak hanya saat dia memimpin BNPT beberapa bulan sebelum dilantik menjadi Kapolri, peraih gelar doktor magna cum laude bidang Studi Strategis ‘Terorisme dan Radikalisasi Islam’ dari S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore, itu dinilai sudah lahir sebagai ‘pionir’ pemberantas terorisme sejak tahun 1999.
Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com